BAB 3

“Tunggu, Pak!” teriaknya saat satpam hamoir menutup pintu pagar. 

“Kenapa kamu telat?” tanya satpam itu padanya.

“Bapak gak lihat, saya baru saja kecelakaan.”Cleo menunjukkan luka di lutut dan tangannya.

“Baiklah, kamu boleh masuk.” Satpam itu membuka pintu pagar. Dia masuk dan langsung menuju parkiran. Dia berjalan dengan tertatih menahan rasa perih yang ada di lututnya.

“Sebaiknya aku ke UKS dulu.” Cleo berbelok menuju UKS yang letaknya berada di ujung koridor.

“Sini, Lo!” Sandra menarik rambut Nayla. Nayla yang kesakitan hanya bisa menangis saat dirinya ditarik ke depan kelas.

“Kita apakan dia?” tanya Leony teman Sandra. Sandra berjalan menuju mejanya dan mengambil beberapa cat tembak yang memang sudah dia persiapkan.

“Buka ikat rambutnya.” Dia menyuruh kedua rekannya untuk membuka ikat rambut Nayla.

“Jangan!” Nayla memohon pada Leony dan Stela.

“Diam, Lo!” bentak mereka. Tidak ada yang berani menghentikan tindakan mereka, karena semua siswa tidak ingin berurusan dengan Sandra. Sandra adalah putri dari ketua yayasan di SMA favorit ini. Dan juga kebanyakan siswa di sini tidak mau ikut campur dengan urusan siswa lain. 

“Sandra, Jangan! Aku mohon!” Nayla menangis meminta ampun padanya.

“Ini, hukuman karena lo berani melawan gue.” Cat yang dia pegang sudah mengarah ke rambut Nayla, tapi  tindakannya terpaksa berhenti saat salah seorang siswa memberi tahu kalau guru mereka datang.

“Gue belum selesai!” Sandra mendorong Nayla hingga tubuhnya membentur papan tulis. Mereka segera bubar saat pak Hendra memasuki kelas. Nayla berjalan kembali ke bangkunya dengan wajah tertunduk. Dia merapikan kembali rambutnya yang berantakan. Kali ini dia selamat, ntah akan seperti apa nasibnya setelah ini.

“Ok, buka buku kalian halaman 89.” Ucap Pak Hendra, guru Matematika.

“Maaf, Pak, saya telat!” Cleo baru datang setelah kelas dimulai.

“Kamu dari mana saja?” Pak Hendra termasuk guru yang sangat disiplin, dia tidak akan mentolerir kesalahan sekecil apapun.

“Saya baru dari UKS, Pak. Saat berangkat tadi saya mengalami kecelakaan.” Cleo memperlihatkan tangan dan lututnya yang tertutup perban.

“Ya sudah, kamu boleh masuk!” Cleo berjalan ke bangkunya yang berada di bagian belakang. Sekilas dia melihat ke arah Nayla yang sedang menunduk.

“Baik, kita lanjutkan kembali.” Pak Hendra memulai kembali kelas yang sempat terhenti. Pak Hendra terus menerangkan mengenai rumus-rumus pytagoras di depan kelas. Hingga jam pelajaran berakhir, tidak ada satu anakpun yang berani bersuara.

“Jangan lupa kalian kerjakan tugas yang bapak berikan, karena minggu depan kita ulangan.” Setelah berkata begitu pak Hendra segera keluar.

“Ih, kenapa bisa begini sih?” Cleo mengerutu saat merasakan nyeri di tangannya yang tergores. Tidak lama setelah Pak Hendra keluar, Bu Clara masuk dan mereka mulai belajar kimia.

Ya, Cleo adalah anak IPA. Dia sangat menyukai bidang ini, dan juga Cleo adalah salah satu siswa berprestasi. Dia berada di urutan teratas. Cleo mendengarkan dengan cermat penjelasan dari Bu Clara, hingga tak terasa jam istirahatpun tiba, sehingga mereka harus menghentikan pelajaran yang membosankan untuk sebagian siswa, tapi menyenangkan untuknya.

“Kantin, Yuk!” ajak Mutia padanya.

“Ayo!” Cleo mencari dompetnya.

“Bawa dia kesini.” Teriak Sandra dari depan kelas. Kedua sahabatnya segera menarik Nayla ke depan.

“Lepasin, Aku!” Nayla berusaha melawan mereka.

“Diam, Lo!” bentak Leony.

“Sandra, tolong maafin aku!” Nayla kembali memohon. Sandra dan teman-temannya tertawa. Mereka mulai mengacak-acak rambutnya.

“Ayo, San!” Leony sangat bersemangat melihat Sandra yang sedang menguncang cat itu. 

“Kenapa lagi mereka?” tanya Cleo pada Mutia.

“Gak tahu, sejak pagi tadi mereka sudah berulah. sepertinya si Sandra mau melukis dirambutnya.” Jawab Mutia. Sebagian siswa sudah pergi ke kantin, hanya beberapa yang masih tinggal di kelas, termasuk Cleo. Mereka hanya bisa menonton apa yang dilakukan Sandra dan teman-temannya tanpa mau melerai.

“Aku mohon, Jangan!” tangis Nayla semakin kencang saat melihat kaleng cat itu sudah berada di atas kepalanya.

“Dengan begini lo bakal jadi princess tercantik.” Sandra tertawa nyaring diikutin yang lain. Saat akan menekan cat itu tiba-tiba tangannya di cengkram sangat kuat oleh Cleo.

“Hentikan!” Cleo memgambil paksa cat yang ada ditangannya dan membuangnya.

“Apa-apaan, Lo?” teriak Sandra tidak terima karena Cleo ikut campur.

“Jangan buat masalah dengannya.” Cleo kemudian menarik tangan Nayla.

“Hey! Lepasin dia!” teriak Sandra, Leony dan Stella menghalangi mereka.

“Minggir!” Cleo menatap tajam pada mereka. Sementara siswa lain bertanya-tanya apa yang sedang dilakukannya. 

"Kenapa dia ikut campur urusan mereka." ucap beberapa siswa.

“Gak, lo yang minggir!” teriak Stella.

“Lo gak usah ikut campur deh. Mending lo belajar aja sana, biar makin pinter.” ledek Leony.

“Kenapa lo suka banget ikut campur?” tanya Sandra. “Kemarin juga lo nolongin dia lepas dari kita. Apa lo mau jadi pahlawan kesiangan?” tanya Sandra yang berdiri di depannya.

“Gue udah bosan dengan tingkah kalian.” Jawab Cleo.

“Cleo, sudah, nanti kamu kena masalah.” bisik Mutia, tapi Cleo tidak peduli. Dia menatap Nayla yang masih menangis.

"Minggir gak? Lo tau'kan siapa gue?" Sandra berkacak pinggang.

"Gue sangat tahu siapa lo! Tapi, jangan lo pikir gue bakalan takut. Lo bisa berbuat semau lo, karena ini sekolah milik orangtua lo. Tapi, kalau lo macam-macam gue bisa laporin ini ke dinas pendidikan. Bukan hanya lo, sekolah ini juga akan dalam masalah." ancam Cleo.

"Dra, sudah! Jangan cari masalah dengannya. Lo tau sendiri dia siswa terbaik disini. Nanti lo sendiri yang kena masalah." bisik Leony padanya.

"Minggir, Lo!" Sandra mendorong tubuh Nayla saat akan melewati mereka.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Cleo.

"Aku baik-baik saja." jawabnya.

"Kita kantin yuk!" Cleo mengajak Nayla untuk bergabung bersama mereka, tapi Nayla menolak.

"Aku disini saja! Aku gak mau kamu terlibat masalah dengan mereka lagi." jawabnya.

"Kalau kamu tetap disini yang ada mereka akan terus mem-bullymu. Ikutlah denganku." Cleo mengulurkan tangannya, Nayla tampak berpikir. "Sudah, Ayo! Jangan kelamaan mikir." Cleo menarik tangannya. Nayla hanya bisa terharu melihat kebaikan Cleo padanya. Mereka berjalan menuju kantin.

Kantin sangat ramai, terlihat siswa-siswa lainnya sedang sibuk dengan kegiatan maaing-masing. Ada yang asyik bergosip, tertawa ataupun melakukan hal-hal yang terlihat konyol.

"Kalian mau pesan apa?" tanya Cleo pada Nayla dan Mutia. 

"Aku mie rebus pakai telur." seru Mutia.

"Kamu, Nay?" tanyanya pada Nayla yang sejak tadi lebih banyak menunduk.

"Aku juga mie rebus." jawabnya. Cleo memesan apa yang mereka inginkan, setelah itu mereka berjalan menuju meja yang masih kosong. 

"Itu kenapa?" tanya Nayla saat melihat perban di siku tangan Cleo.

"Oh, aku tadi mengalami sedikit insiden saat berangkat." Cleo cengegesan.

"Lo, udah ke UKS?" sela Mutia.

"Udah." jawabnya.

🍀🍀🍀

"Sttt, Cleo tu!" bisik salah satu siswa pada Kiano, ketua osis di sekolah itu. Siswa yang bernama Kiano itu segera menoleh ke meja yang tidak jauh dari tempatnya. Dan, benar saja Celo sedang berada disana menikmati mie rebus yang ada dihadapannya.

"Mau sampai kapan lo bengong terus? Sana samperin." ucap temannya.

"Tapi, dia lagi bareng teman-temannya." Kiano menolak.

"Ah, ketos apaan lo? Begitu aja malu." ledek yang lain. Mendengar ledekan teman-temannya, Kiano langsung berdiri dan memghampiri meja Cleo.

"Hi, Nay!" Kiano bukan menyapa Cleo tapi malah Nayla. Mendengar itu teman-temannya serempak tertawa. Kiano menatap tajam ke arah mereka. Nayla grogi saat Kiano duduk di sebelahnya.

"A-ada apa?" tanya Nayla. Kiano melirik ke arah Cleo yang duduk di depannya. Cleo terlihat tidak peduli, dia asyik menyantap mie yang ada dimangkuknya.

"Kamu mau gak gabung jadi anggota osis? Menurutku kau pantas untuk menjadi salah satu dari kami." ucapnya.

"Tapi, aku ..." Nayla tampak kebingungan. "Aku akan memikirkannya." ucapnya.

"Ok, aku tunggu jawabanmu." Kiano beralih pada Cleo. "Kamu, Cleo?"

"Aku tidak tertarik." tolaknya.

"Tapi, kami membutuhkan siswa sepertimu. Apalagi kamu adalah siswa berprestasi di sekolah kita, jadi aku yakin dengan keberadaanmu di osis akan membawa kemajuan untuk kita semua." Kiano berusaha membujuknya.

"Maaf, tapi aku tidak tertarik." Cleo dengan tegas menolaknya. "Kalian sudah selesai?" tanyanya pada Nayla dan Mutia. Mereka berdua mengangguk. "Kalau begitu, Ayo!" Cleo berdiri diikuti dengan kedua rekannya. Kiano hanya bisa terdiam menatap kepergian Cleo.

"Lo, ditolak?" rekan-rekannya menghampiri Kiano. Mereka tertawa keras melihat sang ketos tidak berkutik di hadapan Cleopatra.

"Diam kalian!" bentaknya, bukannya takut mereka malah tertawa semakin keras.

Kiano Devandra sudah lama menyukai Cleo. Tapi, karena sikap Cleo yang begitu cuek membuatnya sangat susah untuk ditaklukkan. Sementara Kiano, selain tampan, dia juga anak orang kaya ditambah lagi dia adalah ketua osis di SMA mereka. Membuat dirinya menjadi incaran para siswi, tapi tidak dengan Cleo.

"Kenapa kamu gak mau jadi anggota osis?" tanya Mutia pada Cleo.

"Aku malas ikut begituan." jawabnya.

"Tapikan bagus, Cle, semua siswa pengen banget bisa gabung disana." lanjutnya. "Kamu, Nay?" tanya Mutia.

"A-aku ..." Nayla bingung saat pertanyaan itu dilontarkan padanya.

"Kenapa?" tanya Cleo.

"Aku dari dulu memang ingin gabung dengan disana. Tapi, aku merasa gak pantas." Nayla mulai lagi.

"Kalau kamu tertarik, gabung aja. Lagian siapapun boleh gabung kok. Jadi, kamu gak perlu merasa seperti itu." jawab Cleo.

"Benar itu, Nay! Kali aja kalau kamu gabung di osis, Sandra dan teman-temannya gak akan berani buat ganggu kamu lagi." Nayla tampak memikirkan saran dari Mutia. "Itu mereka, baru diomongin udah nonggol." ucap Mutia saat Sandra dan kedua rekannya masuk kelas.

"Aku balik ke bangkuku dulu ya." Nayla berpamitan pada mereka saat Sandra menatap tajam padanya. Begitupun, dengan Mutia.

Sandra berjalan menuju kursinya yang berada di bagian belakang, tak jauh dari kursi Nayla. Matanya terus saja menatap ke arah Nayla, sementara kedua temannya asyik tertawa cekikikan.

"Hey, anak babu! Jangan lupa, pulang sekolah lo harus ke rumah gue." bisiknya saat melewati Nayla. Setelah itu dia duduk di kursinya sambil menatap ke arah Cleo. Cleo yang sejak tadi memperhatikannya begitu terganggu saat melihat Nayla mengangguk lemah didepannya. Cleo ingin berdiri, tapi guru mereka keburu masuk, Sandra tersenyum sinis padanya.

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!