Karena Camelia

Camelia, nama wanita yang menyebabkan King terusir dari keluarganya. Wanita itu berhasil mengelabui King, memanfaatkan cinta tulus dari pria itu. Mengambil alih kepemilikan tiga cafe milik Arsen yang susah payah daddy nya kembangkan dari nol, serta apartemen mewah, dan sudah berapa banyak uang yang King keluarkan untuk menghidupi Camelia, cinta pertamanya.

Perusahaan warisan grandpa nya nyaris disikat habis oleh Camelia, untungnya masih bisa di selamatkan. Cinta memang membuat King buta dan hilang akal. Jauh-jauh menyusul cinta pertamanya ke Jerman, malah tertipu habis-habisan oleh wanita itu. Sungguh menyedihkan!

Keputusan Arsen mengusir King dari keluarga nya, semata-mata untuk memberi pelajaran pada putranya agar lebih menghargai arti hidup serta menjadi lebih mandiri.

"Sayang, sampe kapan kamu mau ngambekin aku terus?" kepergian putranya membuat Lisa menjadi pendiam. Kesal dengan keputusan Arsen yang menurutnya keterlaluan. Apalagi King pergi dari rumah tidak membawa apapun. Sebagai seorang ibu, pasti mengkhawatirkan anaknya, sudah makan apa belum? tidur di mana? apakah keadaannya baik-baik saja?

"Kamu tega mas, ngusir anak kita!" ucap Lisa. Menghubungi putranya untuk menanyakan kabar pun tak bisa.

Arsen menghembuskan nafasnya kasar. "Anak itu memang harus di hukum. Biar tau susah senang menjalani kehidupan!" selama ini King di berikan fasilitas yang mewah darinya, tidak tahu apa itu arti kesusahan. Mungkin karena itu, King dengan mudah menghamburkan hartanya tanpa berpikir dua kali.

Sebejad-bejadnya Arsen dulu, pria itu pandai dalam mengelola bisnis. Otaknya encer untuk menambah pundi-pundi uang. Pekerja keras! tidak hanya tau caranya untuk menghamburkan uang, tapi pintar juga dalam mencari uang. Sangat berbeda dengan putranya itu.

"Tapi gak perlu di usir juga! aku kesel mas sama kamu!" seru Lisa.

"Ck! iya deh gak papa kesel sama aku." ucap Arsen dengan santai. "Ntar malem juga bakal luluh lagi kalo aku garap!" begitulah Lisa. Siang akan memarahi suaminya karena teringat dengan putranya, tapi kalau malam akan luluh dengan jurus andalan Arsen.

***

Cilya menyiapkan sarapan untuk dirinya dan King yang hari ini mulai bekerja. Gadis itu dengan telaten menata sandwich buatannya dan memberikannya pada King. "Ini, makanlah." perlakuan Cilya sudah mirip layaknya seorang istri yang melayani sang suami.

"Ambilin gue susu." King menerima sandwich itu dan memakannya, lalu seenaknya menyuruh Cilya mengambilkan segelas susu untuk nya.

"Gak minum orange juice?" biasanya King akan meminta orange juice sebagai pelengkap sarapannya. Meski tak punya uang, King masih dalam kebiasaannya. Tak bisa merubah sedikit pola makan mewahnya ke yang sederhana. Disini Cilya yang mempunyai uang, tapi gadis itu yang harus berhemat pula. Sarapannya pun hanya telur ceplok biasa, terkadang nasi goreng.

"Gak!" jawabnya singkat. Cilya menurut saja, mengambilkan susu di dalam kulkas.

"Mau aku antar?" tanya Cilya yang berniat baik untuk mengantar King lebih dulu ke tempat kerja, sebelum ia berangkat ke sekolahan.

"Gue yang bawa mobil." ucap King sembari mengunyah sarapan dengan menikmatinya.

"Yasudah, antar aku dulu, nanti mobilnya kamu bawa." ujar Cilya.

"Ck! mana bisa gue nganterin elu! bisa telat gue. Lu naik angkot aja, kalo gak ojeg deh.." dengan tak berperasaan King menyuruh si pemilik mobil berangkat dengan kendaraan umum.

Cilya menghela. "Tapi.." ingin menolak, tapi lidahnya selalu saja kelu untuk mengucapkan kalimat tidak pada King.

"Yaelah.. mobil butut juga. Pelit amat!" sudah menghina, memaksa, sungguh tak tau diri!

"Iya." lagi-lagi si gadis polos menyetujuinya.

Mengendarai mobil sejuta umat bukanlah seorang King Haidar. Biasanya pria itu akan mengendarai mobil mewah keluaran limited edition. Tetapi kini ia bukan seorang Haidar, melainkan pria bernama Parman Suherman.

Berkendara menuju kantor milik Ali butuh waktu dua puluh lima menit. King memarkirkan mobilnya di pelataran kantor yang hanya memiliki tiga lantai itu. King masuk dengan angkuhnya, wajah tampannya membuat pria itu percaya diri penuh kesombongan.

"Dimana si Ali?" tanya King pada resepsionis. Wanita berprofesi sebagai resepsionis itu sempat terpana karena kedatangan pria tampan.

"Pak Ali belum datang mas, eh.. pak."

"Jangan panggil pak deh, mas aja lebih enak di denger. Saya masih muda." ucap King sembari mengeringkan sebelah matanya, serayaenghoda. Sontak saja membuat wanita itu berbinar bahagia.

Tertunduk malu-malu. "Adanya bu Novita. Pak Ali belum dateng mas."

"Oke. Saya mau ketemu. Bilang aja temennya si Ali." ucap King. Pria itu tahu jika orang yang bernama Novita itu adalah istri temannya. Yang berarti pemilik perusahaan ini, si janda kaya.

"Baik mas." segera menghubungi sekertaris Novita, memberitahu jika ada tamu. "Mas namanya siapa?" tanyanya.

King menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bingung harus menjawab apa. Terlalu malu untuk mengucapkan nama barunya, yang tak sesuai dengan wajahnya yang kebule-bulean. Sebenarnya tidak ada masalah dengan nama yang sekarang ia emban. Tapi rasanya tidak cocok saja.

"Mas?"

"Emm.. nama ya?" King berpikir sejenak. "Arman! ya.. bilang aja Arman." setidaknya itu lebih sesuai.

Novita bertemu dengan King. Sama halnya wanita lain, Novita pun sempat terpana dengan ketampanan King. "Kamu yakin? mau ngambil kerjaan ini?" dengan wajah yang lumayan tampan, Novita ragu King pantas bekerja sebagai pemandu wisata.

"Iya!" jawabnya singkat. King tidak suka dengan cara Novita menatapnya. Seperti wanita yang tak memiliki suami. Tatapan penuh dammba, bukannya King terlalu kepedean, tapi itulah kenyataannya. Novita mengagumi King.

Novita mengangguk. "Hari ini kamu bisa mulai training."

"Oke."

Novita mengerutkan keningnya. King sama sekali tidak mengucapkan terimakasih ketika di beri kesempatan untuk bekerja di perusahaannya terlalu cuek dan tidak sopan pada atasan. "Sebenernya siapa dia?" Novita penasaran. Ali tidak pernah memberitahu siapa King sebenarnya. Ali hanya memberitahu jika teman lamanya sedang membutuhkan kerja.

"Woi!" Ali menyapa King. "Gimana training nya? gampang kan?"

"Gampang cuma gitu mah.."

"Berarti besok udah bisa mulai kerja nih."

"Siap dong tapi lu juga siapin gaji buat gue ya." ujar King. Belum juga bekerja sudah membicarakan soal gaji.

"Tunggu.. tunggu.." Ali menyela, ingin mengklarifikasi, takut King salah kira. "Elu udah ngomong kan sama pihak HRD?" tanya Ali.

King menggeleng. "Tadi cuma ngomong ama bini elu."

"Jadi elu belum tau gaji disini perbulan berapa?" King menggeleng kembali.

"Terus lu kira bakal dapet gaji berapa?"

"Emm... kalo di perusahaan bokap gue karyawan biasa biasanya yaa ampe dua digit."

"Kan! gue bisa tebak. Pasti lu ngarep gaji segitu." Ali menghela nafas. "Ini perusahaan kecil, gak kaya punya bokap lu. Jadi gaji juga yaaa lumayan anjlokk.."

"Berapa?" tanya King.

"Buat beli kaos lu juga gak dapet!" jawab Ali "Gaji paling gede di sini ya manager. Cuma enem juta!"

"Whattt!!!!" apa kabar dirinya? jika gaji seorang manager hanya enam juta?

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Rizka Susanto

Rizka Susanto

Noh kaannn....si Parman mikirnya udh kejauhan 🤣😆

2025-01-08

0

Juan Sastra

Juan Sastra

wah wah king ternyata anaknya sang casanova arsen..wihh pantes aja gitu

2023-08-28

0

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

emang nih bocah dr kecil keliatan bgt songongnya ya

2022-08-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!