BAB 5

"Nayla, tunggu!" Nayla dan Cleo menghentikan langkah mereka saat melihat Kiano berjalan menuju ke arah mereka.

"Ada apa?" Nayla bertanya dengan menundukkan wajahnya.

"Bagaimana? Apa kamu setuju dengan tawaranku?" tanyanya. Nayla terdiam, dia menoleh pada Cleo yang berdiri di sampingnya. Kiano juga melirik padanya.

"Baiklah, aku akan bergabung." Nayla menyetujuinya.

"Baguslah! Aku senang sekali kamu mau bergabung." melihat Kiano tersenyum, Nayla tersipu malu. Kacamatanya juga hampir melorot.

"San, lihat itu!" Leony memukul-mukul lengannya.

"Apaan sih, Lo? Sakit tau!" dia membalas memukul Leony.

"Aaww!! Kenapa lo mukul gue balik?" protesnya.

"Salah lo sendiri. Gue mau kasih lihat lo itu." Leony mengarahkan telunjuknya pada Nayla dan Kiano.

"Gue gak salah lihat? Apa yang dilakukan Kiano bareng anak cupu itu?" melihat Sandra menghampiri mereka, kedua rekannya mengikutinya dari belakang.

"Kian, ngapain lo disini?" tanyanya.

"Aku ada urusan sama Nayla." jawabnya.

"Gue gak salah dengar? Sejak kapan lo dekat sama anak cupu ini?" Sandra menunjuk Nayla, tapi Cleo lebih dulu mencengkram tangannya.

"Jaga sikapmu!" Cleo menghempaskan tangan Sandra begitu saja.

"Pahlawan kesiangan mulai beraksi!" ledeknya, kedua rekan Sandra tertawa lebar.

"Sandra, kamu apa-apaan sih? Kenapa suka banget cari masalah?" Kiano membentaknya.

"Lo kenapa jadi belain mereka?" Sandra tidak terima Kiano memarahinya.

"Aku gak belain siapa-siapa. Tapi, aku gak suka melihatmu selalu berbuat kasar pada orang lain." Sandra yang tidak ingin Kiano tambah marah, mengajak kedua rekannya pergi.

"Kamu gak apa-apa, Nay?" tanyanya pada Nayla.

"Aku baik-baik aja!" jawab Nayla.

"Kian!!" beberapa temannya meneriakinya dari kejauhan. Kiano mengangkat tangan kanannya.

"Berikan nomormu, aku akan menghubungimu mengenai kegiatan atau apapun yang berhubungan dengan osis." Kiano mengeluarkan ponselnya, bersiap untuk mencatat nomor Nayla.

"Tapi aku gak punya ponsel." Nayla berkata jujur. Cleo menatap iba pada sahabat baiknya itu.

"Pakai ini aja!" Cleo memberikan ponselnya pada Nayla.

"Gak, Cle! Aku gak bisa." Nayla menolak.

"Pakai aja dulu! Kamu bisa menyimpan nomorku, nanti aku akan mengabari Nayla jika ada pesan darimu." 

"Yes!!" Kiano tersenyum, memang ini yang dia harapkan. Dia mulai mencatat nomor Cleo di ponsel miliknya.

"Kalau gitu aku duluan ya! Nanti aku kabari kamu melalui Cleo." ucapnya sebelum pergi. Nayla kembali tersenyum dan mengangguk.

"Makasih, Cle!" dia memeluk Cleo.

"Simpan aja makasihnya, kita kantin yuk! aku lapar banget ini." Cleo mengusap-usap perutnya.

"Emang kamu gak sarapan?" tanya Nayla.

"Dikit doang." mereka berjalan menuju kantin. Siswa lain sudah tidak asing lagi melihat kebersamaan mereka. 

🍀🍀🍀

"Ayo, masuk!"ajak Cleo saat mereka sudah sampai di depan rumahnya. Nayla mengikuti langkah Cleo memasuki rumah besar itu.

"Sudah pulang, Non?" sapa Bi Ita saat melihat mereka berada di anak tangga.

"Iya. Bi, Tolong anterin cemilan ke kamarku ya!" pintanya, setelah berkata seperti itu mereka bergegas menuju kamar Cleo.

"Enak banget ya hidupmu, Cle! Mau apapun tinggal perintah aja." ucap Nayla yang sudah berbaring di atas tempat tidur berwarna pink itu.

"Tapi, aku tetap saja kesepian." jawabnya sambil bertukar pakaian. "Kamu mau ganti baju sekalian gak?" dia menawarkan pakainanya untuk digunakan Nayla. Nayla berjalan menuju lemari dan matanya disuguhi dengan baju-baju yang sangat bagus. Berbeda dengannya yang biasa menggunakan baju kaos yang dibeli di pasar biasa.

"Aku boleh pakai ini?" Nayla mengambil baju kaos berwarna hitam dan celana jeans 7/8.

"Tentu saja!" Cleo mengangguk. Nayla segera menganti bajunya dengan punya Cleo.

"Non, ini cemilannya."Bi Ita meletakkan cemilan yang dia bawa di atas meja belajar. 

"Makasih, Bi." ucap Cleo. Bi Ita mengangguk, sebelum pergi Bi Ita melirik ke arah Nayla yang baru keluar dari kamar mandi. Nayla terkejut saat melihat Bi Ita terus memandanginya.

"Sini, Nay!" mendengar Cleo memanggilnya, Nayla segera menuju ke balkon. Bi Ita meninggalkan mereka di kamar itu.

"Cobain, nih!" Cleo menawarkan jus dan cookies yang tadi dibawa oleh bi Ita untuk mereka. Nayla mengambilnya dan menikmatinya. Saat mereka asyik bercerita terdengar ponsel Cleo berbunyi. "Nay, Kiano nih!" Cleo memberikan ponsel itu pada Nayla. Nayla menerimanya dan menjawab panggilan dari Kiano.

"Hallo." jawab Nayla.

"Hi, Cle!" sahut Kiano, karena dia pikir Cleo yang mengangkat teleponnya.

"Aku, Nayla." Kiano sedikit kaget, dia berpikir Cleo yang akan berbicara padanya.

"O-oh hi, Nay!" Kiano menutupi kekagetannya. "Maaf, tadi aku kirain Cleo."

"Gak apa! Oh ya, ada apa kamu nelpon?" tanya Nayla.

"Aku mau kasih tau besok kita ada rapat osis." ucapnya.

"Baiklah, aku akan datang." jawab Nayla.

"Ok! Aku tunggu! Salam untuk Cleo." Kiano menyudahi obrolan mereka. 

"Ini, Cle!" Nayla mengembalikan ponsel Cleo. "Udah sore, aku pulang dulu ya." ucapnya.

"Nginap disini aja, bukannya tadi kamu bilang ibumu lembur?" Nayla ingat kalau tadi dia memang mengatakan kalau ibunya malam ini gak pulang.

"Tapi, aku gak enak sama ayahmu." Nayla sedikit ragu.

"Gak usah dipikirin. Ayah gak akan peduli juga." jawabnya.

"Baiklah." Nayla setuju untuk menginap disana. Mereka kembali melanjutkan obrolan yang sempat tertunda karena ada telepon dari Kiano. Dari obrolan itu, Nayla tau bahwa Cleo dan dirinya tidak jauh beda. Mereka sama-sama kesepian, bedanya hanya pada status mereka. Hal ini membuat mereka semakin nyaman satu dan yang lain.

🍀🍀🍀

"Ayahmu gak ikut makan, Cle?" saat ini mereka susah berada di meja makan, karena bi Ita sudah menyiapkan makan malam.

"Ayah sudah pulang, Bi?" tanya Cleo pada bi Ita yang berdiri di sebelahnya.

"Belum, Non, mungkin sebentar lagi." jawabnya.

"Kita duluan aja, Nay!" mereka makan bersama, sesekali Nayla melirik ke arah bi Ita yang sejak tadi terus saja memperhatikannya.

"Bi, kita ke kamar dulu ya!" Cleo mengajak Nayla kembali naik ke kamarnya. Bi Ita hanya mengangguk, dan mulai merapikan meja makan kembali.

"Tiap hari kamu seperti itu?" tanya Nayla saat mereka sedang berbaring di kasur Cleo yang empuk.

"Iya." jawabnya.

"Ayahmu?"

"Aku'kan sudah cerita, ayah itu selalu sibuk dengan pekerjaannya. Mana dia ada waktu untukku." ucapnya datar. Nayla menatap iba padanya.

"Jangan menatapku seperti itu." Nayla kaget ternyata Cleo menyadarinya.

"Aku tahu seperti apa rasanya." jawab Nayla.

"Apa ibumu sering bekerja hingga pagi?" tanya Cleo.

"Hanya dua kali dalam seminggu." jawabnya.

"Kalau kamu di rumah sendiri, lebih baik nginap disini aja. Jadi, aku ada temannya." ucap Cleo.

"Ok." Nayla setuju. 

"Oh iya, aku hampir lupa." Cleo berdiri dan berjalan menuju meja belajarnya. Dia berjalan menuju ke temapt Nayla berbaring dengan membawa sebuah kotak ditangannya. "Ini buatmu." Cleo menyodorkan kotak itu pada Nayla.

"Apa ini?" Nayla menerimanya.

"Itu handpone lamaku. Kalau kamu mau kamu boleh ambil." Nayla terkejut, dia membuka kotak ponsel itu dan melihat handphone yang masih seperti baru.

"Tapi ini kan masuh bagus, Cle!" ucapnya setelah memeriksa ponsel itu. "Gak ah, aku gak mau!" Nayla mengembalikan ponsel itu padanya.

"Gak apa-apa. Aku ada ini." Cleo mengangkat ponselnya. "Dari pada gak ke pakai. Jadi, kalau kamu punya handphone kita jadi mudah komunikasinya." Cleo menyodorkan kembali ponsel itu pada Nayla. Nayla terlihat ragu, tapi Cleo memaksa. Akhirnya dia menerima ponsel itu.

"Apa ayahmu gak akan marah?" tanyanya.

"Gak akan." jawabnya. 

"Makasih, Cle!" Nayla sangat bahagia, dia memeluk erat sahabatnya itu.

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!