Anak-anakku Bukan Benihku
“Aku ingin lebih dekat sama kamu” kata Johan sedikit malu.
“Maksudnya?” jawab Leyna pura-pura bodoh. Menghadapi lelaki pemalu menjadi keisengan tersendiri.
“Tidak sekedar teman, aku ingin lebih dekat dari itu” tegas Johan.
"Maksudnya?" Leyna mengulang-ulang jawaban saja.
"Emmm... ya.... ingin jadi orang istimewa begitu?" keluh Johan.
"Maksudmu Pacar?" Tegas Leyna.
"Tidak sekedar pacar, lebih istimewa lagi?" Johan sendiri kebingungan dengan apa yang harus diungkapkan.
"Lha yang lebih dari sekedar pacar, apa? Suami?" Leyna berusaha mengejar kejelasan dari arah permintaan Johan.
“Emang bisa?” menghadapi Leyna, Johan menjadi makin kurang percaya diri. Suaranya bergetar.
“Yaaa…. Kita coba saja dulu” Jawab Leyna seenaknya.
"Kok dicoba dulu?" Jawaban Leyna terasa tidak tegas di telinga Johan.
"Kan kita belum mengenal sepenuhnya, nanti kamu kecewa kalau tahu aku" kilah Leyna.
Jawaban Leyna hanya dianggap sebagai alasan untuk menghindar saja oleh Johan.
“ya.. kita coba saja” ringan dan terkesan seenaknya Leyna, gadis mungil itu menjawab.
Prambanan, susunan batu dibawah pohon dara siang hari yang panas menjadi cukup semilir. Sepasang pemuda diam membisu menikmati angin sepoi yang mengusir kegerahan siang.
Johan pemuda pemalu kepalanya berkecamuk berbagai pikiran yang ingin diungkap, memandangi wajah gadis yang ditaksirnya.
Merasa tampang maupun strata sosial yang terpaut jauh dengan gadis yang ada dihadapannya, ia tak kuasa mengeluarkan kata-kata.
Keberhasilannya mengajak si gadis ke Candi Prambanan ia anggap sebuah kebetulan saja karena si gadis adalah mahasiswa luar pulau yang baru sebulan menginjakkan kakinya ke Jogja, dan punya keinginan melihat Prambanan secara langsung.
Berdua mereka terdiam tak ada kata yang dapat diungkapkan, sesekali Johan melirik ke arah Leyna. Ia mencoba menebak apa yang ada didalam pikiran gadis itu.
Johan butuh jawaban yang pasti, namun ia bersabar untuk tidak membuat gadis itu marah.
Tiba-tiba Leyna merebahkan badannya di tumpukan batu tempat mereka duduk. Johan berusaha menahan kepala Leyna yang akan direbahkan ke arah batu yang menojol diantara tumpukan.
Johan memberikan kakinya sebagai bantal agar kepala Leynalebih nyaman.
Mereka melanjutkan kesunyian, namun bagi Johan kerelaan Leyna meletakkan kepala di pangkuan adalah jawaban bahwa Leyna tidak keberatan memenuhi permintaannya.
"Kita jalan lagi yuk" ajak Leyna tetap dalam posisi berbaring dengan kepala di pangkuan Johan
Sebenarnya Johan masih enggan. Ingin menikmati kebersamaan yang baru saja dia rasakan. Jawaban yang meski tidak memiliki kepastian, namun sudah membuat lega hatinya.
"Tunggu agak condong dulu mataharinya Ley, masih Panas" Johan beralasan.
Mereka masih terdiam.
Namun beberapa saat kemudian Leyna bangkit dari rebahan, mengebaskan debu batu yang menempel pada celana jeans dan baju kasulnya, dan berkata :
"Masih beberapa candi kecil yang belum kulihat" Leyna menarik tangan Johan.
Ini adalah sebuah kemajuan, karena sejak berkenalan belum pernah mereka bersentuhan tangan, apalagi bergandengan.
"Oke" akhirnya Johan beranjak dari batu tempatnya duduk.
Johan juga mengebaskan debu dari celananya, karena memang tumpukkan batu yang mereka tempati bukan tempat duduk yang diperuntukkan pengunjung. Batu-batu itu adalah bagian candi yang masih berserakan karena belum berhasil direstorasi.
Sambil menggandeng tangan Johan, bisa dikatakan setengah menyeret, menuju candi-candi kecil yang membuat penasaran Leyna setengah berlari.
Sebenarnya Johan sendiri selama ini hanya sampai ke candi induk saja jika berwisata ke prambanan. Maka berkeliling ke candi kecil adalah kesempatan ia mengenal lebih jauh warisan budaya leluhur ini.
"Mengapa selalu ada dupa di candi-candi ini Jo" Johan terkesima, selama ini Leyna belum pernah menyebut namanya.
"Kurasa ini salah satu perangkat ibadah masyarakat yang menggunakan Prambanan sebagai tempat beribadah" Jawab Johan berusaha sok tahu.
"Aku sendiri belum pernah membaca referensinya" lanjut Johan.
Ya selama ini jika ia dan teman-temannya ke tempat-tempat wisata di seputar Jogja, ya sekedar mencari hiburan karena jenuh di kos saja.
"Hmmm..ternyata seram juga ya berkeliling Prambanan" ujar Leyna.
"Aku malah tak pernah berfikir demikian, Jogja sebagai kota budaya cukup biasa bagiku ada hal-hal yang unik dalam keseharian mereka, apanya yang seram" balas Johan.
"Yaaa, aku kan belum pernah melihat dupa yang menyala di antara sesajen begini. Batu-batu berwarna hitam inimenambah suasana magis. Untung kita kesini masih siang.
Johan dan Leyna memuaskan diri berkeliling sambil berkhayal bagaimana masyarakat masa lampau menggunakan candi prambanan ini.
Matahari mulai condong ke barat saat seluruh candi yang ingin dilihat Leyna telah dituntaskan. Pengunjung sudah mulai berkurang, tinggal beberapa turis asing yang ditemani guide mereka.
"Kita pulang Jo, sudah cukup sore. Aku juga sudah puas berkeliling. Kakiku capek sekali" kata Leyna.
"Oke, mau kugendong" Johan sedikit berjongkok di hadapan Leyna.
"Maumu, ogah" dan "Buk" sebuah pukulan mendarat di punggung Johan, membuatnya meringis.
"Lihat itu jalur pulang sangat jauh lho" rayuan Johan berusaha menggoda Leyna.
"Biarin, itulah gunanya kita dikaruniakan kaki yang sehat" Leyna terlihat serius.
"He he he... kapanpun kamu mau princes" Johan mulai berani menggoda, Leyna jadi memerah mukanya.
Sepanjang jalan pulang hati Johan berbunga-bunga.Tak henti-henti ia menggoda leyna yang sesekali minta berhenti karena terlalu capek berkeliling.
"Sudah, ayo aku gendong saja, kamu terlihat begitu tersiksa" akhirnya Johan tidak tega melihat Leyna meringis sambil sesekali membungkukkan badannya.
"Ah, kamu ini mau mencari kesempatan saja" Leyna tetap menolak rayuan Johan dan memilih berhenti agak lama setelah pintu keluar utama terlihat tak lagi terlalu jauh.
Johan berdiri didepan Leyna dan menatapnya iba. Leyna mendongak dan melihat Johan, merekapun bertatapan dan saling melempar senyuman.
Leyna merantau jauh dari lampung untuk kuliah di Jogja satu bulan yang lalu. Johan yang baru saja mulai bekerja di perusahaan swasta enam bulan adalah lulusan dari kampus tempat Leyna saat ini kuliah.
Tempat kos Johan yang dekat kampus belum ditinggalkan karena kontrak penempatannya baru diperpanjang menjelang dia lulus.
Leyna yang bekerja kelompok di kos khusus cewek di sebelah kos Johan, segera mencuri perhatian Johan yang anak-anak satu kosnya sering diminta tolong kos cewek sebelah.
Awalnya Johan enggan saat diajak teman Leyna yang kos disebelah untuk berkunjung ke kos Leyna. Sikapnya setiap bertemu selama membantu mahasiswa baru menghadapi orientasi membuatnya ciut nyali.
Namun teman Leyna bersikeras bahwa Leyna adalah gadis yang ramah. Setelah pertemuan pertama di kos Leyna, Johan berkunjung sendiri dan Leyna meneriima dengan baik. Bahkan orolan dan candaanya seakan mereka telah mengenal cukup lama.
Setelah usaha mengenal yang cukup Panjang, satu bulan setelah masa orientasi kampus selesai, Johan punya kesempatan pendekatan ke kos Leyna dan berhasil mengajaknya jalan ke Candi Prambanan.
Johan menyadari kencan atau berpacaran di candi Prambanan menanggung mitos yang tidak mengenakkan, namun keinginan Leyna melihat karya luhur budaya bangsa telah dipendam sejak masih di kampung halaman. Hanya ke Candi Prambanan Leyna bersedia diajak keluar saat itu. Johan harus siap menerima resikonya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yudhi Nita
Candi Prambanan ... Wah Author tau banget ya soal Candi ini. btw, uwu banget Thor Johan n Leyna... 😍
2022-02-26
2