BAB 18

"Kamu baik-baik saja?" Adam terlihat panik.

"Aku tidak apa-apa." jawabnya.

"Siapa dia?" tanya Adam. Cleo menggeleng pelan saat Sandra imgin mengatakan bahwa itu Nayla.

"D-dia temanku." jawabnya.

"Teman macam apa yang tega mendorong orang yang sedang sakit. Apa dia orang yang mendorongmu dari tangga?" tebak Adam.

"Tidak, bukan!" Sanggahnya, Sandra tidak percaya Cleo tetap melindungi Nayla setelah apa yang dia lakukan. "Dia tadi tidak sengaja."

"Cleo! Berhenti melindungi orang yang salah." Adam membentaknya.

"Aku tidak melindungi siapapun." jawabnya.

"Ayah tahu kamu berbohong! Ayah akan mencari tahu semuanya." ancamnya.

"Ayah tidak perlu melakukan apapun untukku. Kenapa ayah berlagak peduli padaku. Bukankah selama ini ayah tidak pernah menganggap aku ada." mata Cleo memerah

"Cleopatraa!!" Adam kembali berteriak. Sandra yang berada didalam pertengkaran ayah dan anak terlihat bingung. Tidak ada orang lain disana kecuali mereka bertiga.

"Aku tidak membutuhkan ayah." Cleo berjalan tertatih meninggalkan Adam yang masih terpaku memdengar ucapannya.

"Cle!! Cleoo!!" Sandra berlari mengejarnya.

"Jangan ganggu aku, San! Aku ingin sendiri!" dia meminta Sandra untuk pergi.

"Gak baik pergi dalam kondisi seperti ini. Ikutlah denganku!" Cleo menatapnya, lalu mengikuti Sandra berjalan menuju pintu keluar. "Tunggu disini, aku ambil mobil dulu." Sandra berjalan menunu mobilnya. Cleo masih berdiri di depan pintu masuk.

"Sudah selesai, Non? Ayo, bapak bantu!" pak Karyo yang melihatnya berdiri seorang diri berlari menghampirinya.

"Ayo, Cle!" Sandra membuka pintu mobilnya.

"Cleo pergi dengan Sandra aja, Pak." dia segera masuk ke mobil Sandra.

"Dimana Cleo?" tanya Adam setelah dia sampai ke parkiran.

"Nona pergi dengan temannya, Tuan." jawabnya.

"Teman? Siapa?"

"Kalau gak salah tadi namanya Sandra." lapor pak Karyo. Adam membuka pintu mobil dan segera masuk.

"Kita mau kemana, Tuan?" tanya Karyo.

"Kantor." mobil sedan hitam itu segera keluar dari area sekolah.

"Kamu mau aku antar pulang?" tanya Sandra pada Cleo yang sejak tadi hanya diam. Cleo menggeleng.

"Lalu, kamu mau kemana?" tanyanya.

"Entahlah!" jawab Cleo.

"Kalau begitu mari kita bersenang-senang." Cleo tidak mempertanyakan kemana Sandra membawanya. Mereka tiba disebuah Mall.

"Mau apa kita disini?" tanya Cleo.

"Mengembalikan moodmu." jawabnya.

"Tapi, apa kamu gak lihat aku pakai tongkat begini?" Sandra menatap tongkat yang ada padanya.

"Ah, gampang! Kita bisa naik lift." Sandra membantunya berjalan. Dengan sedikit kesulitan, Cleo berhasil sampai ke lantai 3. Mereka berdiri di depan pusat permainan.

"Lo bisa lampiasin semua rasa kesal lo disini." ucap Sandra saat mereka berdiri di depan permainan yang harus menggunakan kekuatan untuk mendapatkan point tertinggi.

"Aku harus pukul pakai apa?" tanya Cleo.

"Terserah! Lo bisa gunain tangan lo. Atau lo bisa gunain itu." Sandra menunjuk tongkat yang Cleo pegang.

"Aku bisa masuk penjara jika menggunakan ini." jawabnya, Sandra tertawa.

"Cobalah!" ujarnya.

"Aku mana bisa! Kamu lihat sendiri seperti apa kondisiku." Sandra terlihat berpikir.

"Tunggu sebentar!" dia berlari keluar, kemudian kembali dengan membawa sebuah sebotol air mineral ditangannya. "Ini." dia menyerahkan botol itu pada Cleo.

"Untuk apa?" Cleo bingung.

"Udah, lo pukulin aja ke sana." Cleo menatapnya, Sandra mengangguk. Cleo mencoba memukul dengan sekuat tenaga. "Lebih kencang pukulnya!" ujar Sandra. Cleo kembali memukul-mukul bantalan itu, tapi tidak ada pengaruhnya sama sekali. Dia tidak mendapatkan point apapun.

"Hahaha!!" Cleo dan Sandra menoleh ke arah suara itu. Mata Cleo membesar saat melihat Andreas sedang menertawakannya.

"Hey, bocah ingusan! Sampai lebaran monyetpun, lo gak akan berhasil." ledeknya.

"Diam, bule cabul!" Dia kembali mencoba. Andreas mendekat dan kembali meledeknya.

"Minggir! Biar gue ajarin!" Andreas berjalan mundur, setelah Cleo bergerser ke sebelah Sandra. Dia sedikit berlari dan memukul bantalan itu dengan tinjunya. "Lihatkan!" dia menepuk dadanya saat mendapatkan point tinggi.

"Belagu, Lo!" jawab Cleo.

"Udah, kalau lo gak bisa main minggir sana! Ganggu pemandangan gue aja." dia kembali memukul benda itu, dan mendapat point lagi.

"Ayo, kita pergi! Jangan sampai ntar kita jadi korban ini bule cabul." Cleo mengajak Sandra menjauh dari sana.

"Hey, bocah ingusan. Lain kali kalau lo main ke mall buang dulu itu tongkat. Atau lo belajar jalan dulu deh!" Cleo sangat kesal mendengar Andreas mempermalukannya di depan umum. Kalau kakinya gak sakit, mungkin saat ini dia sudah melayangkan tendangannya untuk menutup mulut Andreas. Andreas masih menertawakannya. Cleo menggenggam erat botol air mineral yang masih berisi kemudian melemparkannya ke arah Andreas.

"BRUG!"

"Aaww!!" Andreas memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Mampus, lo! Dasar bule cabul!!" ledek Cleo, kemudian dia mengajak Sandra keluar dari pusat permainan itu.

"Hey! Bocah ingusan! Dasar tengil!!" makinya sambil terus memegang kepalanya.

"Tadi itu siapa, Cle?" tanya Sandra saat mereka berada di restoran cepat saji.

"Gak tahu!" jawabnya.

"Hah? Maksudnya lo gak kenal dia?" tanya Sandra.

"Nggak." jawabnya datar.

"Kalau gak kenal kenapa dia bisa bersikap kasar begitu?" Sandra terlihat bingung.

"Ceritanya panjang! Intinya, dia orang yang tidak akan pernah kutemui seumur hidupku." ucapnya.

"Tapi, kok gue ngerasa pernah ngelihat dia ya? Tapi gue lupa dimana." Sandra mencoba memutar ingatannya.

"Udah, gak perlu diingat. Gak penting juga." Cleo mengigit paha ayam kesukaannya. Sandra mengangkat bahunya dan mulai mengikuti apa yang Cleo lakukan.

🍀🍀🍀

"Nayla!!" Aisyah menghentikan Nayla yang baru saja pulang.

"Ada apa, Bu?" tanyanya.

"Kita harus bicara." ucapnya.

"Ibu mau ngomong apa?" Nayla duduk di depan Aisyah.

"Ibu baru dari sekolah kamu. Apa yang telah kamu lakukan?" tanyanya.

"Memangnya mereka bilang apa ke ibu?" Nayla mencoba mencari tahu apa yang mereka katakan pada ibunya.

"Apa benar kamu mendorong Cleo hingga jatuh dari tangga?" tanyanya.

"Itu gak benar, Bu! Mereka salah paham. Cleo jatuh sendiri bukan Nay dorong." dia mencoba membela diri.

"Kalau kamu gak salah, kenapa kamu lari?" tanyanya.

"Karena Nay kaget dan takut. Nay gak mau semua orang nyalahin Nay untuk apa yang tidak Nay lakukan." Dia menangis, Aisyah merasa iba.

"Kamu harus minta maaf. Gimanapun juga Cleo itu temanmu' kan?" Aisyah membelai kepalanya.

"Cleo gak mau maafin Nay! Nay udah coba tapi dia malah ngatain Nay yang tidak-tidak." Nayla membalikkan fakta. Aisyah memeluknya.

"Ya sudah! Nanti ibu yang nemuin Cleo." ucapnya.

"Tapi, gimana kalau Cleo dan papanya membawa masalah ini ke polisi, Bu? Nay gak mau di penjara." dia kembali menangis.

"Itu tidak akan terjadi. Kamu tenang saja." ucapnya.

"Baguslah, ibu percaya padaku." batinnya.

🍀🍀🍀

"Kamu yakin bisa sendiri?" Sandra mengantar Cleo pulang.

"Bisa." ucapnya sambil turun dengan hati-hati.

"Aku pulang, ya!" ujar Sandra begitu Cleo sudah turun dari mobilnya.

"Makasih ya untuk semuanya." jawab Cleo. Sandra segera melajukan mobilnya meninggalkan rumah besar itu.

"Pak!" panggil Cleo saat melihat pak Aming, Security di rumahnya. Melihat Cleo berdiri di depan gerbang, Pak Aming segera membuka gerbang itu.

"Dari mana, Non? Kok sendiri?" tanyanya.

"Abis jalan sama teman, Pak." Cleo melangkah pelan.

" Bapak bantuin, Non?"

"Gak usah, Pak! Aku bisa sendiri." Cleo melangkah pelan-pelan.

"Ya Allah gusti! Dari mana saja sih, Non?" teriak bi Ita saat melihat Cleo berdiri di depan pintu. Untung saja ada jalan setapak yang menuju taman, sehingga dia tidak perlu menaiki beberapa anak tangga yang ada di teras.

"Habis jalan sama teman, Bi." Cleo masuk.

"Dari tadi tuan nungguin, Nona." ucapnya. Cleo tidak mengatakan apapun. Dia terus berjalan menuju kamar tamu. Saat ini Cleo tidur di kamar tamu yang ada di lantai 1, karena tidak mungkin baginya untuk naik tangga menuju kamarnya.

"Dari mana saja kamu?" Suara Adam menghentikan tangannya membuka pintu kamar.

"Apa peduli Ayah?" jawabnya.

"Ayah berhak tahu kamu darimana saja dengan kondisi seperti itu." ucap Adam.

"Jangan pikirkan aku!" Cleo membuka pintu kamarnya.

"Ayah akan memperkarakan kecelakaanmu." Cleo kembali menghentikan langkahnya.

"Tidak perlu!" dia menoleh pada Adam.

"Anak itu sudah membuatmu seperti ini. Apanya yang gak perlu?" Adam tersulut emosi.

"Aku sudah lulus! Jadi, aku tidak ingin ada masalah apapun lagi." jawabnya.

"Sejak kapan kamu menjadi keras kepala seperti ini? Kamu melindungi orang yang salah." ujarnya.

"Tapi dia pernah menjadi temanku. Dia pernah ada saat aku membutuhkan sandaran. Bukan seperti ayah, yang tidak pernah ada untukku. Sejak aku kecil, hingga aku sebesar ini. Jadi, jangan ganggu dia!" Cleo menutup kasar pintu kamarnya. Adam terpaku ditempatnya. Tak lama dia memegang kepalanya dan terhuyung ke belakang.

"Tuan, baik-baik saja?" bi Ita memegang tangannya, tapi Adam menolak. Dia berjalan perlahan menuju kamarnya.

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!