"Di mana keluarganya?" tanya Andreas setelah selesai menjahit luka di kepala Cleo.
"Kami sudah menghubungi keluarganya." jawab Kemal.
"Anda siapa?" tanyanya.
"Saya gurunya, Dok. Apa yang terjadi pada siswa saya?" Kemal terlihat khawatir.
"Lebih baik kita tunggu keluarga pasien." Andreas kembali masuk ke dalam tirai yang menutupi Cleo.
"Setelah keluarganya datang, kabari saya." Andreas melepas sarung tangannya.
"Dimana putriku?" mereka semua menoleh ke arah suara yang baru datang.
"Cleo ada di dalam, Pak." Kemal menunjuk ke arah tirai, tempat Cleo terbaring.
"Cleo!!" Adam membuka tirai itu dan langsung menghampiri Cleo.
"Apa yang terjadi pada putri saya?" tanyanya entah pada siapa. Andreas sedikit terkejut saat mengetahui Adam adalah orangtua si bocah ingusan.
"Apa anda orangtuanya?" tanya Andreas. Adam menoleh, dia juga terkejut saat melihat Andreas yang menanggani putrinya.
"Benar, Dok. Apa yang terjadi padanya?" tanyanya.
"Putri anda mengalami pendarahan pada kepalanya. Sebaiknya kita melakukan MRI, agar kita bisa tahu apakah ada pendarahan di dalam atau tidak." Andreas menjelaskan kondisi Cleo padanya.
"Baiklah, lakukan saja apa yang terbaik." jawabnya.
"Sus, kalian segera bawa pasien." perintahnya begitu mendengar jawaban Adam. Mereka kemudian mendorong brankar tempat Yuna terbaring. Ayuna masih belum sadarkan diri.
"Apa yang terjadi pada putriku?" Adam bertanya pada Kemal. Sandra dan Kiano tidak mampu menatap wajah Adam.
"Saya tidak tahu, Pak. Saat kami datang, Cleo sudah terbaring di lantai." jawab Kemal. Andreas yang ikut mendengar itu mendekati Adam.
"Tuan, lebih baik anda duduk dulu." Andreas melihat Adam menggunakan baju pasien, dia mendekatinya dan mengajaknya untuk duduk.
"Apa dia akan baik-baik saja?" tanyanya.
"Kita harus melihat hasil MRI-nya terlebih dahulu." Andreas tidak bisa memberikan jawaban pasti padanya.
"Kalian, kemarilah!" Kemal memanggil Kiano dan Sandra yang sejak tadi masih berada disana.
"Gimana kondisi Cleo, Pak?" tanya Kian setalah mereka mendekat.
"Cleo sedang melakukan pemeriksaan menyeluruh. Coba jelaskan pada saya, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kemal.
"Saya tidak tahu, Pak. Saat saya turun, saya sudah melihat Cleo terbaring di tangga." jawab Kiano.
"Kamu?" Kemal menoleh pada Sandra.
"Saya juga tidak tahu. Waktu kami sampai, Cleo memang sudah berada disana." jawab Sandra.
"Lebih baik kita berdoa semoga Cleo baik-baik saja. Jika dia sudah sadar, kita bisa mengetahui kejadian sebenarnya." ucap Kemal. "Sebaiknya kalian pulang, sudah larut malam. Cleo biar bapak yang urus." ucapnya.
"Ayo!" ajak Sandra. Kiano mengikutinya keluar dari ruang tunggu.
"Lo yakin gak ada siapa-siapa disana?" tanya Sandra.
"Aku yakin hanya ada kami berdua." jawab Kiano. "Tapi, Cleo sempat menyebut nama Nayla. Tapi, aku tidak melihat Nayla disana." jelasnya.
"Nayla?" Sandra menatapnya tajam.
"Cleo hanya menyebut namanya, tapi aku tidak melihat dia." Kiano samgat yakin Nayla tidak berada disana.
"Kenapa Cleo menyebut namanya? Jangan-jangan Nayla memang ada disana." Sandra mulai mencurigai Nayla.
🍀🍀🍀
"Nay, kamu kenapa?" Aisyah berulang kali mengetuk pintu kamarnya. Dia bingung melihat Nayla yang baru sampai langsung menuju kamarnya dan mengunci diri. "Nayla!!" panggilnya lagi karena tidak ada sahutan dari dalam.
"Aku baik-baik saja, Bu." jawabnya. Setelah mendengar itu, Aisyah kembali berjalan ke dapur.
"Apa yang telah kulakukan? Apa dia baik-baik saja?" Nayla hilir mudik di kamarnya. "Aku tidak bersalah, aku gak sengaja mendorongnya." Nayla naik ke atas tempat tidur, dan menekuk kedua kakinya.
"Tuan, apa yang terjadi dengan Nona?" bi Ita terlihat panik saat melihat Adam sedang berada di ruang tunggu.
"Aku belum tahu, mereka masih melakukan pemeriksaan padanya." jawab Adam.
"Kenapa bisa begini?" bi Ita benar-benar mengkhawatirkan kondisinya. Terlihat beberapa perawat mendorong brankar Cleo kembali ke UGD.
"Bagaimana, Sus?" tanya Adam, Cleo masih menggunakan oksigen dan belum juga sadar.
"Nanti dokter Casssano yang menjelaskan pada anda, Tuan" jawab salah satu dari mereka. Adam dan bi Ita ikut masuk ke tempat Cleo.
"Bagaimana, Dok?" Andreas menatap lekat pada pria paruh baya yang kondisinya saat ini juga memprihatikan.
"Putri anda baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." jawabnya. Adam bisa bernapas lega. "Tapi, sebaiknya untuk malam ini dia dirawat disini agar kami bisa mengobservasinya." ucap Andreas.
"Baiklah." Adam hanya bisa mengikuti perkataan Andreas. Adam yang masih lemah, langsung terhuyung ke belakang. Andreas yang melihat itu segera menahan tubuhnya dan membantunya duduk di kursi yang ada di belakangnya.
"Sebaiknya, anda juga berisitirahat." sarannya.
"Dokter benar, Tuan, biar saya yang jagain nona disini." ujar bi Ita.
"Baiklah." jawabnya lemah.
"Sus, tolong antar tuan ini ke kamarnya." Andreas memberi perintah pada salah satu perawat disana. Perawat itu segera mengambil kursi roda dan membantu Adam untuk pindah kesana.
"Kabari aku tentang kondisinya." ucapnya pada bi Ita sebelum dia kembali ke kamar.
"D-dimana A-aku?" Cleo yang baru sadar menatap ke sekelilingnya.
"Dok, pasien sudah sadar." lapor perawat yang bertugas memantau Cleo. Andreas bergegas kesana, tapi tiba-tiba dia menghentikan langkahnya.
"Mau ditaruh dimana wajahku kalau kejadian di restoran kemarin terulang lagi." Andreas mengambil masker yang ada di troli, dan memasangnya.
"Apa yang kamu rasakan?" tanya Andreas begitu melihat Cleo sedang memegang kepalanya.
"Kepalaku sakit, Dok." jawabnya.
"Tentu saja, kepalamu mengalami pendarahan." Andreas melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Gimana keadaan nona saya, Dok?" tanya bi Ita yang sudah berdiri di sisi Cleo.
"Syukurlah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." jawabnya.
"Lepas saja oksigennya." perawat yang mendapat perintah segera melaksanakan tugasnya.
"Bi, dimana ayah?" Cleo memegang tangan bi Ita.
"T-tuan ... T-tuan masih diluar kota, Non." Andreas menoleh pada bi Ita, dia menatap tajam wanita paruh baya itu.
"Ayah selalu saja seperti itu. Apa ayah sudah tau kondisiku?" tanyanya lagi.
"S-sudah, Non. Begitu pekerjaan beliau selesai, Tuan akan segera pulang." bi Ita terpaksa kembali berbohong.
"Pasien sudah bisa dipindahkan ke kamar." setelah mengatakan itu, Andreas berpamitan pada bi Ita.
"Apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka membohonginya?" Andreas kembali memeriksa catatan pasien.
"Siapa yang mereka bohongi?" Yuda menyambar dari belakang.
"Jangan suka ikut campur, kalau mau umurmu panjang." jawabnya.
"Apa yang aku lakukan? Aku hanya bertanya siapa yang membohongi siapa?" tanyanya lagi.
"Sudah, tutup mulutmu! Dan lanjutkan ini." Andreas memberikan catatan itu padanya.
"Cass, apa yang harus kulakukan dengan ini?" teriaknya pada Andreas yang sudah berjalan menuju pintu keluar.
"Lakukan seperti yang biasa kau lakukan." jawabnya sambil berlalu.
"Aku bisa mati muda jika punya teman dinas sepertinya." gerutu Yuda. Perawat yang didepannya mulai cekikikan.
"Hi, Cantik! Gimana kalau besok kita jalan?" sifat ramahnya pada para wanita mulai keluar.
🍀🍀🍀
"Non, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana nona bisa jatuh dari tangga?" bi Ita mulai menanyainya begitu mereka sudah berada di kamar rawat.
"Siapa yang membawaku kesini, Bi?" tanya Cleo.
"Pihak sekolah yang mengantar nona ke rumah sakit. Sebenarnya ada apa?" tanya bi Ita.
"Nayla? Dimana Nayla?" tanyanya.
"Bibi gak tahu, Non. Selama bibi di rumah sakit, bibi belum bertemu dengannya." Cleo tidak lagi menanyakan apapun.
"Non?"
"Bi, Aku letih!" ucapnya.
"Ya sudah, nona istirahat saja." bi Ita membetulkan selimutnya.
"Apa Nayla yang membawaku kemari?" Cleo masih bertanya-tanya kenapa Nayla sampai tega melakukan itu padanya.
"Pagi, Cle!" Kiano dan Sandra datang mengunjunginya.
"Hi!" jawab Cleo.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Kian.
"Aku baik." jawabnya.
"Apa kepalamu baik-baik saja?" tanya Sandra.
"Iya, sudah jauh lebih baik." ucapnya.
"Syukurlah! Gue panik banget saat melihat darah mengalir dari kepalamu." Sandra terlihat bergidik ketakutan.
"Kamu?" Cleo terlihat terkejut.
"Iya, Cle, Sandra menemukanmu terbaring di tangga. Mereka langsung mencari bantuan dan pak Kemal segera memanggil ambulance. Untung saja kamu gak apa-apa. Kita semua khawatir banget." Kian menceritakan apa yang terjadi pada Cleo.
"Lalu, Nayla? Dimana dia?" tanya Cleo.
"Nayla?" Kiano dan Sandra saling tatap.
"Iya, apa Nayla tidak ada disana?" Cleo mencari kepastiaan dari kedua temannya itu.
"Gak ada siapapun disana. Kami hanya melihat lo seorang diri terbaring di lantai." ucap Sandra.
"Benarkah?" Cleo seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Nayla meninggalkannya terbaring disana sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments