BAB 7

"Katakan pada saya apa yang sebenarnya terjadi?" Pak Kemal menatap mereka satu persatu.

"Dia yang mulai, Pak!" Sandra menunjuk Cleo.

"Benar, Cleo?" tanyanya.

"Dia yang mulai duluan, Pak!" ucap Cleo. Cleo menceritakan apa yang terjadi, pak Kemal mendengarkan dengan seksama.

"Kamu sebagai siswa berprestasi tidak seharusnya terpancing dengan mereka." ucapnya pada Cleo.

"Lalu, apakah saya harus tetap diam saat mereka mem-bully teman sendiri?" tanya Cleo, Pak Kemal bungkam.

"Bagaimanapun, kalian tetap bersalah. Sebagai hukumannya kalian berempat berdiri di halaman sekolah sampai jam pelajaran selesai." Sandra melonggo.

"Pak, anda tahukan saya siapa?" tanya Sandra.

"Saya tahu, tapi yang salah tetap salah. Sudah sana laksanakan hukuman kalian. Atau mau saya tambah?" ancamnya.

"Dia kenapa gak dihukum?" Sandra menunjuk Nayla.

"Karena dia tidak terlibat dalam pertengkaran kalian." ucapnya. Mereka segera keluar dari ruangan BP, dan berjalan menuju ke halaman sekolah. 

"Cle, maafin aku! Gara-gara aku kamu jadi dihukum." Nayla merasa bersalah.

"Sudahlah! Selalu ada yang pertamakan?" Cleo masih bisa bercanda.

"Teman apaan, Lo? Sahabat lo dihukum panas-panasan, lo enak-enakkan di dalam." ucao Sandra.

"Gak usah didengarin! Udah sana kamu masuk!" Cleo menyuruh Nayla masuk.

"Orang begitu lo belain mati-matian?" ucap Sandra setelah Nayla pergi.

"Bukan urusanmu!" Cleo mengabaikannya. Sandra dan rekan-rekannya tak henti-hentinya mengerutu. Karena wajah mereka diterpa teriknya mentari.

🍀🍀🍀

"Kamu pasti haus!" Nayla memberikannya sebotol minuman dingin. Cleo menerimanya dan langsung meneguk minuman itu hingga habis. "Maafin aku, Cle!" Nayla masih merasa bersalah.

"Apaan sih kamu!" Cleo menoyornya. Mereka tertawa bersama.

"Cle, kita jalan yuk!" ucapnya.

"Kemana?" tanya Cleo.

"Sebenarnya, tadi Kiano ngajakin aku jalan. Tapi aku mau kamu juga ikut." Nayla mengatakannya sambil menunduk.

"Kenapa kalian gak jalan berdua aja?" tanya Cleo. "Malu?" tebak Cleo saat melihat Nayla terdiam.

"Iya." jawabnya pelan.

"Sepertinya ada yang sedang jatuh cinta nih." ledeknya, wajah Nayla bersemu merah.

"Cleo!!" Nayla menutup mulutnya.

"Sejak kapan kamu naksir dia?" tanya Cleo.

"Saat pertama kali aku menginjakkan kaki di SMA ini." Cleo terkejut. "Dia membantuku saat aku tidak sengaja jatuh di depan anak-anak yang lain." Cleo akhirnya paham kenapa Nayla terlihat bahagia saat Kiano mengajaknya bergabung di osis. "Jadi, gimana? Kamu mau membantuku?" tanyanya.

"Ok, ok! Aku akan melakukan apapun asal kamu senang." Cleo berdiri dan membuang botol minumannya ke tempat sampah. Mereka meraih tas yang terletak di atas rumput dan berjalan menuju keluar sekolah.

🍀🍀🍀

"Apa yang kamu lakukan?" Kiano mencengkram erat tangan Sandra.

"Apa maksudmu?" Sandra berusaha melepaskan tangannya dari Kian.

"Aku sudah memperingatkanmu, Jangan ganggu Nayla! Tapi, kau malah bertengkar dengan Cleo?" Kiano terlihat sangat marah.

"Mereka yang mulai! Lo gak tahu aja gimana brutalnya mereka. Terlebih lagi si Cleo itu." jawabnya.

"Aku tidak ingin mendengar alasan apapun lagi darimu. Mulai saat ini jangan pernah dekati aku lagi." Kiano membuat Sandra terhuyung. Sandra menangis, dia tidak menyangka Kiano akan semarah itu padanya.

"Lo, gak apa-apa?" tanya kedua rekannya.

"Semua ini gara-gara cewek kampungan itu!" Sandra menendang ban mobilnya. Dia segera masuk ke dalam mobil diikuti dengan Leony dan Stela.

"Gue harus gimana? Kian marah, dia melarangku untuk mendekatinya." Sandra terlihat panik.

"Sudahlah, lo tenang aja! Lo tinggal berpura-pura baik aja ke Nayla! Setelah itu, gue yakin Kian pasti baik lagi." timpal Stela.

"Dia benar! Lo pura-pura aja baikin tuh anak kampung." ucap Leony yang setuju dengan idenya. Mata Sandra terlihat berbinar mendengar saran dari mereka. Setelah merasa cukup tenang, Sandra mengendari mobilnya keluar dari area sekolah.

Sementara itu, Nayla dan Cleo yang baru sampai di parkiran mencari keberadaan Kiano. Terlihat pemuda berjalan dari koridor sekolah dan menghampiri mereka.

"Maaf membuat kalian menunggu lama." ucapnya saat sampai di depan mereka.

"Gak apa-apa." jawab Nayla.

"Kita jalan sekarang?" ajaknya.

"Kalian bareng aja! Aku pakai motor." ucap Cleo.

"Motor kamu tinggal aja. Besok aku jemput dan antar kamu ke sekolah." sarannya, Cleo melirik Nayla.

"Gak usah, aku naik motor aja." Cleo menaiki motornya dan memakai helm. Kiano tidak lagi bisa memaksanya. Nayla ikut dengan mobil Kiano. 

Setelah setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di Puri Mall. Kiano mengajak mereka menonton. Setelah itu, mereka menyempatkan makan bareng. Semuanya ditraktir oleh Kian.

"Ayo, Nay, aku antar pulang!" ucapnya saat mereka berada di parkiran. Nayla terlihat ragu, dan menoleh pada Cleo.

"Nayla pulang bareng aku aja. Udah maghrib, gak enak kalau kamu yang antar." jawab Cleo, Nayla tersenyum samar.

"Tapi, aku gak mungkin biarin kalian pulang malam begini." selanya.

"Udah, gak apa-apa. Ini belum terlalu malam, dan rumah kami juga gak jauh dari sini." jawab Cleo. 

"Ya udah kalau gitu, kalian hati-hati ya!" Nayla naik ke motor Cleo dan mereka segera pergi dari sana. Kiano masih memandangi mereka hingga motor itu tidak terlihat lagi.

"Sepertinya ada yang bahagia nih." canda Cleo saat mereka sudah sampai di rumah Nayla.

"Apaan sih, Cle?" ujarnya malu-malu.

"Kalau gitu aku balik dulu, sampai ketemu besok." ucap Cleo.

"Hati-hati, ya!" pesannya. Cleo kembali menghidupkan mesin motornya. Sesampainya di rumah, Cleo segera menuju garasi, wajahnya tersenyum saat melihat mobil Adam sudah berada disana. Cleo bergegas masuk dan mencari keberadaan ayahnya.

"Dari mana saja kamu?" senyum Cleo perlahan memudar saat melihat tatapan dingin darinya.

"Aku baru dari mall, Yah!" jawab Cleo.

"Apa kamu tidak bisa pulang dulu?"

"Tapi aku sudah ada janji dengan teman." jawabnya.

"Pihak sekolah menghubungiku." mata Cleo membesar. "Apa ini? Sejak kapan kamu suka bertengkar?" tanyanya.

"Cleo hanya membela teman, Yah!" jawabnya.

"Tapi apa harus berkelahi? Apa kamu mau jadi jagoan?" Adam tetap dengan sikap dinginnya. "Kamu tahu gak kalau apa yang kamu lakukan itu salah?"

"Gak, yang aku lakukan ini sudah benar. Aku tidak bersalah! Aku hanya membela temanku!" Cleo tidak terima Adam menyalahkannya.

"Cleopatra!!" teriaknya.

"Sejak kapan ayah peduli padaku? Urus saja semua pekerjaan Ayah." setelah menumpahkan kekesalannya, Cleo berlari menuju kamarnya.

"Tuan, kenapa anda harus marah seperti ini? Saya rasa ini tidak sepenuhnya kesalahan nona." bi Ita yang sejak tadi mendengarkan keributan mereka ikut berbicara.

"Jika tidak dihentikan sekarang, aku takut dia akan terlibat dalam pergaulan yang tidak sehat." setelah berkata seperti itu, Adam pun kembali ke kamarnya.

"Mereka berdua sama saja." bi Ita menaiki anak tangga menuju kamar Cleo.

"Non, ini bibi!" ucapnya setelah mengetuk pintu. Tidak ada jawaban, dia membuka pintu dengan perlahan. Dia melihat Cleo sedang menangis dengan kepala yang tertutupi bantal. "Non!" bi Ita memegang lengannya.

"Ayah jahat, Bi! Ayah tidak pernah peduli padaku." Cleo bangun dan memeluk wanita yang sudah seperti ibu baginya.

"Ssstt, kenapa bicara seperti itu? Tuan itu sangat menyayangi nona. Tuan hanya tidak ingin nona terluka." dia selalu menjadi penengah diantara kedua ayah dan anak.

"Bibi bohong! Ayah hanya tidak ingin aku membuatnya malu." jawabnya.

"Itu gak benar, Non!" bi Ita membelai lembut kepalanya. Bagaimanapun dia sudah menganggap Cleo seperti putrinya sendiri. Apalagi dia tidak dikaruniai seorang anak dalam pernikahannya. Setelah setengah jam menenangkan Cleo, dia segera keluar saat melihat gadis itu sudah tertidur.

"Tuan?"dia kaget saat melihat Adam berada di depan kamar Cleo.

"Apa dia masih marah?" tanyanya.

"Nona baru saja tidur. Ini pertama kalinya dia menangis seperti itu." ucapnya. 

"Selalu ada yang pertama, Bi. Dia tidak bisa selamanya berada dalam lindunganku. Dia harus belajar menghadapi apapun." ucap Adam. 

"Tapi nona masih terlalu kecil untuk mengerti itu, Tuan." selanya.

"Tidak ada batasan untuk bertahan hidup. Dia sudah harus tahu bahwa dunia ini kejam, terlebih lagi untuk seorang wanita." setelah berkata seperti itu Adam meninggalkan bi Ita yang masih berdiri di depan kamar Cleo.

"Mereka berdua sama kerasnya." ucapnya.

🍀🍀🍀

"Dimana Cleo?" tanya Adam yang baru keluar dari kamarnya. 

"Nona sudah berangkat, Tuan?" alis Adam terangkat, dia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Sepagi ini?" tanyanya.

"Sepertinya nona masih kesal, bahkan dia tidak mau sarapan." bi Ita menceritakan bagaimana Cleo menolak saat dia menyuruhnya sarapan.

"Ya sudah, biarkan saja!" bi Ita ikutan kesal melihat sikap Adam yang dingin. Adam pergi setelah dia selesai sarapan.

"Pagi, Cleo!" sapa Kiano saat melihatnya turun dari motor.

"Pagi." jawabnya.

"Mana Nayla?" 

"Aku gak tahu. Mungkin sudah di dalam." mereka berjalan bersama.

"Cleo!!" dia berbalik saat mendengar Nayla memanggilnya.

"Tumben telat?" tanya Cleo begitu Nayla sampai di depan mereka.

"Kamu yang kepagian." Nayla menoleh pada Kian. "Hi!" sapanya. Kiano tersenyum ramah. 

"Ntar sore masih mau jalan gak?" Kiano kembali mengajak mereka pergi. Nayla tersenyum, sementara Cleo terlihat berpikir.

"Gimana, Cle?" Nayla bertanya penuh harap. 

"Boleh, tapi gak bisa lama ya! Sebelum maghrib aku sudah harus di rumah." jelasnya, mereka setuju.

"Hi, Nay!" mereka dikagetkan dengan kehadiran Sandra yang tiba-tiba. Nayla lebih terkejut lagi, karena Sandra bersikpa ramah padanya. "Nay, gue mau minta maaf atas sikap gue selama ini ke lo. Lo masih mau jadi sahabat gue kan?" semua orang terkejut, terlebih lagi Leony dan Stela. Sandra mengulurkan tangannya, Nayla terlihat ragu, dia bingung harus bagaimana. 

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!