BAB 10

"Non, makan dulu!" panggil bi Ita ke kamarnya. Sejak pulang sekolah, Cleo belum keluar dari kamarnya.

"Nanti aja, Bi." jawabnya.

"Kenapa sih, Non? Ada masalah di sekolah?" bi ta duduk disebelahnya.

"Aku dan Nayla sedang bertengkar, dia pikir aku berniat merebut gebetannya." Cleo biasa menceritakan masalahnya pada bi Ita.

"Aduh, Non, begitu aja dipikirin. Besok samperin aja lagi teman non itu, dan jelasin lagi kalau non gak tertarik sama itu cowok." sarannya. "Sekarang turun dan makan, sebentar lagi tuan pulang." bi Ita mendorong tubuhnya agar segera beranjak dari tempat tidur.

"Mau apa lagi?" Nayla kaget karena pagi-pagi sekali, Cleo sudah ada di depan rumahnya.

"Nay, dengerin aku dulu!" Cleo mencegah Nayla yang ingin kembali masuk. "Aku itu gak ada hubungan apa-apa sama Kiano. Kemarin aku memang nonton bareng dia, tapi sebelumnya aku udah ngajakin kamukan?" Nayla terdiam, dia mengingat kembali percakapannya dengan Cleo kemarin.

"Kamu gak bohong?"

"Buat apa aku bohong? Aku gak punya perasaan apa-apa sama Kiano." Cleo menegaskan hubungannya dengan Kiano. 

"Aku pikir kamu akan menusukku dari belakang." Nayla memeluknya.

"Itu tidak akan pernah terjadi." jawabnya, mereka kembali berbaikan. Sejak saat itu Cleo berusaha menjaga jarak dengan Kiano, dia tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman lagi dengan Nayla. 

Hubungan Cleo dan Nayla berjalan baik. Mereka semakin dekat. Kiano juga semakin dekat dengan mereka. Dimana ada mereka, Kiano juga pasti berada disana. Hal itu membuat Sandra semakin membenci Nayla.

"Nay, kita jadikan belajar bareng?" tanya Cleo saat mereka sedang di kantin. Tidak terasa ujian kelulusan tinggal beberapa hari lagi.

"Boleh. Dimana?" tanyanya.

"Di rumah kamu aja." ujar Kiano yang baru datang.

"Emang kamu mau ikutan gabung?" tanya Nayla padanya.

"Tentu saja. Aku gak akan menyia-nyiakan kesempatan bisa belajar bareng siswa paling pintar di sekolah kita." Nayla setuju dengan pendapat Kiano.

"Tapi, aku ..." Cleo terlihat ragu.

"Kenapa? Aku gak boleh gabung?" tanya Kiano.

"Bukan begitu, gimana kalau belajarnya di rumah kamu aja?" Cleo belum pernah mengajak teman cowoknya ke rumah. Kalau Nayla sudah biasa, tapi kalau Kiano dia belum tahu akan seperti apa respon Adam nantinya.

"Kalau begitu belajar di rumah gue aja." sela Sandra. Semua menoleh padanya. 

"Kamu serius?" tanya Kiano.

"Tentu saja! Gimana maukan? Tenang aja, rumah gue gede bisa kok buat nampung kalian." Sandra mengolok Cleo. Dia berpikir Cleo dan Nayla berada di level yang sama. Karena Cleo tidak pernah membawa mobil ke sekolah. Kemana-mana dia selalu menggunakan sepeda motor.

"Gue setuju! Gimana?" tanya Kiano pada mereka. Cleo menatap pada Nayla, gadis itu terlihat sangat ragu. Cleo tahu apa yang ada dipikirannya. Dia pasti malu saat Kiano tahu bahwa ibunya bekerja di runah Sandra. "Nay ...?" tanya Kiano, Sandra tertawa di dalam hati.

"Kiano akan tahu siapa lo sebenarnya. Setelah itu gue mau lihat apa lo masih berani deketin Kiano lagi." batinnya.

"A-aku ..." Nayla menatap pada Cleo berharap agar Cleo menolongnya.

"Ya sudah, di rumahku saja." potong Cleo.

"Kamu yakin?" tanya Kian.

"Iya." Nayla bernapas lega.

"Yakin rumahmu bisa menampung kita-kita?" dari nadanya Sandra sedang meremehkannya.

"Jangankan kalian, satu kelas bisa aku tampung." Nayla dan Kiano tersenyum geli mendengar jawaban Cleo.

"Udah miskin aja belagu." ujar Sandra sambil berlalu dari meja mereka.

"Emang lo udah pernah ke rumahnya?" tanya Leony.

"Belum." jawabnya.

"Terus darimana lo tahu kalau dia miskin?" tanya Leony lagi.

"Lo bisa lihat, mana ada disini orang kaya yang pergi kemana-mana pakai motor?" Stela langsung menertawakan pemikirannya.

"Dra, lo gak bisa nilai orang dari tampangnya. Bisa jadi dia anak orang kaya tapi gaya hidupnya sederhana." timpal Stela.

"Lah, buktinya kalian percaya kalau si Nayla itu anak pembokat gue?" dia menyamakan Nayla dan Cleo.

"Yah, kita percaya karena emang udah kebukti. Kan kita udah nanya langsung ke nyokapnya." jawab Stela lagi. Lah, ini kita aja belum pernah ketemu sama ortunya si Cleo."

"Lo teman gue bukan sih?" Sandra kesal karena sejak tadi Stela terkesan mendukung Cleopatra.

"Iya nih, dari tadi gue dengerin lo nyudutin Sandra mulu." sela Leony.

"Yah, gue gak mau malu aja. Gimana kalo ternyata levelnya sama ma kita-kita? Atau malah diatas kita?" Stela lebih berpikiran terbuka dibanding kedua sahabatnya itu. Dia tidak menyukai Nayla karena terpengaruh oleh kebenciaan Sandra terhadap ibunya Nayla. 

"Ah, sudahlah! Kapan kita makannya kalau kalian ributin Cleopatra mulu?" Leony melerai adu mulut yang akan terjadi.

🍀🍀🍀

Bel pulang sekolah berbunyi, Cleo dan Nayla berjalan bersama menuju parkiran. Kiano sudah terlebih dahulu menunggu mereka.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Kian.

"Tungguin kita!" teriak Sandra dan genknya yang datang dengan tergesa-gesa.

"Lama banget sih?" tanya Kiano.

"Nih, Leony kebiasaan toilet mulu." Sandra yang menjawabnya.

"Kita jalan sekarang?" tanya Cleo.

"Kian, kita bareng mobil lo ya!" ucap Sandra, Kiano langsung mengangguk, karena dia tahu bahwa Cleo dan Nayla pasti naik motor. 

"Gimana kalau di rumahnya nanti gak ada acnya? Kenapa gak dirumah lo aja sih, Dra?" ucap Leony yang duduk di belakang bersama Stela.

"Kalian tenang aja, rumah Cleo pasti adem." jawab Kiano.

"Emang lo udah pernah ke rumahnya?" Sandra curiga, kenapa Kiano bisa begitu yakin. 

"Aku sih belum pernah masuk, tapi aku yakin rumahnya pasti adem." Kiano tersenyum geli membayangkan mereka pasti akan melongo melihat rumah Cleo. Sandra semakin ragu melihat senyum di wajah Kiano.

"Lo gak sedang becandaiin kita'kan?" tanyanya. Kiano mengangkat kedua bahunya.

"Awas saja nanti, kalau ternyata disana panas, dekil dan bau." Sandra bergedik geli membayangkan semua itu. "Loh, kenapa kita kemari?" Sandra bingung karena mereka memasuki kompleks perumahan mewah. Kiano tidak mengatakan apapun.

"Wow, rumah disini mewah-mewah banget." Leony terkejut melihat rumah-rumah yang ada disana.

"Iya, lo benar!" timpal Stela yang juga ikut terpukau. Sandra menoleh ke arah Kiano yang duduk disebelahnya. Kiano menghentikan laju mobilnya saat melihat motor Cleo berhenti di depan sebuah gerbang hitam yang besar dan tinggi.

"Rumah siapa ini?" tanya Sandra, Kiano masih bungkam, Cleo masuk saat gerbang terbuka, begitupun dengan mobil yang dikendarai Kiano. 

"Ayo, turun!" ucapnya saat melihat Cleo dan Nayla sudah turun dari motornya. Mereka bertiga masih bingung.

"Jangan-jangan dia anak pembokat dirumah ini." bisik Leony di telinga Sandra.

"Ayo, masuk!" ajak Cleo. Mereka bertiga masih terdiam.

"Yakin nih, kita masuk?" tanya Leony lagi.

"Ayo! ngapain masih berdiri disana?" Cleo memanggil mereka. Nayla dan Kiano saling melempar senyum melihat ketiga rekannya. Mereka berjalan menaiki anak tangga dan bergabung dengan Cleo.

"Udah pulang, Non?" tanya bi Ita saat melihat Cleo. "Ayo, silahkan masuk!" bi Ita mempersilahkan mereka untuk duduk. Bi Ita sudah mempersiapkan semuanya, karena sebelumnya Cleo sudah memberitahunya kalau mereka akan belajar bersama. Sandra dan genknya saling sikut, mereka malu sendiri saat menyadari jika penilaian mereka salah.

Mereka mulai belajar bersama, bi Ita mengantarkan cemilan untuk mereka. Cleo, Nayla dan Kiano cukup serius membahas materi dan kisi-kisi soal yang kemungkinan keluar saat ujian nanti. Tapi, Sandra dan genknya lebih banyak bercanda dan malah terkesan menganggu. Karena sudah sore, mereka sepakat untuk mengakhirinya.

"Ayo, Nay, bareng kita aja." ajak Kiano.

"Hmm, aku ..." Nayla kembali ragu. Sandra tersenyum puas. 

"Kali ini apalagi alasan lo?" batinnya.

"Nayla biar aku yang antar. Kasihan kamu bolak-balik nganterin sebanyak itu." Cleo kembali menjadi pelindung untuk Nayla. Sandra sangat kesal, niatnya untuk mempermalukan Nayla lagi-lagi harus gagal.

"Baiklah, sampai jumpa besok." Kiano pamit diikuti Sandra dan yang lain.

"Makasih ya! Sejak tadi kamu sudah menolongku." ucap Nayla padanya. "Kalau gitu aku pulang dulu." pamitnya.

"Tunggu disini, biar aku antar kamu pulang." Cleo berlari ke dalam umtuk mengambil kunci motornya. Saat akan menghidupkan motor, mobil Adam memasuki gerbang.

"Kamu mau kemana?" tanya Adam padanya.

"Cleo mau antar Nayla pulang." Adam menoleh pada Nayla yang berdiri disebelah putrinya.

"Karyo, antar mereka." setelah memberi perintah pada pak Karyo, Adam segera masuk ke rumah.

"Ayo, Non!" pak Karyo membukakan pintu, menunggu mereka masuk.

"Ayo, Nay!" Cleo menarik tangan Nayla agar mengikutinya. Setelah itu mobil Adam kembali meninggalkan rumah itu.

🍀🍀🍀

"Gue gak nyangka ternyata si Cleo anak orang kaya." ujar Leony.

"Gue bilang juga apa? Belum tentu dia sama dengan Nayla." jawab Stela.

"Emang Nayla kenapa?" tanya Kiano.

"Emang lo gak tahu kalau Nayla itu levelnya dibawah kita?" Leony memajukan sedikit tubuhnya untuk dapat melihat Kiano.

"Maksud kamu?" Kiano hanya bisa menatap sekilas padanya, karena saat ini dia sedang menyetir.

"Ya ampun, Kian? Lo kemana aja?" Leony sedikit berteriak. "Lo harus tahu, Nayla itu bisa sekolah bareng kita berkat bantuan papanya Sandra, karena ibunya pembokat di rumah Sandra." Stela menutup mulut Leony, Kiano menoleh pada Sandra yang sejak tadi tidak mengatakan apa-apa.

"Serius, Dra?" tanyanya. Sandra mengangguk pelan. Padahal dalam hatinya dia sangat senang, karena Leony membongkar semua rahasia Nayla. Jadi, dia masih bisa terlihat baik dimata Kiano.

"Apalagi kalau lo tahu alasan Sandra membencinya, pasti lo gak akan mau dekat dengannya."

"Leony, cukup!" Sandra berteriak, Leony terdiam dengan ekspresi Sandra.

"Memangnya ada apa?" tanya Kiano lagi.

"Udah, gak usah bahas itu lagi. Tuh, rumah lo!" ucap Sandra saat mereka sampai di depan rumah Leony. Leony berpamitan pada mereka dan segera keluar dari mobil itu. Setelah itu mereka mengantar Stela, terakhir Kiano mengantar Sandra.

"Makasih ya lo udah nganterin gue." ucap Sandra saat mereka berada di depan gerbang rumahnya.

"Udah, santai aja!" jawab Kiano. "Itu bukannya papamu?" Kiano menunjuk lelaki berjas yang sedang memeluk seorang wanita. Wajah Sandra langsung merah saat melihat pemandangan itu. Tangannya meremas rok sekolahnya. "Siapa dia? Itu bukan mamamu'kan?" Kiano menoleh pada Sandra, Sandra menggeleng dan tubuhnya mulai bergetar, bahunya naik turun

"Dia bukan mamaku!" jawabnya, Kiano yang mulai paham mengambil tissu dan memberikannya pada Sandra.

"Lo pernah nanya kenapa gue dan Nayla musuhan'kan?" Sandra menatapnya dengan mata yang masih berkaca-kaca. Kiano mengangguk. "Inilah alasannya kenapa gue membencinya. Wanita itu adalah ibunya Nayla." Kiano tercengang.

~tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!