BAB 20

"Dok, ini guntingnya." mereka tersadar saat mendengar suara suster. Andreas mengambil gunting itu, dan mulai mengunting benang yang ada di kepala Cleo. Untuk jahitan selanjutnya, Andreas mencoba sepelan mungkin agar Cleo tidak merasakan sakit lagi.

"Sudah." Cleo membuka matanya dan melepaskan jas Andreas yang sejak tadi dia pegang. "Lukamu baik-baik saja." ucap Andreas.

"Terima kasih." ucap Cleo.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, lukamu sudah kering dan sekarang kamu baik-baik saja." Andreas melepas sarung tangannya dan membuangnya ke tempat sampah.

"Terima kasih, Dok." bi Ita menyela mereka. "Ayo, Non!" ajaknya.

"Sebentar, Bi! Maaf, Dok, apa kita pernah bertemu sebelumnya? Suara anda sangat familiar untuk saya." tanya Cleo yang sejak tadi penasaran dengannya.

"Tentu saja!" jawabnya.

"Benarkah?" tanya Cleo.

"Saya dokter yang mengobatimu saat kamu dibawa kesini." jawab Andreas.

"Oh, pantesan!" Cleo manggut-manggut.

"Ayo, Non!" bi Ita kembali mengajaknya keluar dari ruangan itu. Mereka pergi dari sana setelah berpamitan pada Andreas.

"Huufftt!! Syukurlah!" Andreas menarik napas lega. Dia membuka maskernya.

"Ada apa, Dok? Apa anda mengenal pasien tadi?" tanya perawat yang sejak tadi mendampinginya.

"Kamu tidak perlu tahu. Hubungi aku jika ada pasien lagi." dia berjalan keluar dari UGD, kebetulan hari ini UGD tidak seramai biasanya.

"Bi, apa kita bisa ke swalayan dulu?" tanya Cleo.

"Tentu saja! Pak, kita singgah sebentar di swalayan dekat rumah ya." ucap bi Ita pada pak Zaki. Mobil mereka berhenti di swalayan dekat perumahan. Cleo turun dibantu dengan Bi Ita. Mereka berjalan perlahan.

"Mau beli apa, Non?" tanya bi Ita.

"Cleo mau cemilan yang biasa, Bi." jawabnya.

"Biar bibi bantu ambilin." bi Ita yang tahu apa saja yang dia sukai langusung memasukkannya ke keranjang belanjaan.

"Cleo!" Cleo menoleh dan melihat Kiano berdiri disampingnya.

"Kian." ucapnya.

"Lagi apa?" tanyanya.

"Ini lagi beli cemilan." jawabnya. "Kamu?"

"Sama."

"Sudah, Non." ucap bi Ita yang baru datang.

"Cleo, bisa kita bicara sebentar?" tanyanya.

"Bibi pulang duluan aja. Cleo masih ada urusan sama teman." ucapnya, bi Ita mengerti dan langsung pergi bersama pak Zaki.

"Ayo!" ajak Kian. Mereka berjalan pelan menuju mobil Kian. "Bisa?" tanyanya.

"Bisa." Cleo naik dengan hati-hati. Kiano membawa Cleo ke sebuah cafe yang berada tak jauh dari rumah Cleo. Dan, disinilah mereka saat ini.

"Ada apa?" tanya Cleo setelah pesanan mereka sampai.

"Bagaimana kondisimu?" tanyanya.

"Aku sudah lebih baik." jawabnya.

"Sandra sudah menceritakan apa yang terjadi di sekolah kemarin. Jadi, benar Nayla yang melakukan itu padamu?" tanyanya.

"Yah, begitulah!" jawabnya.

"Kenapa kamu gak mengatakan apapun pada pihak sekolah?" Kiano masih penasaran kenapa Cleo masih diam hingga saat ini.

"Untuk apa lagi? Kita saja sudah lulus." Cleo terlihat tidak mau ambil pusing.

"Tapi, apa yang dia lakukan itu adalah kejahatan. Kamu gak bisa membiarkan dia begitu saja." Kiano tidak setuju dengan pemikirannya.

"Aku gak bisa! Gimanapun juga dia adalah temanku." jawabnya.

"Teman? Aku gak salah dengar?" Kiano terlihat bingung dengan pemikiran Cleo.

"Kian, aku mengerti kenapa dia melakukan itu." jawabnya.

"Maksudmu?"

"Nayla itu sudah lama menyukaimu. Sejak awal dia datang ke sekolah kita. Aku tahu bagaimana sakitnya dia saat orang yang dia sukai menyatakan perasaan pada sahabatnya sendiri." Kiano tidak terlihat terkejut. "Kamu sudah tahu?" tanya Cleo.

"Aku juga baru tahu dari Sandra. Awalnya aku gak percaya, tapi melihat sikapnya yang berubah membuatku percaya." jawabnya. "Maafkan aku, Cle! Karena aku kamu jadi seperti ini." Kiano terlihat menyesal.

"Itu bukan salahmu." jawab Cleo. "Udah sore, aku balik dulu ya." Cleo meraih tongkatnya dan berdiri.

"Biar aku antar." Kiano ikut berdiri.

"Tidak apa. Sopirku udah nunggu di depan." Cleo sebelumnya sudah mengirim pesan ke pak Zaki untuk menjemputnya di alamat yang dia kirim.

"Cleo!" Cleo menoleh.

"Apa kita masih berteman?" tanya Kian.

"Tentu saja." Cleo tersenyum dan pergi dari sana. Kiano terlihat sedih. Dia merasa bersalah. Karena dia, Cleo mengalami semua itu.

🍀🍀🍀

"Non, tadi tuan pesan untuk gak pergi kemana-mana." lapor bi Ita.

"Memangnya ayah kemana, Bi?" tanyanya.

"Tuan ada pekerjaan di luar kota." jawab bi Ita. Cleo tidak lagi protes, dia sudah mulai terbiasa dengan semua itu.

"Ini jusnya, Non." bi Ita meletakkan jus Strawbery kesukaannya.

"Makasih, Bi." Cleo melanjutkan kegiatannya mencari kampus yang akan dia masuki.

"Udah tahu mau ambil jurusan apa, Non?" tanya bi Ita yang duduk disebelahnya.

"Aku masih bingung bi!"

"Ya ampun, Non. Orang mah jauh-jauh hari udah mikirin semuanya. Lah ini, udah lulus tapi belum kepikiran." ledek bi Ita, Cleo tertawa.

"Aku masih bingung buat milihnya, Bi." ucapnya. Bi Ita berdiri saat mendengar bunyi telepon rumah.

"Halo?" jawabnya.

"Bi, ini ada teman non Cleo yang mau ketemu." lapor Aming.

"Namanya siapa?" bi Ita harus tahu, karena Adam melarang Cleo untuk bertemu dengan Nayla.

"Sandra." jawab Aming.

"Ya sudah, suruh masuk saja." bi Ita meletakkan kembali telepon itu. "Non, ada temannya datang." lapornya.

"Siapa?" tanya Cleo.

"Sandra."

"Ya udah, Bi, suruh masuk aja." Cleo meletakkan laptopnya.

"Hi, San ...!" Cleo terkejut mendapati Sandra yang tiba-tiba memeluknya sambil menangis. "San, ada apa?" tanya Cleo, bukannya menjawab, tangisnya malah semakin kencang.

"Cleo, aku membencinya." ucapnya di dalam tangisannya.

"Siapa yang kamu maksud?" tanya Cleo yang tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Sandra melepaskan pelukannya dan menerima tisu yang Cleo sodorkan. Dia menyeka airmatanya.

"Sudah lebih baik?" tanya Cleo, dia mengangguk. "Sekarang, katakan ada apa?" entah bagaimana mereka yang awalnya musuh, sekarang malah menjadi dekat.

"Aku baru bertengkar dengan papaku. Dan itu semua karena wanita itu." matanya terlihat marah saat menyebut kata wanita.

"Siapa yang kamu maksud?" tanya Cleo.

"Aisyah, ibunya Nayla." Cleo semakin tidak mengerti.

"Kenapa dengan bu Aisyah?" tanyanya.

"Wanita itu adalah sumber kehancuran keluargaku. Orangtuaku bercerai karena dia." Cleo terkejut.

"Lo mau tahu kenapa gue benci banget sama Nayla?" Cleo mengangguk. "Bukan dia yang gue benci, tapi ibunya. Papaku berselingkuh dengan ibunya. Karena itu mama memilih untuk meninggalkan rumah dan berpisah dari papa. Selama ini mereka hanya bersembunyi dariku. Tapi sekarang, papa terang-terangan ingin wanita itu menjadi bagian dari keluargaku." Sandra menangis, Cleo memeluknya. Dia gak menyangka masalah yang dialami Sandra begitu pelik.

"Apa Nayla tahu?" tanya Cleo.

"Entahlah!" jawabnya.

"Aku rasa tidak. Karena dari apa yang kutahu, dia berpikir ibunya hanya bekerja di rumahmu." Cleo ingat jelas apa yang Nayla katakan padanya.

"Kalau begitu gue harus beritahu dia kelakuan ibunya. Dia harus tahu bahwa ibunya itu pelakor. Ibunya udah ngancurin keluarga gue." Sandra berdiri dan berlari keluar.

"San!! Sandraa!!" Cleo berusaha mengambil tongkatnya. "Sandra, tunggu!!" dengan langkah tertatih dia berusaha mengejar Sandra yang sudah membuka pintu mobilnya.

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!