Kedatangan ayah

Ternyata mencari uang tanpa melibatkan nama keluarga besarnya butuh bercucuran keringat untuk mendapatkan rupiah yang tidak seberapa. King baru menyadari dan menyesal karena dulu ia dengan mudah menghamburkan jutaan Euro untuk sekedar bersenang-senang.

King menghela nafas kasar ketika kedua tangganya menggenggam nasi kotak, jatah makan siangnya. Merasa begitu nelangsa, tak pernah terbayang sedikitpun dia akan mengalami hidup kekurangan dengan uang.

"Udah nikmati aja." Ali duduk di sebelah King, menyemangati sahabatnya. Ali ingat betul, dulu sewaktu di pesantren, King mendapatkan perlakuan khusus yang di perbolehkan makan makanan yang disediakan oleh keluarga nya. Tentu makanan yang istimewa, berbeda dengan makanan yang di sediakan oleh pihak pesantren.

"Kemaren si Cili beliin nasi bungkus, sekarang nasi kotak." gerutu King.

"Bro, di depan makanan gak boleh gitu. Dosa! banyak orang di luar sana yang kelaperan. lu masih untung bisa makan sehari tiga kali." ujar Ali.

"Iya juga." mau bagaimana lagi, King harus memakannya jika tidak ingin kelaparan. "Lumayan lah.." ucap King.

"Betewe.. gue boleh nanya gak?"

"Nanya aja kali! biasanya juga elu nyablak!"

"Emm.. sebenernya elu ada hubungan apa ama si Cilya? kalian kan tinggal bareng tuh. Apa kalian pacaran?"

"Njirrr! ngaco kalo ngomong! dunia bisa gempa kalo gue pacaran ama si culun itu." sembur King tak terima. "Gue harus dapetin yang lebih oke dari Camelia! masa ia ama si culun. Gila kali lu!"

"Ya kali, elu sering berduaan jadi ada benih-benih cinta gitu."

"Gak bakalan!"

"Dih ngegas! gue do'ain biar lu kepincut ama pesona Cilya."

"Pesona? pesona apaan? liatin aja empet gue."

"Pesona gadis perawanlah.. lu belum pernah ama perawan kan?" tebak Ali. "Katanya sih nikmat, gue juga penasaran.."

"Bangssatt lu! inget, udah punya bini lu!"

"Ahhh iya iya.. gak bakal lupa gue."

King belum terbiasa dengan pekerjaannya, pria itu masih mengandalkan partner nya untuk meriahkan suasana busnya yang berisikan anak-anak remaja. King hanya sesekali berbicara, dia lebih banyak menebar senyum serta kedipan mata pada gadis yang terlihat menarik di matanya.

Gadis-gadis SMA itu tentunya terpekik girang ketika mendapatkan gombalan dari pria tampan berwajah kebulean.

"Kamu beneran, dulu satu pesantren sama Ali?" tanya King yang duduk di sebelah Arumi. Kebetulan mereka satu bus. Sepertinya Ali memang sengaja menaruh King di bus yang sama dengan Arumi.

Arumi mengangguk. "Iya." jawabnya tanpa mau memandang wajah King.

"Kita seangkatan dong?" tanya King.

"Bukan, aku adik kelas kalian." jawab Arumi. Gadis itu merasa gugup berdekatan dengan seorang pria. "Kenapa kalian keluar pesantren sebelum lulus?"

"Gak betah! gak bebas."

Arumi tersenyum tipis, alasan King sudah bisa ia tebak. Laki-laki seperti King tentu tidak akan sanggup hidup di pesantren dengan segudang peraturan yang ketat.

Tidak ada obrolan lagi di antara mereka, King lebih memilih untuk memejamkan mata, rasa lelah melanda pria itu, King belum terbiasa melakukan perjalanan jauh dengan menaiki bus, agak sedikit pusing. Selain panas, suara bising membuat kepalanya pening.

***

Cilya terkejut dengan kedatangan ayahnya yang tiba-tiba sudah berada di depan apartemen nya. Untung saja King tidak ada di apartemennya untuk beberapa hari. Bisa gawat kalau ayahnya tahu dirinya tinggal bersama pria asing.

"Yah.." lirih Cilya, lalu kemudian menghamburkan pelukannya, melepas rindu pada sang ayah tercinta.

"Apa kabar nak?" pria paruh baya itu membalas pelukan Cilya, anak kandung satu-satunya.

"Aku baik yah." jawab Cilya.

"Kenapa memilih tinggal berjauhan dengan ayah?" Radit sangat menyayangkan keputusan putrinya yang ingin mandiri, tinggal berjauhan dengan nya.

"Sebaiknya masuk dulu yah." Cilya mengajak Radit untuk masuk ke dalam apartemen nya.

Radit mengitari pandangannya ke seluruh ruangan. "Sempit. Kamu betah tinggal di sini?" Cilya mengangguk. "Nanti ayah carikan apartemen yang lebih besar."

"Gak usah yah, Cilya betah tinggal di sini. Pas buat Cilya yang tinggal sendirian." Cilya menolak untuk di berikan apartemen yang lebih besar, gadis itu sudah terlanjur nyaman di tempatnya yang sekarang.

"Aku ambilin minum dulu yah."

"Gak usah nak, sini duduk aja sama ayah." Radit menepuk sofa disebelahnya, mengajak Cilya untuk duduk bersamanya. Cilya menurut, duduk di samping ayahnya.

"Bilang sama ayah, kenapa tiba-tiba pergi dari rumah. Apa tante Sarah melakukan sesuatu pada mu?" malam kepergian Cilya dari rumah, Radit sedang berada di luar kota.

"Gak yah, Cilya memang udah ada rencana buat pergi. Bukan karena tante Sarah." bohong Cilya, nyatanya malam itu Sarah dan anaknya mengusir Cilya setelah menghina habis-habisan gadis itu.

Terdengar helaan nafas lega. "Ayah pikir, kalian bertengkar."

"Gak yah, kami baik-baik aja."

"Maafin ayah baru bisa jengukin kamu kesini." ucap Radit yang memang sibuk, pulang pergi ke luar kota.

"Gak papa yah, udah ketemu aja, Cilya seneng banget." Cilya memeluk ayahnya dengan erat. Sebenarnya ia pun tak ingin berjauhan dengan ayahnya, tapi keadaan yang mengharuskan Cilya untuk menjauhi keluarga baru ayahnya.

Malam itu, Radit membawa Cilya untuk bertemu dengan sahabat serta rekan bisnisnya, lalu menginap di hotel, karena malam sudah terlalu larut untuk pulang ke apartemen.

Cilya masih memikirkan permintaan ayahnya untuk segera pulang jika kontrak kerja sebagai guru TK sudah selesai. Kontrak mengajarnya hanya enam bulan, sudah dua bulan lebih ia lewati. Rasanya enggan untuk meninggalkan kota ini. Apalagi Cilya sudah nyaman hidup sendiri tanpa gangguan dari ibu dan saudara tirinya. Tapi, tak tega juga tinggal berjauhan dengan ayahnya.

King, satu nama yang muncul di benak gadis itu. Pria yang sudah memberikan warna baru di hari-harinya, meski kadang menyebalkan juga. Tapi Cilya sudah terbiasa dengan kehadiran pria itu. Entah bagaimana hari-harinya jika Cilya memutuskan untuk pulang. Apa dia akan merindukan saat-saat kebersamaannya dengan King?

Gadis lugu itu, terlalu senang berdekatan dengan pria setampan King. Seumur hidupnya, baru King yang berada dekat di sekitarnya. Selama ini tak ada pria satu pun yang mau berdekatan dengan gadis berpenampilan culun sepertinya. Jangankan pria, seorang perempuan pun enggan berteman dengan nya. Maka dari itu, Cilya tidak mempermasalahkan ucapan ataupun perilaku King yang terkadang menyakiti hatinya. Cilya senang memiliki teman baru, tak apa jika King hanya memanfaatkannya. Yang penting, Cilya mempunyai teman untuk lawan bicaranya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Muhammad Faraj Mubarroq

Muhammad Faraj Mubarroq

apakah king anak arsen Ama Lisa ya

2023-05-26

0

Endang tiek

Endang tiek

saya doakan King nanti bucin ke Cilya

2022-08-26

0

Sukliang

Sukliang

kasihan ya

2022-06-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!