Makan malam

Dua hari di apartemen tanpa adanya King membuat suasana apartemen begitu sunyi. Biasanya King akan menyuruh ini dan itu kepada Cilya, membuat hari-hari gadis itu berlalu dengan cepat.

Cilya duduk termenung di sofa dengan televisi yang menyala. Cilya masih memikirkan permintaan ayahnya untuk kembali ke rumah. Tapi Cilya belum siap menerima perlakuan buruk dari ibu tirinya.

"Hufftt.." Cilya menghela, hatinya begitu pengap, terasa ada beban berat, entah apa itu.

Cilya tersenyum tatkala melihat sepatu King yang berada di bawah lemari, sengaja ia sembunyikan agar ayahnya tak melihat benda milik pria di apartemennya. Gadis itu beranjak, lalu mengambil sepatu milik King. "Jadi kotor, kena debu." gumam Cilya.

Bunyi ponsel milik Cilya berdering berulang kali, Cilya enggan untuk menerima panggilan itu karena sedang sibuk membersihkan sepatu milik King. Bunyi yang ke tujuh kalinya, Cilya pun berniat untuk menerima panggilan itu. Wajah Cilya berubah murung ketika melihat nama yang tertera di ponselnya 'Jelita' anak perempuan tante Sarah, kakak tiri Cilya.

"Hallo."

"Heh culun! kenapa gak di angkat dari tadi! sengaja ya!" omelan kakak tirinya itu langsung memekikkan telinga Cilya.

"Maaf kak --" belum selesai bicara, Jelita lebih dulu bersuara.

"Alahhhh gak usah basa basi! gue cuma mau ingetin! awas aja elu balik lagi ke sini! gue jamin elu bakal lebih tersiksa!" seru Jelita.

"Tapi kak --"

"Liat aja kalo elu nglawan!" sambungan telepon pun terputus. Kata-kata kasar sudah seringkali keluar dari mulut kakak tirinya, dan ancamannya selalu tidak main-main. Pernah Cilya mengabaikan keinginan Jelita dan berakhir Cilya di permalukan di depan teman-temannya.

"Aku ingin bahagia dan bebas." lirihnya.

***

Cilya menyambut kedatangan King dengan binar mata yang menyiratkan kebahagiaan pada gadis itu. Akhirnya setelah tiga hari merasa kesepian, orang yang selalu membuat rusuh di apartemennya datang kembali.

"Kamu sudah pulang?" tanya Cilya berbasa-basi, tidak mungkin dia langsung memeluk King untuk menggambarkan rasa bahagianya.

"Udah tau pake nanya!" sembur King.

Cilya hanya meringis. "Aku cuma pengin tanya doang." ucapnya. "Udah makan belum? mau makan apa? biar aku masakin." dengan senang hati Cilya menyambut kepulangan pria yang beberapa bulan ini hidup bersamanya.

"Gak usah masak. Beli aja." jawabnya.

"Yaudah aku beliin." Cilya sangat bersemangat, keluar dari apartemen untuk membelikan makanan untuk King, tanpa bertanya terlebih dahulu apa yang pria itu inginkan. Cilya bisa menebak makanan kesukaan King, sudah tentu makanan yang kebarat-baratan.

Sirloin Steak and Beef Cordon Bleu, Cilya membelinya spesial untuk King. "Ini, pasti kamu suka kan?" ucap Cilya sembari menata hidangan itu di hadapan King.

King menaikan sebelah alisnya. Makanan yang di bawa oleh Cilya harganya tidaklah murah, bisa habis ratusan ribu untuk satu menu saja. "Lain kali gak usah beliin makanan mahal. Tabungan elu bakal abis!" ucap King yang membuat Cilya bingung, tidak biasanya King bermurah hati padanya. Padahal King selalu saja meminta makanan yang lezat dan mahal.

Bekerja selama tiga hari membuat mata hatinya sedikit terbuka. Ternyata mencari uang tidaklah mudah. King mulai menyadari jika dirinya memang sudah keterlaluan pada Cilya. Yang selalu meminta apapun pada gadis itu. Tanpa peduli Cilya memiliki uang atau tidak.

"Iya." Cilya hanya menurut saja.

Sebelum menyantap makan siangnya. King merogoh saku celananya, lalu mengambil sesuatu yang tersimpan disana. "Nanti malem kita makan di luar." ucapnya seraya meletakkan uang dua ratus ribu di atas meja. Tips yang ia dapatkan dari leadernya. "Dapet apa kalo cuma segini?"

Cilya tersenyum, King mengajaknya makan bersama di luar. "Dapet banyak kalo kita makan di pinggiran." jawab Cilya, lalu memberi pilih lain. "Kalo di resto ya bisa sih. Tapi bukan restoran bintang lima."

"Terserah lu aja deh."

Cilya mengambil uang itu, wajahnya berseri dengan senyuman yang terlihat manis, namun tidak di mata King.

"Ck! hepi banget cuma di kasih dua ratus ribu!"

"Ini uang hasil keringat mu. Aku senang menerimanya." ujar Cilya.

"Dulu, duit gue banyak! dua ratus ribu kayak duit receh."

"Terus kenapa sekarang kamu gak punya duit?" tanya Cilya yang penasaran, kenapa King mendadak miskin. Selama ini Cilya tidak berani menanyakan hal pribadi King, takut jika pria itu akan marah.

"Ck! gak usah kepo!" King melotot, tidak suka kenangan pahitnya di ungkit. Rasanya malu sekali kalau Cilya sampai tahu jika dirinya telah di tipu oleh seorang wanita. Sampai di usir oleh ayahnya. Betapa bodohnya dulu, hanya karena cinta membuatnya kehilangan banyak hal, bukan materi saja.

Cilya mengerucutkan bibirnya. "Iya. Maaf."

***

Malam harinya, Cilya mengajak King untuk makan malam di sebuah warung tenda bertema lesehan. King menurut saja, meski sedikit tak nyaman dengan keadaan sekitar yang ramai dengan pengunjung lainnya. Berisik, tempat tidak higienis dan kekinian, restoran untuk kalangan bawah yang baru King singgahi.

"Bro, kalian lagi kencan?" Ali tiba-tiba saja muncul menyapa mereka berdua.

King melorot, tak terima jika Ali mengira mereka sedang kencan. "Bangssat ngomong apa lu!" sedangkan Cilya sudah tertunduk malu sembari membenahi letak kacamatanya.

"Hehe.. gue kira lu udah melek ngliat Cilya kayak Kendall Jenner." ucap Ali dengan tawa renyahnya.

"Sue lu!"

"Hai Cilya.. jodoh masa depan nya Key.." sapa Ali sembari menggoda Cilya. Sedangkan yang di goda hanya tersenyum tipis.

"Heh! kalo ngomong jangan sembarangan!" King meninju bahu Ali. "Pergi sonoh.. ngapain di sini sih!" King mengusir si biang rusuh.

"Dih emang ini tempat punya lu!" ucap Ali. "Gue ke sini juga ama bini gue!" tak lama Novita datang menghampiri mereka.

"Loh.. Arman juga di sini?" Novita mengenal King dengan nama identitas barunya. King hanya mengangguk. Ali sudah tergelak mendengar nama Arman yang istrinya sebut.

"Parman Suherman kali ah! Arman kebagusan sayang.." Ali mengelus punggung sang istri, lalu menuntunnya untuk ikut duduk bersama mereka.

King mendengus kesal. "Males banget gue!" ingin pergi dari tempat itu, namun terlanjur makanan sudah di pesan, bahkan pelayanan sudah datang menyajikannya di meja. Mau tidak mau King harus menahan kesal pada teman laknutnya itu yang sesuka hati berceloteh menghina dirinya.

"Awas aja! ntar gue bales lu!" batinnya berjanji akan membalas ejekan Ali, si mulut laknut.

King semakin tak suka ketika pandangan Novita terus tertuju padanya. Wanita sudah bersuami tapi masih saja jelalatan.

"Key.. lu kan tinggal berdua nih ama si Cilya. Biar gak ada fitnah, gimana kalo kalian kawin aja." celetuk Ali yang membuat King dan Cilya tersedak.

"Ngomong apa lu! rese banget!" King dengan reflek melempar garpu yang ada di genggamannya.

Ali semakin senang melihat temennya marah, semakin jadi meledek pria itu. "Gimana kalo emak lu tau? pasti udah di kawinin sih kalian."

"Bacott lu! gue gak bakal nikah ama si Cili! selera gue di level paling atas!" sembur King. Tanpa sadar Cilya sudah berkecil hati mendengarnya. Merasa ada yang mencubit hatinya. Cilya diam tertunduk.

"Nikah gak mau? tapi di kawinin udah belum ama lu?" tebak Ali yang sudah tergelak, tawanya nyaring hingga pengunjung lain sedikit terganggu. Berbeda jenis tinggal satu atap, apa tidak terjadi suatu hal yang lumrah dilakukan oleh orang dewasa? pikir Ali.

"Bangsattt lu!"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

u nnt nyesel king, sdh menghina cilya, klo cilya sdh dipermak pasti u klepek2

2022-09-04

0

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

Jelita ini kan cem²annya King juga waktu SD

2022-08-25

1

Sukliang

Sukliang

anj8ng kakak tiri

2022-06-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!