“Tidak usah ke kos dulu Jo” Kata Leyna sedikit kaku, mencegat Johan di gerbang saat terlihat hendak masuk ke kos Leyna.
“Kenapa Ley? Ada yang salah?” Johan sedikit curiga akan pernyataan Leyna.
“Tidak. Aku ada ujian besok. Mau konsentrasi belajar” kilah Leyna.
Johan berusaha melongok ke dalam kos.
Sebersit bayangan sosok pria duduk di ruang depan kos serius menghadapi berkas dan buku yang berserak tanpa menengok sedikitpun.
“Apakah itu teman Leyna” Johan hanya bertanya dalam hati. Tak ingin mengungkapkan karena takut jika jawabannya benar.
“Oh iya Jo, beberapa minggu ke depan aku berusaha mengejar skripsiku agar segera selesai lebih cepat” kilah Leyna.
“Oh ya? Mengapa terkesan buru-buru?” tanya Johan.
“Dosen pembimbingku akan melanjutkan S3 ke Australia, takut nanti terbengkalai. Tidak usah main ke sini dulu ya” Jawab Leyna.
“Yaah, Baiklah. Kalau mau aku bantu aku siap” Johan menawarkan.
“Tidak Jo, aku bisa menyelesaikan sendiri. Dosen banyak membantu hingga aku tak ada kesulitan” Senyum Leyna terlalu manis untuk menghiasi penolakan dan aturan yang ia tetapkan kali ini.
“Aku ingin sendiri dan butuh ketenangan agar bisa berkonsentrasi” lanjut Leyna.
Johan sebenarnya ingin mampir, tetapi posisi berdiri Leyna seakan sengaja menghalanginya masuk dan air mukanya menandakan ia sedang sungguh-sungguh,
“Baiklah kalau maumu begitu” kata Johan membalikkan badan beranjak pergi.
Sebenarnya hati Leyna belum lagi lega dengan peristiwa di kampung beberapa bulan lalu. Namun Johan seperti orang bebal, tak mampu menyelami hati perempuan.
“Brak” setumpuk berkas dilempar ke meja rapat di depan Johan. Johan sampai terlonjak dari kursinya. membuyarkan lamunan tentang penolakan Leyna akan kehadiran Johan di kosnya.
“Tuh betul kan, melamun saja kan pak? Lagi baper ya” goda Alfon sambil berkata kepada Rudy, rupanya Rudy yang melempar berkas tadi.
“Sial kamu Alfon, untung tidak copot jantungku” seru Johan.
"Pak Rudy kali pak" Alfon tak mau dipersalahkan atas gurauan pak Rudy.
“Ya gila saja pak, masa melamun sampai gak lihat orang masuk ruangan. Seperti kesambet setan saja” Alfon malah cekikikan. Disampingnya rudy tersenyum-senyum saja.
“Senang Rud, kalau temanmu kena serangan jantung” pelotot Johan ke arah Rudy, teman satu angkatan saat menjadi pegawai baru di perusahaan ini.
“Lumayanlah Jo, bisa berkurang satu saingan terberat dalam karierku” Rudy malah berseloroh kurang ajar.
“Sial kamu Rud, ambil semua tuh jabatan” Johan emosi. Mukanya terlihat serius.
“Gak usah Jo, ambil saja buatmu aku gak mau punya anak buah seperti kamu” kelakar Rudy makin menjadi.
“Ctak, plak” sebuah pulpen mendarat di dahi Rudy, justru membuat tertawa Rudy semakin keras.
Alfon sampai terpingkal-pingkal melihat tingkah dua pria dewasa yang kompak dalam bekerja, bercanda maupun saling hina itu. Divisi ini sungguh terasa hidup berkat mereka berdua.
Pegawai lain yang baru masuk tidak tahu apa yang mereka tertawakan, tetapi mereka sudah faham kelakuan senior mereka.
“Jangan godain pak Johan terus pak Rudy, baru disapih sama pacarnya barangkali” seloroh Alfon.
“Eeeh.. kamu bocah prawan bau kencur. Jangan sok tahu ya! Darimana kamu tahu aku sudah punya pacar” Johan memelototi pegawai termuda, fresh graduate dari perguruan tinggi terkemuka di Jogja.
"Ya kali aja pak, siapa tahu ada gadis yang agak gini naksir pak Johan" Alfon menyilangkan jari telunjuk di dahi tertawa kegirangan.
"Aih, dasar gadis jadi-jadian, Kalau di CV mu kemarin mengaku lelaki sudah ku ***** kau pakai tinjuku" Alfon malah semakin kegirangan melihat orang yang digodanya naik pitam.
Semua mata melihat ke arah Alfon yang hari ini berpenampilan sedikit seksi sambil menebak-nebak apa yang sedang terjadi di ruangan rapat ini.
Meski berpostur tomboy, berhati baja, serta mampu bersikap dewasa, Alfon sedikit risih juga dilihat teman-teman kerja yang sebagian besar adalah pria.
Bagaimanapun juga, dibalik penampilannya Alfon adalah seorang wanita yang masih belia.
“Kebanyakan nonton sinetron kamu Fon” kata Rudy.
“Enggaklah pak, aku lebih suka baca Novel” tegas Alfon.
“Nah, kan. Pasti Novel dewasa” kejar Johan.
“Enggaklah Paaak, mau tahu saja” suara alfon agak meninggi pertanda panik kena serangan balik.
“Rasanya nggak mungkin ya Rud, anak fresh graduate of bachelor baca novel bocah petualang yang menyusuri sunga mencari kepompong” Johan merasa mendapat angin.
Seisi ruangan Cuma diam memperhatikan sambil menahan senyuman.
"Kepompong di pohon kali Pak" Johan mengoreksi.
"Kamu tidak tahu kemarin angin besar pohonnya ambruk, jatuh ke sungai" Johan tak mau mengalah
"Aih, udahlah nurut saja, kalau sama Pak Johan mah gak akan ada yang menang" Alfon menyerah.
"Tuh Rud, dengar. Berarti aku duluan yang menjabat ya" Rudy hanya tertawa-tawa saja.
"Cklek" daun pintu ruang rapat terbuka, canda mereka terhenti.
“Sudah lengkap ya, maaf saya sedikit terlambat” Pak Edy manajer divisi masuk ruangan rapat yang dilengkapi
meja cukup besar dengan kursi mengitari.
“Masih ada beberapa hal yang tadi harus saya sampaikan ke direksi” lanjut pak Edy sambil menuju tempat duduknya.
“Baik, kali ini kita akan bekerja keras, full team dan simultan” pak Edy memulai pembicaraan serius sambil mulai duduk di kursinya.
“Rapat ini agak mendadak ya, karena direksi baru siang ini bisa mendapatkan deal proyek ini, dan ternyata ini proyek yang harus dikerjakan dengan cepat” Pak Edy menambahkan.
“Karena besar dan pentingnya proyek ini, saya akan membagi dalam dua tim. Ingat kesuksesan proyek ini akan menjadi landasan kita untuk meraih order yang setara di tahun-tahun selanjutnya” Pak Edy menjelaskan, semua mata hampir tak berkedip melihat ke arahnya.
“Saya mohon maaf untuk persiapannya saja mungkin kalian harus beberapa hari lembur, sebelum masuk proyek sesungguhnya minggu depan. Saya harap kalian tidak keberatan”
“Baik Paaak” semua pegawai kompak menjawab, membuat pak Edy semakin bersemangat.
“Tim yang akan mengerjakan proyek lebih besar dan bisa dikerjakan di kantor akan dipimpin oleh Rudy” semua mata melihat ke arah Rudy yang mengangguk tanda siap menerima tugas.
“Tim di perusahaan akan dikurangi Alfon, Deny, dan Johan” Rudy tersenyum kepada Johan.
“Tim kecil ini akan digawangi Johan” kata pak Edy menggantung kalimatnya sambil melihat ke Johan yang dibalas dengan anggukan dan muka serius.
“Keterampilan istimewa kalian sangat dibutuhkan karena kalian mungkin akan bekerja dengan banyak keterbatasan di pedalaman Kalimantan” Lanjut pak Edy.
Semua mata tertuju ke arah Johan dengan mulut terkatup rapat. Perusahaan belum pernah melaksanakan proyek besar di luar pulau apalagi di pedalaman. Tentu ini menjadi tantangan berat bagi tim itu.
“Jangan khawatir, tugas tim perusahaan adalah menyelesaikan proyek-proyek rutin, dan mensupport tim 2 yang sedang ada di Kalimantan. Direksi memberi waktu sampai tiga bulan. Kalian akan tinggal disana selama itu. Namun saya pribadi percaya, jika Johan, Alfon dan Deny bekerja dengan performa seperti saat ini, proyek bisa selesai lebih cepat, dan saya berjanji akan menambahkan bonus kepada kalian jika bisa selesai sebelum tiga bulan” panjang lebar pak Edy menjelaskan.
“Johan. Apakah kamu keberatan ada perempuan di tim ini” tanya pak Edy.
“Oh, Alfon bukan nama laki-laki ya Pak?” Johan berseloroh sambil melirik alfon. Pak Edy melihat ke Alfon.
Gadis tomboy itu cemberut diiringi senyum dari teman-temannya.
Rapat dilanjutkan dengan pemaparan teknis. Disela-sela keseriusan, Rudy dan Johan selalu menyelipkan candaan, membuat pembicaraan yang berjam-jam tak terlalu membosankan. Hingga tiba saatnya mereka pulang.
“Baiklah jika sudah tidak ada pertanyaan, saya anggap semuanya sudah jelas. Jangan lupa jika nanti di tengah pekerjaan ada kesulitan, ada masalah, komunikasikan dengan tim, dengan perusahaan. Saya harap kekompakan seperti ini terus dijaga. Terima kasih kerja keras kalian hari ini" Pak Edy mengakhiri rapat.
Johan tetap pulang melewati kos Leyna meski sudah dipesan untuk tidak datang. Namun karena pintu gerbang depan selalu tertutup rapat tidak seperti biasanya, Johan tidak memaksa untuk mampir.
Capek dan penatmembuatnya buru-buru pulang ke kos sendiri, meluangkan waktu istirahat sampai pagi dan harus bekerja kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments