King mengajak Cilya untuk pulang setelah selesai menyantap makan malam. Keberadaan sahabat laknutnya membuat King jengah.
"Lu jangan dengerin omongan si bahlul! dia rada stres." King tidak mau Cilya memikirkan ucapan Ali tentang pernikahan. Bisa gawat kalau Cilya ikut berfikir untuk dinikahi karena telah tinggal berdua di satu atap.
Cilya hanya mengangguk. Gadis itu cukup tahu diri, mana mungkin meminta hal yang berlebihan. Lagipula mereka berdua tidak melakukan apapun. Dan King tidak mungkin memiliki ketertarikan padanya.
"Jangan pernah kepikiran gue bakal nikahin elu, mentang-mentang kita tinggal bareng!" sekali lagi King menegaskan pada Cilya.
"Iya. Aku tau diri kok." jawabnya lirih.
"Bagus!" King merasa lega. "Calon bini gue pasti cantik dan seksii, pokoknya jauh banget deh ama elu." ujarnya jumawa. Dirinya merasa tampan, jadi calon istrinya pun pasti cantik dan harus seksii, tidak seperti Cilya.
Cilya diam, lagi-lagi ucapan King mencubit hatinya. "Kamu tampan, pasti istrimu kelak juga cantik." ucap Cilya.
"Iyalah pasti! elu jelek, culun, pasti punya suami juga culun... hahahaha." King terbahak-bahak, membayangkan jika pria yang akan menemani hidup Cilya berpenampilan sama dengan gadis itu, kacamata tebal, baju kedodoran, rambut klimis ditambah pipinya memiliki tompel. "Nanti kalo nikahan jangan lupa undang gue ya?"
Cilya mengangguk. "Iya."
Mereka berdua tiba di apartemen. King membersihkan diri sebelum masuk ke dalam kamar. Dilihat King sudah mengunci diri di kamar, Cilya bergegas membersihkan diri. Gadis itu sudah terbiasa, sebelum tidur harus menjadi terlebih dahulu agar nyaman saat tidur.
Cilya memandang pantulan dirinya di dalam cermin. Ucapan King membuta gadis itu memandangi penampilannya yang memang jauh dari kata gadis masa kini yang selalu tampil menarik. "Aku memang jelek."
Cilya melepaskan kacamatanya, penglihatannya menjadi kabur, tidak jelas. "Aku gak bisa tanpa benda ini." sejak kecil, Cilya memang sudah terbiasa memakai kacamata. Kesehatan matanya buruk, bertambah buruk seiringnya ia bertumbuh dewasa.
Ayahnya pernah menyarankan untuk melakukan operasi Lasik untuk menyembuhkan mata minusnya. Tapi Cilya belum berminat, karena sudah nyaman dengan benda itu. Mengganti kacamatanya dengan soflen pun tidak nyaman.
"Aku lebih nyaman berpakaian seperti ini." ucapnya. Menjadi gadis yang tidak menarik membuat Cilya nyaman, karena tidak menjadi pusat perhatian orang sekitar.
***
"Gue gak betah kerja kayak ginian." ucap King pada Ali. Hampir satu bulan bekerja di perusahaan milik Novita, King tidak merasa nyaman. Pasalnya pria itu tidak lagi menjadi pemandu wisata yang dari awal sudah di janjikan menempati posisi itu. King menjadi pemandu wisata hanya sekali, selebihnya dia di pekerjaan menjadi bawahan Novita.
"Kenapa?" tanya Ali.
"Pake nanya lagi!" seru King. "Gue gak cocok lah. Sultan gini masa jadi kacung!" bohongnya. Padahal King sudah sedikit mulai menerima keadaan. Tapi semakin kesini, Novita semakin berani menunjukkan ketertarikan padanya.
Yang benar saja! istri sahabatnya merayu terang-terangan. Tidak tau malu!
"Mantan Sultan kali!" Ali terkekeh.
"Terserah deh lu ngomong apa!"
"Terus lu mau kerja apaan?" mencari pekerjaan begitu susah, apalagi keinginan King selalu tinggi. Mana bisa dia mendapatkan pekerjaan yang bergengsi tapi hanya mempunyai ijazah SMA.
King mengedikkan bahunya. "Gak tau! entar gue pikirin dulu."
"Gue punya saran." tiba-tiba saja Ali mempunyai ode cemerlang. "Gajinya gede, kerjanya gak capek, lu bakal langsung kaya deh.."
"Apa?" King sedikit tertarik dengan ucapan Ali yang menggiurkan. Ali menyeringai, pria itu berdiri sedikit menjauh dari King.
"Apaan bahlul! jangan bikin gue penasaran!" seru King tak sabaran.
"Mau tau aja apa mau tau banget nih?" Ali mulai melangkah mundur.
"Ck! pake ngledek lagi."
"Lu kan ganteng?" Ali semakin jauh dari jangkauan King.
"Gak usah di tanya! ganteng udah pasti!" jawabnya sombong. Ketampanannya memang tidak di ragukan lagi. "Eh mau kemana lu! jawab dulu!" seru King.
"Kerjaan gampang yang cuma modal tampan aja yaaa... jadi gigoloooo! bwaahhhh.." Ali sudah seribu langkah menjauhi King.
"Bangsaattt!"
Hari itu juga King resmi keluar dari pekerjaannya. Bisa gawat kalau di teruskan kerja di sana. Takut jika khilaf menghampirinya, dan tergiur dengan kemolekan yang Novita sajikan. Yang namanya syaiton itu selalu merasuki pikiran yang tidak mempunyai benteng perlindungan, apalagi otaknya yang tidak sesuci air zamzam.
Apa kata dunia? seorang King merebut istri temannya sendiri. Belum menerima kemarahan Ali, yang pasti akan menghajarnya habis-habisan.
King menggenggam amplop berisi gajinya selama sebulan penuh, meski hari kerjanya belum sampai tiga puluh hari, tapi Ali memberikannya utuh. Pria itu berdiri di depan butik yang menjual pakaian modern. Dia sudah berjanji akan membelikan pakaian seksi untuk Cilya ketika mendapatkan gaji pertamanya.
Gaun berwarna merah maroon menjadi pilihan King. Uang yang baru pertama kali ia dapat habis sudah untuk membeli gaun kurang bahan itu. King penasaran, apa Cilya akan tetap jelek atau berubah menjadi bidadari jika memakai gaun pemberiannya.
"Kamu berhenti kerja?" tanya Cilya. Saat dia pulang kerja, King langsung menceritakan jika dirinya sudah berhenti bekerja. "Kenapa?" belum sebulan, King sudah menyerah.
"Gak betah!" jawabnya santai.
"Tapi sayang sekali, cari kerja sekarang susah Key."
King melirik dengan tatapan tak suka. "Elu takut, gue bakal ngrepotin elu?" sudah jelas selalu merepotkan masih saja pria itu bertanya!
"Bukan gitu.." Cilya bingung harus berkata apa. Apapun yang keluar dari mulutnya pasti di salah artikan oleh King, mengingat suasana hati pria itu sedang buruk.
"Sudahlah gak usah bahas gue!"
"Iya maaf."
"Nih.." King menyodorkan paperback berisi gaun untuk Cilya. "Pake itu! gue tepatin janji kan, beliin elu baju dari gaji pertama gue." Cilya terharu mendengarnya. Merasa begitu spesial mendapatkan hadiah dari hasil keringat King pertama kalinya.
"Terimakasih." senyum mengembang di wajah Cilya. Tetapi tidak lama, senyumannya pudar ketika melihat gaun pemberian King. "Ini apaan? seperti kurang bahan. Bisa masuk angin kalo aku pake." ucap Cilya.
"Ck! coba aja! awas loh kalo lu buang gaun itu." King mewanti-wanti Cilya untuk tidak membuang gaun itu. "Gaji gue abis cuma buat beli gaun itu." ucapnya.
"Pasti mahal."
"Biasa aja, gaji gue juga dikit." gaun seharga kurang dari dua juta bagi King tidaklah mahal, biasanya dia membeli gaun untuk Camelia bisa puluhan juta.
"Sayang amat uangnya abis buat beli baju kurang bahan." keluh Cilya menyayangkan.
"Makanya jangan di buang, tapi di pake."
"Iya. Nanti aku pake.. terimakasih ya." ucap Cilya tulus.
"Buruan pake! gak sabar gue liat lu pake itu. Bakal biasa aja apa malah aneh kalo di peke elu."
Cilya tertunduk, ragu untuk memakai gaun yang bagian belakang nya terekspos. Punggungnya pasti akan terlihat. Dan bagian depannya pun sangat rendah. "Nanti saja. Aku malu." lirihnya.
King tergelak. "Malu ya kalo gak bakal ngrubah lu jadi cakep." Cilya mengangguk saja. "Yaudah deh gak bakal maksa." penasaran King terkubur. Benar juga, Cilya akan terlihat sama meski memakai gaun itu. "Aku keluar dulu deh.. si bahlul nungguin gue di luar." pamit King.
"Iya."
Bersambung...
...Yakin lu King, gak bakal terpesona ama Cilya??? kita lihat nanti ya guys.. siap siap sorakin bareng! ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Benazier Jasmine
semoga king klepek2 liat cilya bersolek
2022-09-04
0
Jeng Anna
Boleh ga sih jepitin mulutnya King Suherman pake jepitan jemuran bergambar hello kitty 🤧
2022-09-04
0
@ Mmh adil @
ya ampun king klw ngehina orang gak tanggung2
2022-08-20
0