Cilya Intania, gadis malang yang memutuskan pergi dari rumah, memberanikan diri hidup mandiri meninggalkan ayahnya, keluarga satu-satunya yang tersisa. Ibunya sudah meninggal dunia sewaktu ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Menjadi anak tunggal membuat Cilya dilimpahkan kasih sayang oleh ayahnya. Apapun yang Cilya inginkan, ayahnya akan menurutinya.
Hingga akhirnya ayahnya memutuskan menikah kembali enam tahun yang lalu. Membawa ibu tiri serta kakak tiri untuk nya. Kehidupannya mulai tidak berjalan semestinya. Kasih sayang dari ayahnya perlahan berkurang, Ayahnya lebih memperhatikan istri dan anak sambungnya.
Tanpa ayahnya ketahui, Cilya mendapatkan perlakuan buruk dari ibu dan kakak tirinya. Bukan ayahnya saja yang berusaha mereka rebut. Harta yang seharusnya Cilya miliki pun di kuasai mereka. Hinaan, makian dan perilaku kasar lainnya menjadi makanan Cilya setiap hari.
Ayahnya terlihat bahagia, selalu tersenyum jika bersama istrinya, Cilya tak sampai hati mengadu dan menghilangkan kebahagiaan ayahnya. Biarlah dia yang pergi menjauh. Asal ayahnya mendapatkan kebahagiaan.
Cilya melebarkan senyuman nya ketika ia keluarga dari toko baju yang tidaklah besar. Hari ini Cilya rela menguras isi kantongnya untuk membelikan pakaian untuk King. Sebentar lagi King akan mulai bekerja. Cilya memaklumi jika King memang butuh beberapa pakaian untuk bekerja, dan dengan senang hati Cilya memberikannya pada King.
Gaji sebagai guru Taman Kanak-kanak tidaklah seberapa, Cilya masih selalu menggunakan uang yang di berikan ayahnya setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Harusnya uang yang di berikan ayahnya sangatlah cukup, tapi karena Cilya harus menanggung biaya hidup King yang tidak mau sederhana membuat uangnya selalu habis.
Cilya tahu, jika King hanya memanfaatkannya saja. Tapi entah kenapa Cilya tidak mempermasalahkannya, justru senang King hadir dalam hidupnya.
Cilya menyerahkan kantung plastik berlogo toko baju tempat ia belanja pada King yang sedang memakai sepatunya. "Ini, tadi aku mampir ke toko membelikan baju untuk mu."
King menerimanya, lalu melihat pakaian yang Cilya beli. "Lumayan, gak norak." ucapnya. King memicingkan sebelah alisnya, merasa heran. Sudah dua kali Cilya membelikan pakaian untuk nya. Pakaian yang Cilya pilih lumayan, sesuai dengan fashion anak muda masa kini. Tapi kenapa ia tidak bisa memilih pakaian untuknya yang lebih kekinian? Baju kedodoran selalu melekat di tubuh Cilya. Tidak satu pun Cilya memiliki pakaian yang sedap di pandang oleh mata King.
"Bagus deh, berarti mbak nya tadi pinter pilihinya." ucap Cilya.
"Ohh.." bibir King membulat. Ternyata buka Cilya yang memilihnya, melainkan SPG yang bekerja di sana.
"Aku jalan, pinjem mobil!" kata King. Cilya memberikan kunci mobilnya pada King.
"Hati-hati. Kamu pulang jam berapa?" tanya Cilya.
King menghentikan langkahnya, lalu berbalik. "Pake nanya! gak usah tanya deh, kedengeran elu kayak bini gue jadinya." kesal King.
"Iya maaf." sebenarnya Cilya bertanya untuk memastikan King akan makan malam di rumah atau tidak. Cilya akan menyiapkan makanan jika King pulang sebelum jam makan malam.
"Gue pergi." pamitnya. Lalu berucap kembali ketika sadar dirinya tidak memegangi uang. "Bagi duit buat pegangan." Satu lembar uang berwarna merah Cilya berikan. "Kurang, satu lagi." ucap King.
"Tengkyuu!" senyum yang mengembang di bibir King terlihat, membuat hati Cilya merasa senang.
***
"Elu beneran udah melarat?" tanya Ali tak percaya. Setaunya, King adalah anak orang kaya, keturunan keluarga Haidar yang sangat tersohor di dunia kalangan bisnis. King hanya mengangguk.
"Kok bisa?" Ali masih penasaran.
"Panjang ceritanya." King malas untuk menceritakan kenangan paitnya.
"Gak cerita, gak gue kasih kerjaan nih." ancam pria yang mempunyai darah Arab itu.
"Eh.. bangsaat! belagu banget lu." kesal King. "Gue tau elu cuma modal ***** doang kan? yang kaya itu bini lu!" King tau sedikit tentang Ali, anak yang di hasilkan dari pernikahan kontrak ibunya dengan warga negara asing. Kemudian di campakkan begitu saja oleh ayahnya ketika kembali ke negara asalnya.
Kedua pria itu memang alumni pondok pesantren yang sama. Tapi perilaku mereka berdua tidak mencerminkan anak yang soleh. Dulu King dan Ali selalu kompak, kabur-kaburan dari pesantren karena tidak betah. Alhasil hanya satu setengah tahun saja mereka bertahan di pesantren.
"Bacott lu!" Ali meninju pundak King. "Tapi emang bener sih.." Ali pun tergelak, membenarkan ucapan King. "Untung aja muka gue ganteng, jadi bisa ngerubah nasib." berhasil menikahi janda kaya membuat Ali meninggalkan kehidupannya yang susah. Nyatanya harta peninggalan ayahnya tak seberapa. Habis untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi ibunya hanya mengandalkan harta tersebut, tidak berniat untuk bekerja. Menikah lagi pun tak ada yang mau, maklum bekas orang Arab susah cari penggantinya.
"Terus gimana nih, kapan gue bisa langsung kerja?" tanya King serius. Tak memegang uang membuatnya jengah juga. Dia harus cepat-cepat mendapatkan uang.
"Mulai besok. Elu dateng ke kantor, terus di training dulu. Abis itu lu bisa langsung ke TKP."
"TKP apaan? elu nyuruh gue jadi detektif?" King.
"Begok lu. Maksud ngue elu bisa langsung kerja di lapangan!"
"Oh.."
"Lusa, lu siap-siap ke Jakarta. Jadi pemandu buat anak SMA yang mau study tour." ujar Ali memberitahu pekerjaan pertama King sebagai pemandu wisata anak sekolahan.
"Ngoceh doang mah gampang! Tapi gak ada tempat yang lain apa? selain Jakarta?" King malas kembali ke kota itu. Pergi ke sana mengingatkan kembali keluarga nya yang sudah tega membuangnya, terutama ayahnya.
"Ck! elu gak bakal ketemu siapa pun. Jakarta itu luas bro." ucap Ali seakan tau apa yang di pikiran King.
"Iya deh.."
"Mana identitas lu? KTP dan lain-lain." Ali meminta kartu Identitas King sebagai syarat bekerja di perusahaan milik istrinya.
"Parman Suherman? bwahh hahhaha..." tawa Ali meledak ketika membaca nama di kartu Identitas King. Fotonya memang memakai wajah King tapi identitas lainnya bukanlah milik pria itu. "Gokilll!" Ali tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya.
"Sial lu!" King tak bisa mengelak, memang itu lah yang harus ia lakukan jika di pertanyakan tentang identitasnya. Tidak boleh memberitahu nama aslinya.
Dua minggu setelah kepergian nya. Orang suruhan Arsen (daddynya) tiba-tiba datang. King pikir para pengawal di perintahkan untuk menjemputnya, karena Arsen berubah pikiran, tak sampai hati mengusir putranya. Sialnya mereka datang bukan untuk menjemputnya, melainkan memberikan identitas baru. Entah bagaimana caranya Arsen bisa memanipulasi semuanya. Yang King tahu, nama Parman Suherman itu adalah nama supir pribadi keluarga nya.
"Suherman apa Superman nih?" Ali tak hentinya mengejek King. "Gila gila gila! bokap lu niat banget ngusir lu!"
"Bangssatt lu!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
hiuwiyu🐬🐬
belagu banget nih bocahh
2025-01-09
0
Benazier Jasmine
lucu juga
2022-09-04
0
@ Mmh adil @
arsen gak berkaca sama diri sendiri
2022-08-20
0