BAB 2

“Dari mana saja, Non? Kenapa jam segini baru pulang?” Bi Ita datang menghampirinya.

“Dari rumah Nayla, Bi.” Jawabnya, lalu memberikan kunci motor pada bi Ita.

“Tuan besar sudah pulang.” Bi Ita memberi tahu kalau ayah sudah di rumah. 

“Tapi, aku gak lihat mobil ayah di garasi?” tanyanya.

“Tuan menyuruh pak Karyo untuk membeli sesuatu, Non.” jawabnya. Pak Karyo adalah suami bi Ita, mereka tinggal di pavilliun yang ada di belakang rumah Cleo.

"Pantas saja aku tidak melihat mobil ayah." ucapnya. “Lalu, dimana ayah?” 

“Di ruang kerja, Non.” jawab Bi Ita.

“Baiklah, aku mandi dulu.” Cleo segera berjalan ke kamar.

“TOK TOK TOK.”

“Masuk.” Perintah suara dari dalam.

“Yah, ayo kita makan!” Ajaknya begitu melihat Adam sedang duduk di meja kerjanya.

“Kamu duluan saja, ayah masih banyak pekerjaan.” Adam kembali fokus dengan dokumen yang ada di depannya.

“Tapi Yah ...!?” Adam mengangkat tangannya untuk menyuruhnya berhenti. Cleo langsung keluar karena tahu Adam  tidak ingin diganggu.

“Dimana tuan besar, Non?” tanya Bi Ita begitu melihatnya turun dari tangga.

“Aku makan sendiri saja, Bi.” Jawabnya, Cleo menyendokkan nasi ke piring, dia tahu saat ini Bi Ita menatapnya dengan penuh iba. Sudah biasa baginya makan sendiri, Adam selalu sibuk dengan pekerjaannya. Cleo tidak tahu kenapa ayahnya bersikap seperti itu padanya, dia sering kali merasa seperti anak yang tidak diinginkan. 

“Non, ini tadi ada paket untuk nona.” Bi Ita menyerahkan paket yang dia terima siang tadi. Cleo melihat paket itu dikirim dari luar negeri.

“Tante Manda!!” Cleo langsung tersenyum, saat tahu siapa yang mengirimkan paket itu. Cleo segera membuka bungkusan berwarna merah muda itu. 

“Wah, winnie ...!?” Dia sangat senang karena tante Manda mengirimkan baju Winne The Pooh keluaran terbaru dari disney. Dia memang menyukai segala sesuatu yang berbau Winnie The Pooh dan tante Manda sangat tahu itu. 

Tante Manda adalah adik satu-satunya Adam. Dia sudah lama tinggal dan bekerja di London. Dia sudah menikah dan mempunyai satu putra yang usianya dua tahun lebih tua dari Cleo.

“Aku harus menghubungi tante.” Cleo segera berlari ke kamar mengambil ponsel yang dia letakan diatas kasur. Tidak butuh waktu lama untuknya menghubungi tante Manda.

“Halo, Sayang!” terdengar suara tante Manda dari seberang telepon.

“Tante, makasih! Cleo senang banget.” Cleo yakin Tante Manda bisa mendengar kebahagiaan dari nada suaranya.

“Iya, tante juga senang kalau kamu sebahagia ini. Apa kabar, Sayang?” tanya Manda padanya.

“Aku baik. Tante gimana?” tanyanya balik.

“Alhamdulillah, tante baik. Ayah kamu gimana?” tanyanya. Dia diam sesaat dan itu sudah menjadi jawaban untuk Manda.

“Kamu ada masalah lagi dengan Ayah?” tebaknya.

“Nggak, Tan.” Ucapnya.

“Terus, kenapa sedih?” Tante Manda pasti bisa menebak kalau saat ini Cleo benar-benar sedih.

“Cleo hanya sedih, Ayah masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Gak ada waktu untukku. Tan, sebenarnya aku ini anaknya ayah bukan sih?” gerutunya.

“Hus, kamu ngomong apaan?” tante Manda menghentikannya.

“Abis Ayah selalu saja seperti itu. Selalu sibuk dengan pekerjaannya.” Cleo kembali mengerutu.

“Sayang, jangan overthinking, mungkin saja ayah kamu memang sedang sibuk.” Tante Manda mencoba menenangkan Cleo.

“Masa sibuk tiap hari. Sampai gak ada waktu untuk anaknya sendiri.” Dia masih melampiaskan kekesalannya pada tante Manda.

“Jangan ngomel-ngomel, nanti kamu cepat tuanya.” Candanya.

 “Ih, Tante apaan sih!” Cleo protes dikatain seperti itu.

“Sayang, nanti kita sambung ya. Tante ada kerjaan nih.” Ucapnya, Cleo hampir lupa kalau saat ini tante Manda pasti sedang sibuk.

“Ok.” Dia menutup sambungan jarak jauh itu.

“Bi, aku sudah selesai.” Ucapnya pada Bi Ita yang sejak tadi masih berdiri di sampingnya.

“Kenapa makannya sedikit sekali?” tanya wanita paruh baya itu.

“Udah kenyang, Bi. Aku kamar dulu ya!” setelah berkata begitu dia segera meninggalkan Bi Ita yang sedang membereskan piring di meja makan.

“Dimana Cleo?” tanya Adam yang baru keluar dari ruang kerjanya.

“Nona baru saja naik ke kamarnya, Tuan.” Ucap Bi Ita. Adam segera duduk di kursi makan. Dan, Bi Ita bergegas menuju ke kamar Adam.

“Ini obatnya, Tuan.” Bi Ita memberikan beberapa botol obat-obatan. Adam menerimanya dan membuka salah satu botol obat tersebut, kemudian meminumnya.

“Tuan, saya sangat kasihan melihat nona seperti itu. Dia membutuhkan anda.” Ucap Bi Ita.

“Apa yang terjadi hari ini dengannya?” tanya Adam. Bi Ita menceritakan tentang pertemuan Cleo dengan Nayla dan juga tentang kiriman dari Manda.

“Baguslah, Manda masih terus memperhatikannya.” Ucap Adam.

“Tapi tuan, yang Nona butuhkan itu adalah anda. Dia sangat kesepian. Dia membutuhkan perhatian dari anda.” Bi Ita mulai mengingatkan Adam.

“Biarkan saja! Dia harus terbiasa hidup sendiri.” Adam melanjutkan makannya. Bi Ita menatapnya dengan penuh rasa iba. Dia tahu kenapa Adam bersikap sangat keras dan juga dingin pada putrinya. 

Padahal jauh dilubuk hatinya Adam begitu menyayangi Cleo.

“Apakah kamu sudah menyiapkan keperluanku?” tanyanya.

“Sudah, Tuan. Saya sudah meminta mas Karyo untuk memasukkannya ke mobil.” Setelah mendengar jawaban Bi Ita, Adam segera menuju kamarnya.

🌸🌸🌸

“Ayo, Non, sarapannya dihabisin.” Bi Ita mengingatkannya untuk melanjutkan makan.

“Ayah mana, Bi?” tanyanya, karena sejak tadi belum melihat Adam.

“Tuan belum turun, Non.” Jawab Bi Ita sambil menuangkan susu untuknya. Cleo melihat sekilas ke tangga tapi belum juga melihat Adam.

“Aku sudah kenyang, Bi.” ucapnya.

“Kenapa rotinya cuma habis setengah, Non?” Bi Ita komplen karena tidak menghabiskan sarapannya.

“Aku kenyang, Bi.” Jawabnya.

“Ya sudah, kalau begitu habisin susunya. Biar ada tenaga, nanti nona bisa sakit kalau sarapannya sedikit begitu.” Bi Ita sudah seperti Ibu untuknya, hanya Bi Ita yang selalu perhatian padanya. Cleo segera meneguk habis susu coklat itu. Kemudian berpamitan pada Bi Ita.

“Ayah, mau kemana?” tanya Cleo saat melihat Adam menuruni anak tangga sambil membawa tas kerjanya.

“Ayah ada kerjaan di luar kota.” Jawabnya.

“Lagi?” tanyanya.

“Kamu baik-baik di rumah, Jangan keluyuran.” Adam berpesan sebelum berangkat. 

“Yah, aku berangkat bareng ayah ya.” Pintanya.

“Ayah buru-buru, kamu naik taksi saja.” Adam menolak dan segera berjalan menuju mobilnya. Cleo menatap kepergiannya dengan rasa marah.

“Sudahlah, Non, Tuan pasti sedang sibuk.” Bi Ita mencoba menenangakannya.

“Aku berangkat, Bi.” Cleo segera menuju garasi untuk mengambil motor. 

"Non, mau kemana?" tanya bi Ita karena melihatnya berjalan menuju garasi.

"Ambil motor!" teriaknya.

"Tapi Non, tuan melarang nona untuk naik motor. Bukankah, tadi nona disuruh naik taksi? Nanti kalau tuan tahu, tuan bisa marah." ucap Bi Ita yang sudah berdiri di sampingnya.

"Ayah mana peduli beginian." ucapnya. Cleo menghidupkan mesin motor kesayangannya itu, dan tidak menunggu lama dia segera membawanya keluar dari garasi, meninggalkan Bi Ita yang masih berdiri disana.

Sebenarnya Adam tidak setuju jika dia kemana-mana menggunakan motor, tapi Cleo selalu bersikeras. Cleo tidak suka menggunakan mobil karena ribet dan sering terjebak macet di jalanan ibu kota.

“Ayah selalu seperti itu. Sebenarnya aku ini anaknya bukan sih?” Cleo masih saja mengomel sepanjang perjalanan. Sehingga tidak fokus pada motor yang dia kendarai.

“TINNNNN!!”

“Ciittt!!!” secepat kilat dia menekan rem motor. Akibat dari lamunannya, dia harus terjatuh dari motor yang dia tunggangi. Cleo berusaha berdiri, lututnya terasa nyeri, begitupun dengan telapak tangannya. Untuk pertama kalinya aspal jalanan sudah memberikan bekas di kulit putihnya.

“Kamu gak apa-apa?” tiba-tiba seorang pria bule membantu mengangkat motornya yang tergeletak di jalan.

“Aku baik-baik saja.” jawabnya sambil memeriksa luka di kaki dan siku tangannya.

“Biar aku lihat lukamu.” ucapnya.

“Tidak perlu!” Cleo menolak bantuan pria itu, Dengan tertatih dia berusaha naik ke motor. Pria itu masih berdiri di sampingnya.

“Berhati-hatilah! Jangan melamun saat mengendarai motor, itu bukan hanya membahayakan nyawamu, tapi juga orang lain.” Pesannya.

“Aku tahu!” Cleo menghidupkan kembali motornya dan meninggalkan pria yang menolongnya tadi. 

“Aku seperti pernah melihatnya.” Cleo melihatnya melalui spion, pria bule itu masih berdiri ditempat yang sama dan sedang menatap ke arahnya.

“Dasar remaja zaman sekarang, udah dibantu bukannya bilang makasih malah pergi begitu saja.” pria itu berbicara cukup kencang. Pria itu tak lain adalah Andreas Casanno. Setelah itu, Andreas segera menuju mobilnya dan membawa mobil sedan hitam itu meninggalkan lokasi kejadian.

Cleo sempat mendengar ucapannya, tapi dia tidak peduli. "Peduli apa aku? Bagaimanapun dia itu orang asing bisa saja dia mencuri kesempatan untuk berbuat jahat padaku." Cleo melihat lagi ke belakang, tapi sudah tak tampak batang hidung pria tadi.

“Mampus, aku telat!” Cleo memacu motornya agar tidak terlambat.

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!