King Haidar
Ingat ya! untuk 18+
***
Di ruangan yang tidak luas, dengan pencahayaan temaram, seorang laki-laki yang baru saja beranjak dewasa sedang asik memainkan mercusuar kebanggaannya. Tangannya dengan lihai memberikan pijatan yang mengenakkan untuk mencapai sebuah kenikmatan yang hakiki.
"Uuhhh... yyaahhh..." suara pekikan seorang wanita terdengar nyaring, begitu sangat menggoda bagi siapapun yang mendengarnya, terutama kaum adam. Sudah pasti!
Desaahan yang saling bersautan membuat gairrah pria itu terus menerus memacu si mercusuar. Tangannya bergerak, sedangkan kedua matanya tertuju pada layar tipis di depannya. Menikmati bintang film yang tak biasa sedang memperagakan adegan tak senonoh.
"Arrggghhhh.." errangan panjang yang melegakan akhirnya terdengar juga, setelah sekian menit, pertanda sebuah kenikmatan telah tergapai.
"Shitt!" umpatnya kesal sembari meraih sekotak tisu, untuk membersihkan tangannya yang terkena lahar. "Bangsaattt lu Ali!" pria itu bernama King, yang tengah mengumpati temannya, Ali. Teman lama yang baru seminggu lalu ia temui kembali.
King tidak mungkin melakukan hal yang menggelikan kalau tidak ada sebabnya. Setengah jam yang lalu, Ali dengan tak beradab mengirimkan rekaman suara padanya. Suara yang mendengarkan kegiatan Ali dan istrinya, tentu kegiatan layaknya suami-istri lakukan jika di dalam kamar.
King yang tak memiliki otak suci, tentu saja terbakar oleh suara laknut itu. Hingga membangunkan sesuatu yang sudah lama tidak bereksperimen. Bukan otaknya saja yang tak suci, mercusuar nya pun sama, sudah sering di gunakan pada sang mantan kekasih. Mantan kekasih yang sudah membuat hidupnya kacau balau. Kehilangan segalanya, bahkan nama besarnya.
Suara pintu terbuka membuat King bergegas membereskan kekacauan yang ia buat. Membuang tisu yang berserakan di lantai, mematikan smart TV yang masih menayangkan dua insan bertelanjnang.
"Aman." pria itu sudah masuk ke dalam kamar mandi. Jika telat sedikit saja, sudah dipastikan gadis yang ia tumpangi akan melihat kegiatan absurd nya.
Dua bulan yang lalu, ketika ia di usir oleh ayah kandungnya, King tak sengaja bertemu dengan gadis bernama Cilya. Pertemuan yang sangat menguntungkan bagi King, hingga memanfaatkan kebaikan gadis polos itu.
King keluar dari kamar mandi dengan santai, seperti tak terjadi apapun di rungan itu. "Udah pulang lu?"
Gadis berpenampilan sederhana dan berkacamata itu hanya mengangguk. Lalu meletakkan dua nasi bungkus yang ia beli di restoran sederhana saat di jalan pulang.
"Ck, nasi padang lagi, nasi padang lagi!" dengan tak tau malunya ia mengeluh, padahal King hanya tinggal makan saja, tanpa harus mengeluarkan uang sedikit pun.
"Uang ku sisa sedikit. Harus berhemat." ucapnya. Meski King sangat menyebalkan, namun gadis itu masih saja membiarkan King bertingkah sesuka hati.
"Bukannya elu abis gajian ya? jangan boongin gue, Cilya!"
"Iya, tapi gaji seorang guru TK cuma sedikit. Aku harus berhemat, apalagi ada kamu--" Cilya tidak berani melanjutkan kalimatnya, takut jika King akan marah padanya.
"Udahlah gue laper!" King tak mau membahas lebih lanjut, perutnya sudah keroncongan meminta segera diisi. Tidak ada meja makan, King duduk di sofa yang tersedia. Sofa panjang dan single yang mempunyai banyak fungsi. Untuk bersantai, menerima tamu, dan juga makan.
Cilya ikut duduk di samping King. Memperhatikan King makan dengan lahap, sesekali ia membenarkan letak kacamata tebalnya.
"Apa lu liat liat! gue ganteng kan?" ucapnya jumawa. Seandainya saja ia memiliki uang, tidak mungkin akan bertahan hidup satu atap dengan gadis super culun seperti Cilya.
Cilya langsung menundukkan kepalanya, gadis itu di buat malu karena telah kepergok memandangi wajah tampan King. Dua bulan hidup bersama dengan pria tampan membuat hari-hari Cilya lebih berwarna. Sikap King yang menyebalkan tidak membuat Cilya kesal hati. Gadis itu sudah sering mendapatkan perlakuan buruk dari orang terdekatnya, lebih dari apa yang King lakukan padanya. Menurut Cilya, King termasuk pria yang baik hanya saja mulutnya yang tak berfilter. Terbukti jika selama tinggal bersama King, Cilya tidak mendapat pelecehan ataupun kekerasan dari King.
"Sudah ada kabar dari mas Ali?" Cilya memberanikan diri menanyakan pekerjaan udah King yang di janjikan oleh Ali.
King menghentikan kegiatan makannya. "Apa maksud lu nanya gitu? lu pengin gue cepet cabut dari sini? lu gak mau tanggungjawab lagi?" padahal waktu itu Cilya tidak benar-benar menabrak King. Pria itu terjatuh tepat di depan mobil yang Cilya kendarai. Tetapi King selalu mengungkit pertanggungjawaban pada Cilya.
"Salah lagi, padahal cuma tanya." Cilya serba salah kalau berbicara dengan King. "Bukan begitu, aku kan cuma tanya." Cilya.
"Besok gue baru dateng ketempat si Ali." satu minggu yang lalu, tak sengaja King bertemu dengan teman pesantrennya dulu. Ali memiliki usaha agen trevel bus pariwisata. Dan King akan melamar pekerjaan sebagai pemandu wisata.
"Semoga berhasil." ucap Cilya menyemangati.
"Gue butuh baju dan sepatu baru." ucap King. Pria itu meninggalkan rumah tanpa membawa apapun, termasuk pakaiannya. Hanya satu pakaian yang saat itu melekat di tubuhnya. Dengan baik hati Cilya memenuhi semua kebutuhan King selama tinggal di apartemennya, menguras sisa tabungannya.
"Nanti aku belikan, tapi bukan baju bermerk." ucap Cilya.
"Mau gimana lagi." King tidak protes seperti pertama kali Cilya membelikan pakaian distro dulu.
"Kalo beliin baju buat gue, sekalian elu beli baju baru sendiri yang kekinian. Jangan kedodoran gitu. Kayak orang orangan sawah aja!" dasar mulut King yang tidak tahu diri, menghina sesuka hati pada gadis yang tulus menolongnya.
Cilya membenarkan letak kacamatanya. "Baju ku masih bisa di pakai."
"Ck! susah kalo ngomong sama orang yang lahir di jaman sebelum Masehi!" King menggelengkan kepalanya tak percaya. Di jaman modern saat ini, masih ada gadis yang berpakaian seperti Cilya.
Tidak mau mendengar cemoohan King lebih lama, Cilya memutuskan untuk masuk ke kamarnya. "Ini apa?" tanya Cilya bingung, ketika tangan gadis itu menyentuh sesuatu yang kental di sofa tempatnya duduk.
King menelan salivanya, gugup harus menjawab apa. Tidak mungkin memberitahu bahwa yang Cilya aebruh adalah sisa kenikmatannya. "Emm.. itu, bukan apa-apa!"
"Tapi kok lengket." Cilya ingin mengendus tangannya. Dengan cepat King menampik tangan Cilya.
"Gak usah di cium! cuci tangan sana." Cilya menatap King, merasa ada yang aneh. "Gue bilang cuci tangan, ya cuci tangan Cilya!"
"Iya.. iya.. ini mau cuci tangan." Cilya menurut. Untung saja Cilya tidak mempunyai pengalaman dalam hal itu. Sehingga mudah King kelabui.
"Aku mau mandi." ucap Cilya. Tubuhnya sudah lengket, ingin segera membersihkan diri.
"Terus?" King. Biasanya Cilya akan memanfaatkan waktu untuk mandi ketika King berada di dalam kamar. Kamar mandi di apartemen itu hanya satu dan letaknya ada di luar, bukan di dalam kamar.
"Kamu ke kamar dulu." ucapnya malu.
"Ck! gue gak bakal on ama elu!" ucap King. Cilya tak mengindahkan ucapan King. Gadis itu tak pernah mengharapkan sesuatu yang lebih dari King. Cilya cukup tau diri. Dirinya yang buruk tidak mungkin bersanding dengan King yang tampan rupawan. Berdekatan dengan King saja, sudah membuat Cilya senang untuk menjalani hidup.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Juan Sastra
apa king haidar ayahnya adrian haidar
2023-08-27
0
Diandra
Dasar king
2023-01-17
0
Putri Aisyah
kita lihat ya king ,seberapa tahan Lo ngak on melihat celiya🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩
2022-09-30
0