"Apa yang lo katakan?" Sandra emosi.
"Semua orang juga tau kalau kamu dan Cleo sering bertengkar." Nayla terus saja menyudutkannya.
"Jaga mulut lo! Jelas-jelas gue yang nemuin Cleo." Sandra membela dirinya.
"Bisa saja itu hanya alasanmu. Setelah kamu mendorongnya, kamu berpura-pylura meminta bantuan agar kamu tidak ketahuan." ucapnya lagi.
"Lo, ya!" Sandra emosi dan mendorong tubuh Nayla.
"Hentikan!" teriak Kemal. Dia dan Kiano mencoba menghentikan mereka.
"Bapak bisa lihat sendirikan? Seperti inilah aslinya dia. Dia selalu saja berbuat kasar dan mem-bully yang lemah." Nayla kembali menyudutkan Sandra.
"Tutup mulutmu!" Sandra kembali berteriak. Suara Sandra membuat beberapa siswa yang ada diluar menguping pembicaraan mereka.
"Cukup, hentikan!" pak Kemal bersikap tegas pada mereka.
"Kiano, apa kamu tahu sesuatu?" tanyanya pada Kiano yang sejak tadi diam.
"Saya tidak tahu, Pak. Sewaktu saya turun, Cleo sudah bersama Sandra." jawabnya.
"Tapi, benar! Bukan gue yang lakuin. Bapak bisa bertanya ke Leony dan Stela." Sandra kembali membela dirinya.
"Mereka temanmu, mereka pasti membelamu." timpal Nayla.
"Lo, bisa diam gak?" Sandra mengarahkan kakinya ke Nayla.
"Sandra, Cukup!" pak Kemal menghentikannya. "Saya tahu kalian sudah lulus. Tapi, apa yang menimpa Cleo bukan masalah kecil. Dan, orangtua Cleo meminta pihak sekolah untuk mengusut kejadian ini." Nayla terkejut memdengar penjelasan Kemal.
"Kenapa bapak tidak tanya langsung sama Cleo? Aku yakin dia lebih tahu siapa yang melakukan itu padanya." Sandra menatap tajam pada Nayla.
"Saya pasti akan melakukan itu. Jadi, sampai masalah ini selesai kalian harus tetap masuk ke sekolah. Kalau kalian tidak menuruti perkataan saya jangan harap kalian bisa mendapatkan ijazah." setelah mengancam seperti itu, Kemal menyuruh mereka untuk keluar.
"Jadi, kamu yang dorong Cleo?" beberapa siswa langsung menuduh Sandra.
"Apa maksud kalian?" Sandra terlihat marah.
"Kami udah dengar semuanya. Gak nyangka ya lo tega ngelakuin itu ke Cleo." timpal yang lain.
"Biasalah, yang punya sekolah dia. Jadi, dia bebas berbuat apapun. Bahkan mencelakai teman sendiri. Kalian jangan cari masalah sama dia deh." timpal yang lain. Sandra kembali menatap tajam pada Nayla. Rasanya ingin sekali dia merobek mulutnya.
"Sandra!! San!!" teriak Kiano saat melihat Sandra berlari menjauhi mereka. Kiano mengejar Sandra.
"Mampus, lo! Gimana rasanya di-bully satu sekolah." Nayla tersenyum tipis.
"Sandra, tunggu!" Kiano berhasil menghentikannya.
"Gue gak ngelakuin apapun." Sandra menangis. "Gue benar-benar gak ngedorong Cleo." Cleo terisak.
"Sudah, gak perlu kamu hiraukan perkataan mereka. Aku yakin, Cleo akan menjelaskan semuanya." Kaino menenangkannya.
🍀🍀🍀
"Gimana kondisinya?" Adam baru datang saat hari sudah malam.
"Nona baru saja tidur, Tuan. Sejak tadi nanyain tuan mulu." jawabnya.
"Aku ada pekerjaan yang gak bisa ditinggal, Bi." Adam membuka jasnya dan menghampiri Cleo. Dia mengelus kepala Cleo dengan lembut. "Dokter bilang apa?" tanyanya.
"Besok nona sudah boleh pulang. Kontrolnya tiga hari lagi." Adam mengangguk mendengar penjelasannya.
"Apa tuan sudah makan malam?" tanya bi Ita.
"Sudah." Adam berjalan menuju kamar mandi. Sekitar setengah jam Adam keluar dengan wajah yang terlihat segar.
"Ini saya buatin teh, Tuan." bi Ita meletaknya di atas meja.
"Bi, kamu kenal teman Cleo yang bernama Nayla?" tanya Adam sebelum bi Ita kembali ke sofa yang ada di dekat Cleo.
"Kenal, Tuan. Dia sahabatnya nona." jawabnya.
"Seperti apa dia?" tanya Adam.
"Dari yang saya tahu, dia anak yang pendiam. Nona sangat perhatian dan baik sekali padanya. Karena dulunya dia sering di-bully di sekolah." jelasnya. "Adacapa, Tuan?" tanya bi Ita saat melihat Adam terdiam.
"Oh, tidak! Saya hanya penasaran siapa teman dekat Cleo." jawabnya. Kamu bisa istiahat." bi Ita berlalu dari sana. Dia berbaring di kasur yang ada di dekat tempat tidur Cleo.
Adam menatap putrinya yang terbaring di atas tempat tidur. Perasaannya berkecambuk, dia khawatir jika dirinya tidak lagi ada akan seperti apa nasib putrinya itu.
🍀🍀🍀
"Sudah semuanya?" Adam membantu Cleo duduk di kursi roda.
"Sudah, Tuan." jawab bi Ita.
"Kalau begitu, Ayo!" Adam berjalan keluar, perawat yang bertugas mendorong kursi roda Cleo.
"Sudah mau pulang?" seorang dokter berwajah bule mengyapa mereka.
"Iya." jawab Adam.
"Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanyanya.
"Baik, Dok." ucap Cleo pelan.
"Syukurlah! Jaga dirimu baik-baik. Kamu gak tahu betapa khawatirnya ayahmu." Cleo menoleh pada Adam.
"Kalian duluan saja ke mobil." ucapnya.
"Saya permisi, Dok." ucap Cleo pada Vincent.
"Dia sangat manis." Vincent masih menatap ke arah Cleo.
"Setelah ini adalah giliranmu untuk menjaganya." Vincent menatapnya.
"Ayolah! Kau pasti akan bertahan sampai mereka menikah." Vincent memegang pundaknya.
"Aku pulang dulu!" Vincent menatap iba pada sahabatnya itu.
"Apa yang sedang ayah lihat?" Dia kaget karena Andreas tiba-tiba ada di sampingnya.
"Aku sedang menatap masa depanmu." jawabnya.
"Maksud papa?" Vincent tidak menjawab, dia berlalu meninggalkan Andreas yang sedang kebingungan.
🍀🍀🍀
Seperti perjanjian sebelumnya, Sandra tetap masuk ke sekolah walaupun sebagian siswa banyak yang sudah tidak datang. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah atau liburan sambil menunggu ijazah mereka keluar.
"Lihat itu dia datang!" bisik beberapa siswa yang tidak dia kenal. Mungkin mereka adalah adik kelasnya.
"Beruntung ya sebentar lagi dia gak ada disini. Kalau ada bisa jadi sarang penjahat ini sekolah." timpal yang lainnya. Wajah Sandra memerah, telinganya panas mendengar omongan mereka.
"Ayah, kenapa Cleo diminta datang ke sekolah? Bukannya Cleo sudah lulus?" tanyanya saat mereka dalam perjalanan menuju sekolah.
"Ada beberapa hal yang harus kamu luruskan." jawabnya.
"Mengenai apa?"
"Perihal kecelakaan yang menimpamu." Cleo terkejut.
"Tapi, akukan sudah bilang kalau aku terpeleset." jawabnya.
"Ayah tahu kamu berbohong." Cleo semakin kaget, dia tidak menyangka Adam mengetahuinya.
"Tapi...?"
"Ayah tidak suka kamu menutupi sesuatu yang salah dengan alasan apapun." Adam keluar setelah Karyo memarkir mobilnya di area parkir sekolah.
"Gak usah, Pak. Aku bisa sendiri." Cleo menolak bantuan Karyo. Dia berjalan perlahan karena kakinya masih menggunakan gips. Butuh waktu 15 menit untuk mereka sampai di ruangan kepala sekolah.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Pak Hendra, kepala sekolah.
"Sudah lebih baik, Pak." jawabnya.
"Begini, papamu meminta kami untuk menyelidiki kecelakaan yang menimpamu. Apa kamu bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" Cleo terdiam, dia menatap Adam. Cleo yakin, jika Adam tahu yang sebenarnya maka Adam akan memperkarakan Nayla. Cleo tidak mau itu terjadi.
"Saya terpeleset, Pak. Kemarin, saya buru-buru jadi saya lupa kalau saya lagi ada ditangga." jawabnya, Cleo menunduk saat Adam menatap tajam ke arahnya.
"Apa kamu yakin?" tanya pak Hendra.
"Iya, Pak!" Cleo tidak berani menatap mata Adam.
"Bagaimana, Tuan?" pak Hendra meminta respon dari Adam.
"Apa kamu bisa menunggu diluar?" pinta Adam, Cleo mengangguk. Pak Kemal membantunya berdiri. Dia berjalan perlahan menuju taman. Bebarapa siswa yang berpapasan dengannya menanyakan keadaannya.
"Gimana kondisimu?" tanya mereka.
"Sudah kau lebih baik." ucapnya.
"Kita gak nyangka Sandra sampai melakukan hal sekejam itu padamu. Mentang-mentang cintanya di tolak dia melampiaskannya padamu." timpal yang lain.
"Maksud kalian apa?" Cleo tidak mengerti apa yang mereka katakan.
"Kami sudah tahu semuanya. Sandra mendorongmu karena dia cemburu melihat Kiano menyatakan cinta padamu'kan?" tanya mereka.
"Dia itu memang buruk. Mentang-mentang anak ketua yayasan suka seenaknya pada siswa lain. Rasain dia, Kiano menolaknya. Kita yakin saat ini dia pasti ketakutan karena kejahatannya terbongkar." mereka terus saja mengatakan hal buruk tentang Sandra.
"Siapa yang mengatakan hal itu pada kalian?" tanya Cleo.
"Nayla! Kami mendengarnya sewaktu Nayla menceritakannya di ruangan pak Kemal." jawab salah satu dari mereka.
"Sandara?" Cleo kaget saat melihat Sandra ada disana mendengar ocehan mereka. Sandra berlari menuju taman.
"Sandra, tunggu!!" dengan tertatih dan susah payah, Cleo mengejar Sandra yang berlari ke taman. "Kemana dia?" Cleo mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Sandra. Tapi, dia malah melihat Nayla sedang duduk di atas rerumputan. Cleo mendekatinya.
"Nayla!!" panggilnya. Nayla kaget dan langsung berdiri. Dia bersiap pergi dari sana. "Tunggu, Nay!!" teriaknya, Nayla menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" tanyanya tanpa rasa bersalah.
"Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu?" tanya Cleo.
"Apa maksudmu? Aku gak ngerti." ucapnya.
"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu menyalahkan orang lain atas apa yang kamu lakukan?" Cleo emosi melihat sikapnya yang tanpa rasa bersalah.
"Aku tidak melakukan apapun." dia terus berkilah.
"Selama ini aku menganggapmu sahabat, tapi kenapa kamu tega melakukan ini padaku?" tanya Cleo.
"Sahabat macam apa yang menikung sahabatnya sendiri dari belakang?" Nayla bersikap sinis.
"Aku tidak pernah menikungmu." jawab Cleo.
"Tapi kau berusaha merebut Kiano dariku." teriaknya.
"Aku tidak pernah merebutnya darimu." Cleo berusaha menjelaskan padanya.
"Kau bohong! Aku melihat dengan jelas bagaimana kau menerima gelang pemberiannya. Apa kau tahu? Aku yang memilih gelang itu. Seharusnya gelang itu menjadi milikku." ucapnya.
"Apa karena itu kau mendorongku?" Cleo menatap tajam padanya.
"Aku membencimu!!" Nayla kembali mendorong Cleo. Tongkat yang menjadi penyangganya terjatuh, Cleo terhuyung ke belakang.
"Cleeoo!!" teriak Adam dari kejauhan.
"Lo, gak apa-apa?" untung saja Sandra cepat menangkapnya. Nayla yang terkejut segera lari dari taman itu.
~tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments