BAB 4

Mereka kembali melanjutkan pelajaran, dan sejak tadi Cleo melihat Nayla begitu gelisah. Tak terasa jam pelajaran selesai, Cleo memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Nay, tunggu!" Cleo mengejar Nayla.

"Ada apa?" tanyanya.

"Kamu mau pulang?" Nayla mengangguk.

"Bareng aku aja, biar aku antar sampai rumah." ajaknya.

"Tapi, Cleo, aku...?!" Nayla menoleh pada Sandra.

"Sudah, ayo!" Cleo yang mengerti langsung menarik tangannya. Nayla tidak mampu berkata apa-apa lagi. Sandra menendang kursi yang ada di depannya.

"Naiklah!" ucapnya setelah mengeluarkan motornya dari parkiran.

"Tapi, aku gak punya helm." Nayla terlihat ragu.

"Kamu tenang saja." Cleo mematikan mesin motornya, dan membuka joknya. "Ini, aku sengaja bawa untukmu." Cleo memberikan helm berwarna pink itu padanya. "Ayo!" ajaknya begitu helm tadi sudah berada di kepala Nayla.

"Kamu mau langsung pulang, atau kita jalan dulu?" tanya Cleo saat mereka sudah keluar dari area sekolah.

"Pulang saja, soalnya aku harus membersihkan rumah. Ibu pasti sudah berangkat bekerja." ucapnya.

"Baiklah." Cleo membelokkan motornya menuju ke arah rumah Nayla. Mereka hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di rumah Nayla.

"Mampir dulu yuk!" ajak Nayla padanya. Cleo membuka helmnya dan meletakkannya di spion. Lalu, dia mengikuti Nayla masuk ke dalam rumah.

"Dimana ibumu?" tanya Cleo.

"Ibu biasa pergi setelah aku berangkat ke sekolah." jawabnya.

"Terus, kamu mau ngapain?" Cleo bertanya-tanya kenapa Nayla tidak mau diajak jalan.

"Aku harus bersih-bersih." Nayla masuk ke kamarnya, tidak berapa lama dia keluar dengan baju rumahan. "Tunggu sebentar ya, aku buatin minum dulu."

"Aku boleh ikut?" tanyaku sebelum dia kembali ke dalam.

"Ayo!" setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Nayla mengizinkannya untuk ikut.

"Maaf ya rumahku sangat kecil." ucapnya saat melihat Cleo memperhatikan setiap sudut rumahnya.

"Memang kecil sih!" jawab Cleo, wajah Nayla berubah muram. "Tapi, kamu bahagia gak?" tanyanya saat melihat Nayla menundukkan kepalanya.

"Tentu saja! Walaupun rumah kami kecil, tapi aku dan ibu sangat beruntung. Karena rumah ini sudah menjadi milik kami." jawabnya.

"Itu yang penting. Buat apa rumah besar kalau gak bahagia." Nayla menoleh padanya, dari ucapannya Nayla tahu kalau itu ditujukan pada dirinya sendiri. "Aku air putih aja!" ucap Cleo saat melihat Nayla mengambil gula.

"Baiklah." Nayla menukar kembali gelasnya dan mengisi air putih pada gelas yang baru. Mereka berjalan kembali ke depan. Teriknya matahari membuat Cleo segera meneguk habis air itu. Untung saja Nayla membawa teko ke depan, jadi dia bisa menambah satu gelas lagi.

"Haus banget?" Cleo mengangguk. Nayla menghidupkan kipas yang tergantung di atas langit-langit ruangan.

"Nay, tadi aku lihat Sandra membisikkan sesuatu padamu. Apa yang dia katakan?" tanyanya.

"Ah, itu ..., dia hanya bercanda." Cleo tau bahwa dia sedang berbohong.

"Kamu yakin?" Nayla mengangguk, Cleo tidak bisa lagi memaksanya.

"Kalau boleh aku tahu, kenapa kamu mau membantuku?" Nayla menatapnya.

"Aku muak melihat mereka yang selalu bersikap semena-mena." jawabnya. "Kamu juga, dilawan dong! Mau sampai kapan mereka menindasmu?" Cleo terlihat kesal.

"Aku sudah terbiasa." jawabnya.

"Nay, aku tahu kamu terpaksakan? Apa ini karena ibumu bekerja di rumahnya?" Nayla terdiam. "Apa ibumu tahu hal ini?" Nayla menggeleng, Cleo menghembuskan napas kasar.

"Aku tidak sanggup mengatakannya pada ibu." ucapnya pelan.

"Tapi, kamu gak bisa terus-terusan diam. Kasihan ibumu, bagaimana kalau dia sampai tahu apa yang kamu alami? Aku yakin ibumu pasti akan syok." Nayla menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak ingin membebani ibu. Sudah terlalu banyak dia berkorban untukku." Cleo bisa mengerti apa yang sedang dialaminya.

"Kalau begitu, mulai sekarang aku akan mendukungmu." Nayla tertegun.

"Tidak, Cle! Aku gak mau kamu terlibat masalah." cegahnya.

"Itulah gunanya sahabat, bukan?" Cleo tersenyum, sementara Nayla tidak lagi mampu membendung airmatanya. Baru kali ini ada yang dengan tulus menawarkan persahabatan padanya. Sejak saat itu mereka menjalin persahabatan, Cleo selalu membantu Nayla tiap kali Sandra dan yang lain ingin mengerjainya. 

🍀🍀🍀

"Bagaimana keadaanmu?" tanya dr. Vincent pada Adam.

"Yah, seperti yang kau lihat." jawabnya lemah.

"Ini sudah yang ke 6, bukan?" ucapnya setelah memeriksa rekam medis milik sahabatnya itu.

"Apa menurutmu aku bisa sembuh?" dr. Vincent terdiam.

"Saat ini yang terpenting kau harus kuat." jawabnya.

"Aku sudah tahu jawabanmu. Tapi, setidaknya aku bisa memperpanjang umurku dengan kemoterapi ini." Adam menatap ke jendela ruangannya di rawat.

"Bagaimana Cleo?" dr. Vincent mengalihkan pembicaraan agar sahabatnya itu tidak bersedih. "Kau merindukannya?"

"Tentu saja. Aku sangat ingin mendengar suaranya. Apa aku masih punya banyak waktu?" Adam selalu seperti itu. Sejak kanker ini mengerogoti paru-parunya, bayang-bayang kematian selalu menghantuinya. Bukan kematian yang dia takuti, hanya saja dia takut meninggalkan putri kesayangannya seorang diri.

"Teruslah berjuang, aku akan selalu mendukungmu." jawab Vincent. "Apa kau masih merahasiakannya dari Cleo?" Adam mengangguk lemah. "Mau sampai kapan? Apa kau tidak memikirkan seperti apa perasaannya kelak?"

"Dia tidak perlu tahu. Aku tidak ingin membuatnya sedih." jawabnya.

"Tapi dia akan terluka, Jika suatu saat kau pergi tiba-tiba." Tak ada lagi suara dari Adam. "Baiklah, lebih baik kau istirahat." ucapnya.

"Vin!" dr. Vincent menoleh padanya.

"Apa?"

"Kau masih ingat dengan janji kita, bukan?" tanyanya.

"Tentu saja!" jawab Vincent.

"Aku harap kau bisa menjaganya. Aku tidak memiliki siapapun yang bisa kupercaya selain dirimu." Adam terlihat sangat lemah.

"Kau tenang saja! Aku akan pastikan Cleo akan menjadi menantuku." jawab Vincent, Adam tersenyum lega mendengarnya.

"Aku bisa pergi dengan tenang." setelah berkata seperti itu, Adam segera memejamkan matanya. Vincent membiarkan Adam beristirahat, dia segera keluar ruangan itu.

Adam dan Vincent sudah bersahabat sejak mereka masih muda. Saat baru mendarat di Indonesia, Vincent yang datang seorang diri mengalami penipuan, sehingga seluruh harta benda miliknya hilang. Saat tidak tahu harus bagaimana, orangtua Adam yang kebetulan berada di Bandara yang sama menawarkan diri untuk membantunya. Mereka membawa Vincent untuk tinggal bersama, karena usia Vincent yang sama dengan putra mereka, tidak susah untuk Vincent dan Adam saling mengenal. Hubungan mereka terjalin hingga usia senja. Saat ini, Vincent sudah menjadi seorang dokter spesialis kanker dan juga menjabat sebagai Direktur di salah satu rumah sakit swasta di Ibu kota. Sementaraqq Adam melanjutkan bisnis keluarganya sebagai pengusaha di bidang property. 

🍀🍀🍀

"Suruh dr. Andreas ke ruangan saya." perintahnya pada perawat yang sejak tadi berdiri di belakangnya.

"Baik, Dok." Vincent segera kembali ke ruangannya.

"Hallo!" Andreas menjawab teleponnya saat salah satu perawat menempelkannya di telinganya.

"Dok, anda diminta untuk ke ruangan Direktur sekarang." ucap perawat tadi.

"Katakan pada beliau, saya masih ada pasien." ucapnya. Setelah itu, Andreas kembali melanjutkan menangani pasien yang mengalami kecelakaan ringan.

"Dok ...!?" Andreas menghentikan langkahnya saat seorang wanita dengan jas putih mengejarnya.

"Ada apa?" tanyanya begitu wanita itu mendekat.

"Apa anda sudah makan siang? Bagaimana kalau kita makan siang bareng?" ajak dokter wanita itu.

"Maaf, tapi aku sudah ada janji." Andreas segera masuk ke dalam lift. 

"Ada apa anda memanggilku?" Andreas segera bertanya pada Vincent begitu dia sampai di ruangannya.

"Duduklah!" Andreas segera duduk.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" tanyanya.

"Pekerjaanku mana ada habisnya." jawabnya santai.

"Sudah cepat katakan, kenapa papa memanggilku?" desaknya.

"And, apa kau masih ingat ucapanku mengenai perjodohanmu?" Andreas terkejut. Vincent memang pernah membahas mengenai perjodohannya, tapi dia tidak setuju.

"Bukankah papa sudah mendapatkan jawabanku." ucapnya.

"Tapi, aku tetap ingin kau menikah dengan wanita pilihanku." Vincent berterus terang.

"Ini bukan zaman siti nurbaya, dan papa tidak bisa memaksaku." jawabnya.

"Apa kau tidak bisa menuruti permintaan papamu?"

"Papa boleh minta yang lain, tapi tidak untuk hal ini. Aku tidak akan pernah mengorbankan masa depanku untuk wanita yang tidak kukenal." tegasnya.

"Maka dari itu mulailah untuk mengenalnya. Aku yakin kau akan menyukainya." Vincent yang memang sudah tahu seperti apa Cleo begitu yakin kalau putranya pasti akan menyukai pilihannya.

"Jawabanku tetap tidak." ucapnya.

"Berikan aku alasan yang tepat." Vincent menatap tajam padanya.

"Ada wanita yang kucintai." jawabnya.

"Apa dia juga mencintaimu?" Andreas terdiam, melihat itu Vincent tersenyum tipis.

p

"Jadi, cintamu bertepuk sebelah tangan." ledeknya, Andreas sangat kesal melihat Vincent meledeknya.

"Terserah papa mau berkata apa. Aku tetap tidak akan mau melakukan perjodohan itu." Dia berjalan menuju pintu.

"And, kau harus menikah dengannya. Aku tidak akan menerima siapapun menjadi menantuku kecuali dia." Karena tidak ingin mendengar apapun lagi dari sang ayah, Andreas segera keluar dari sana.

"Aku bukan anak kecil lagi. Sampai kapanpun aku tidak akan mau menikah dengan wanita itu." gerutunya.

"Siapa yang akan menikah?" Andreas dikejutkan dengan suara yang sangat dia kenal.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya pada sahabatnya Alvaro.

"Aku ada jadwal konsultasi. Dan, bisa kau jelaskan siapa yang akan menikah?" tanyanya lagi.

"Bukan urusanmu!" jawabnya ketus.

"Apa kau yang akan menikah?" wajah Andreas memerah. "Biar kutebak, apa kau dijodohkan?" Jhosua tersenyum tipis.

"Tutup mulutmu, manusia es!" Alvaro tertawa melihat kemarahan diwajahnya.

"Ayo, kita pergi, Jo! Aku tidak ingin terjebak di zaman siti nurbaya sepertinya." Dia terus saja tertawa dan berlalu meninggalkan Andreas yang mulai mengerutu.

"Dasar sahabat laknat!" makinya. 

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!