"Cili!" King memanggil Cilya yang sedang berada di dapur, memasak mie instan untuk makan malamnya. "Lagi apa?" King duduk di sofa, lalu menyalahkan smart TV yang menempel di dinding.
"Bikin mie rebus." jawab Cilya.
"Bikinin gue juga, gue mau nyobain." ucap King yang penasaran juga. Setiap Cilya memakan mie instan, pria itu hanya melihatnya saja tanpa mau mencobanya. Menurut King, mie instan tidaklah bagus untuk kesehatan. Tapi aromanya selalu menggodanya untuk ia coba.
"Iya, tunggu."
Lima belas menit kemudian, mie instan milik nya dan King sudah siap di makan. Cilya memberikan satu mangkok mie instan lengkap dengan berbagai toping.
"Ternyata enak juga." ucap King yang baru pertama kali menikmati lezatnya mie instan.
"Kamu beneran, gak pernah nyobain sebelumnya? baru kali ini?" Cilya tak percaya jika King baru pertama kali menikmati mie instan. Cilya yang terlahir kaya pun sudah seringkali memakan mie kemasan tersebut.
King mengangguk. "Gak pernah kepikiran buat nyobain. Tapi ternyata enak."
Cilya mulai menikmati mienya, menghentikan obrolan mereka. Perutnya memang sudah lapar sedari tadi, sesekali Cilya melirik King yang begitu menikmati makanan yang baru pertama kali dicicipinya.
"Oh iya, berapa gaji yang elu terima jadi guru TK?" sejak tadi King penasaran dengan gaji yang Cilya dapatkan dari mengajar.
"Kenapa tiba-tiba tanya gitu?" Cilya risih ketika di tanyai gaji yang tidak seberapa, apalagi dia hanya seorang guru honorer yang di gaji sesuai hitungan perjam dia mengajar.
"Tinggal jawab aja! gue pengin tau aja!" ucap King sedikit memaksa.
"Emm.. sebulan cuma dapet satu juta, kadang bisa lebih, bisa juga kurang." jawab Cilya.
King mengerutkan keningnya, rasanya tak percaya. "Masa sih?" pria itu heran jika uang yang di dapatkan Cilya hanya sedikit, tapi kenapa gadis itu bisa memenuhi semua kebutuhan mereka selama ini.
Cilya mengangguk. "Ini di kota kecil, bukan di kota jakarta. Gaji segitu memang wajar, aku kan bukan PNS. Mengajar juga baru." ucap Cilya.
"Terus lu pake duit siapa selama ini? lu gak jadi cabe-cabean kan?" King sudah berfikir negatif saja pada Cilya. Mendapatkan uang dengan cara yang tak lazim. "Lu pura-pura culun di depan gue ya?"
Cilya mencebikkan bibirnya. "Jangan ngaco kamu Key!" ucap Cilya sedikit kesal. "Aku pake uang tabungan ku."
King bernafas lega, sedetik kemudian dia merasa bersalah ketika mengingat permintaannya yang selalu saja Cilya turuti. "Nanti kalo gue dapet gajian pertama, gue bakal traktir elu dah." meski sadar diri dengan kesalahannya, King tak mau mengatakan kata maaf pada Cilya, bibirnya terasa berat.
Cilya tersenyum mendengar niat baik King. Merasa tersanjung dengan kepedulian King padanya, memberikan hadiah saat menerima gaji pertama, sungguh hal yang membahagiakan bagi Cilya. "Iya."
"Gue bakalan beliin lu baju sexyy, biar enak di pandang." ucap King dengan menaik turunkan kedua alisnya. Bibirnya tersenyum, membayangkan Cilya berubah jadi gadis pada umumnya. "Biar mata gue gak sepet liat lu kayak gini." senyuman Cilya memudar, tanpa sadar King melukai hati gadis itu.
"Besok gue udah mulai kerja. Tiga hari gak bakalan pulang, elu jangan kangen ama gue ya!" ucap King dengan percaya diri jika Cilya akan merindukan kehadiran nya.
"Jadi pemandu wisata?" Cilya yang sudah terbiasa dengan kenarsisan pria itu tak heran lagi.
King mengangguk. "Dampingin bocah SMA. Moga aja kerjaan nya gak susah."
"Semangat! semoga betah."
"Pasti betah lah, deket ama cewek cewek imut." jawab King cepat. Menurutnya akan mengasikkan dekat dengan gadis-gadis muda masa kini. "Lumayan buat cuci mata!" Cilya hanya tersenyum tipis dan setia mendengarkan celotehan King malam itu, sebagai pengantar tidur.
***
Sebelum memulai perjalanan ke Jakarta, seluruh panitia beserta guru melakukan meeting terlebih dahulu. King yang baru bergabung ke dalam tim, mengikuti dengan baik peraturan yang sudah ada.
Sepanjang meeting, King menjadi pusat perhatian para guru wanita karena wajahnya yang tampan itu. Apapun pekerjaannya, seorang wanita tetaplah kaum yang senang ber-ghibah, emak-emak masa kini yang senang menggoda berondong, meski hanya untuk seru-seruan saja, tidak berniat lebih.
Ada satu guru perempuan yang nampak diam. Terlihat lebih muda dari guru-guru yang lain. Wajahnya terlihat ayu dengan hiasan kain yang menutupi kepalanya.
"Aduh.. ini bujang ganteng tenan."
"He_em.. ganteng banget. Bule nyasar ya?"
"Iya. Anak ganteng siapa namanya?" tanya salah satu dari mereka.
King tersenyum malu-malu, namun dalam hatinya berkata "Iyalah gue ganteng! King gitu loh."
"Nama saya Arman bu." King memperkenalkan diri.
"Wah masih muda pasti. Berapa umurnya? cocok nih sama bu Arumi."
"Iya, cocok!" para ibu-ibu semua mengatakan jika King cocok dengan perempuan bernama Arumi, yang King sendiri tidak tahu siapa dia.
Sedangkan Arumi yang di sebut-sebut namanya hanya tersenyum tipis, merasa sudah biasa dengan seniornya yang selalu menjodohkan-jodohkan jika ada pria single.
"Oh..itu yang namanya Arumi." ucap King dalam hati ketika melihat perempuan yang melemparkan senyuman padanya, namun segera menundukkan kepalanya ketika King menatap balik Arumi.
"Woi!" King terkejut dengan kehadiran temannya.
"Ngapain lu disini?" tanya King.
"Gue gabung!" Ali tiba-tiba saja ikut bergabung dengan tim. Tidak biasanya pria itu mau bekerja hingga turun ke lapangan. "Kita nikmati liburan dadakan ini." ujar Ali.
"Arumi!" Ali memanggil Arumi.
"Lu kenal?" tanya King.
"Emang lu gak inget?" King menggeleng. "Dia Arumi, yang dulu kita sering ngintipin, ampe manjat ke tembok." ucap Ali mengingatkan. Dulu King dan Ali sering memanjat tembok pembatas antara santriwan dan santriwati di pesantren. Mencari gadis paling cantik di pesantren itu.
King menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Emang iya ya?" pria itu lupa. Hanya ingat dengan kenakalan nya yang memanjat tembok tanpa tau siap yang ia lihat. King hanya ikut-ikutan saja.
Ali mengajak King untuk bertemu sapa dengan Arumi. Mereka bertiga terlihat larut dalam obrolan, lebih tepatnya Ali yang selalu banyak bicara.
"Gimana? cantik kan?" tanya Ali setelah Arumi pergi meninggalkan mereka berdua. "Boleh tuh lu gebet. Dia masih jomblo."
"Gila lu! gak berani gue." seru King.
"Kenapa?"
King menggeleng. "Wah jauh banget ama gue. Gue gak mau nyakitin ukhti ukhti! takut kualat!" penampilan dan tutur kata Arumi yang lemah lembut membuat King tidak berharap memiliki hubungan dengan Arumi.
"Yaelah.. gak usah minder gitu. Siapa tau Arumi bakalan nuntun lu ke surga. Elu kan banyak dosa, jadi butuh miftahul jannah."
"Bacott lu! kayak elu bener aja! dosa lu juga banyak!"
"Iih.. gak dengerin omongan gue lu!"
"Udahlah.. elu ngomong udah kayak ustadz aja! geli gue dengernya." Arumi memang cantik tapi King tak memiliki minat padanya. Sakit hati yang Camelia torehan masih sangat terasa di hati pria itu. King belum mau memulai hubungan dengan wanita manapun.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Indri wahyuningtyas
cilya bukannya gadis yg di sukai benzema sepupunya king ya thor?
2025-01-18
0
Benazier Jasmine
q yakin cilya cantik, klo di dandani, mungkin culun hanya menyamar saja, biar dicari ayahnya
2022-09-04
0
Amelia Harianja
karyamu selalu.. bangus thord
2022-06-30
0