“Wah kamu ikut menjemput Anto?” Tanya tuan Hartanata melihat Anto berdiri di dekat pak Sukirman. Sopir pribadi
itu menginjak kaki Anto yang terbengong agar bereaksi terhadap pertanyaan tuan mereka.
“Ek Ih, Iya, Pak. Maaf saya kesiangan jadi berpakaian seadanya” Anto tergagap. Tuan Hartanata memukul pelan jidat Anto degan bawah kepalan tangannya tanda ia sangat menyayangi pegawainya itu.
“Kamu ini seperti melihat hantu saja hanya karena aku tinggal pergi lima hari” Kata tuan Hartanata.
“Eh bukan begitu Pak, tadi barusan asyik ngobrol dengan pak Sukirman” Anto tergagap-gagap menjawab pertanyaan tuan Hartanata, sebab sebenarnya tidak menyangka kalau akan bertemu tuannya saat pengantar sepupunya.
Rupanya pesawat dari Singapura yang transit di lampung ini yang menjadi pesawat tumnpangan Johan ke Jakarta.
“Mamah, kalian bareng pak Kirman, biar aku naik rangernya mandor saja” Tuan Hartanata memang memiliki hobi off road. Di usianya yang telah melampaui setengah abad, tak menyurutkan kesenangan Tuan Hartanata menjelajah pedalaman.
Apalagi selama kesepian dan gundah saat putrinya menghilang, Anto menjadi pendamping yang sangat menenteramkan hatinya dengan keterampilannya mengendalikan kendaraan melewati medan yang berat.
Tuan Hartanata menemukan Anto sebagai salah satu pegawai yang sangat frustasi ketika Tuan Hartanata membeli perkebunan yang sekarang dipercayakan kepada Anto.
Namun sikapnya yang pantang menyerah dan banyak memberi masukkan, hingga kebun yang dia tangani menjadi kebun unggulan, menjadikan Tuan Hartanata menyayangi dan mengagumi Anto.
“Anda terlihat jauh lebih muda kalau Bahagia dan banyak senyum begitu pak” Anto memang sudah biasa penggoda Tuannya untuk sekedar menghibur agar tuannya Bahagia.
Kalaupun mendapat marah atau ucapan kasar dari bosnya, baginya itu hanya guyonan. Kehidupan di jalanan dan perkebunan memberinya Latihan hati baja terhadap kerasnya kehidupan.
“Kamu ini kalau ada maunya pasti ada saja kata rayuan” Tuan Hartanata berkata sambil terus menatap jalanan didepan.
Anto menjalankan ranger tak tergesa-gesa seperti kebiasaan saat bersantai dengan tuan Hartanata.
“Sungguh Pak, hanya sepekan Nona Leyna pulang, bapak terlihat sungguh segar dan bahagia” puji Anto
“Kamu belum pernah merasa kehilangan To. Mana paham artinya kebahagiaan menemukan yang hilang. Dekat perempuan saja belum pernah kulihat” Tuan Hartanata tak pernah merasa berjarak jika bersama Anto.
“Bapak saja yang belum tahu kisahku” batin Anto, namun bibirnya tetap menyunggingkan senyum.
“Gimana To, anakku cantik kan? Kamu belum pernah ketemu kan, karena dia lari saat awal-awal aku beli perkebunan?” cerca Tuan Hartanata.
“Iya tentu cantiklah pak, Mirip mamanya kan” puji Anto.
“Hush, mamanya itu istriku, bukan selera kelasmu” Tuan Hartanata membentak, Anto sampai kaget sampai tak sengaja menekan gas hingga mobil melonjak.
“Hati-hati To, Biarpun istriku jadi janda aku gak akan rela” Anto mengangkat kaki dari pedal gas dan menekan
rem.
Pikiran tentang Nike serta kedatangan Johan sebenarnya masih mengganggu, sehingga candaan Tuan Hartanata membuatnya kaget.
“Ha ha ha ha, gimana kamu menghadapi perempuan kalau seperti ini caramu bertingkah laku” goda Tuan Hartanata.
Anto jadi sungguh-sungguh malu kena dikerjain Tuan yang disegani oleh semua orang yang bertemu dengannya, namun sering bercanda jika hanya berdua dengan Anto.
“Andai punya mantu, aku pengin pria sepertimu, kamu To?” Anto kembali melonjakkan rangernya.
Pak Sukirman yang menyetir dibelakang ranger sampai geleng-geleng kepala kebingungan melihat gerakan ranger yang dikemudikan Anto.
“Ha ha ha. Bapak ini ada-ada saja” Anto mengelak dari topik pembicaraan setelah berhasil menguasai keadaan kembali.
“Sungguh ini To. Aku ingin anakku menikah dengan pria biasa saja, yang bisa memperlakukan wanitanya dengan hormat. Aku dulu sempat ditolak dan terus dihina oleh mertuaku, namun aku tetap memperlakukan hormat kepada istriku, hingga sekarang istriku mampu mendorong suksesku seperti ini” Kisah Tuan Hartanata.
“Bukannya Nona Leyna sudah ada pacar yang membuat dia sampai gelap mata Pak? Pasti Nona sangat mencintai dia” tanya Johan.
“Aku lebih suka pemuda yang mau bekerja keras mengurus perkebunan, bukan anak manja yang menjual warisan demi jabatan” tegas tuan Hartanata
“Jangan mudah menilai orang seperti saya Pak” elak Anto.
“Kenapa? Apa kamu mau mengatakan selama ini aku bisa kamu bodohi” selidik Tuan Hartanata
“Bukan pak, setiap orang punya masa lalu, tak terkecuali saya” kata Anto.
“Apa ada yang kamu sembunyikan dariku, atau kamu hanya mau menghindar dan mau mengatakan putriku terlalu jelek begitu?” Tuan Hartanata menatap Anto, menjadikan konsentrasinya agak terganggu, hingga membelok ke gerbang rumah tuannya agak mendadak dan tajam.
“Wah. lama-lama kamu bisa membunuhku To” omel tuan Hartanata sambil turun dari ranger.
“Maaf pak” hanya itu yang bisa ia ucapkan.
Anto berlari menuju mobil yang dikemudikan pak Sukirman untuk membantu menurunklan barang-barang. Ia sudah hafal tuan Hartanata tak pernah mau dibantu turun dari ranger, meski hanya sekedar dibukakan pintu.
Terlihat Leyna keluar dari mobil. Kulit sawomatangnya terlihat sangat cantik dibalut pakaian yang warnanya sangat cocok. Gaun mewah yang pasti dibeli saat masih di Singapura.
“Apa iya Johan hanya berteman dengan gadis ini, tapi mana mungkin johan berani memacari gadis yang lebih kaya darinya” Anto terkesiap dalam hatinya berguman.
Anto tahu betul, Johan adalah pria miskin yang selalu minder menghadapi wanita, apalagi wanita kaya seperti Leyna. Johan bisa mati gaya.
Merasa dipandangi seorang pria yang membantu keluarganya, Leyna melemparkan senyum yang membuat darah Anto terhenti.
“Kamu mau membantu atau Cuma mau melihat hantu?” Pak Sukirman mengagetkan Anto dengan berbicara didekat telinga Anto.
Buru-buru Anto menarik koper memasuki rumah besar itu.
***
Tak seperti biasanya tuan Hartanata mengunjungi mes sore hari. Ada perkara penting yang harus dibicarakan dengan para mandor.
Administrasi perusahaan melaporkan produksi sawit ada penurunan, Anto mengumpulkan para mandor di mes
besar tempatnya tinggal.
Anto memandangi HPnya yang bergetar, sebuah pesan dari Johan segera dibukanya.
"Maaf To, Nike belum bisa ditemui"
"Dua-tiga hari ke depan jika sudah kuserahkan kukabari"
Anto membalas :
"Pastikan kamu sendiri yang menyerahkan ya Mas, Aku hanya percaya kepadamu"
"Beres" balas Johan kembali.
Sementara Leyna yang bosan di rumah saja ikut ke mes, berkeliling memeriksa dan sesekali bertanya ke penghuninya.
Semua mata pria melotot melihat putri tuan Hartanata, namun Leyna tak memperdulikannya.
“Namamu siapa?” selidik Leyna.
“Siswo Nona” Jawab pemuda yang sedang duduk mengobrol diteras mes karyawan.
“Saya Kirman, Sukirman” jawab orang yang disebelahnya.
“Nama kalian khas banget ya seperti dari daerah tertentu, kamu berasal dari mana?” tanya Leyna kembali.
Malu-malu kedua orang itu menyebutkan nama kampungnya sambil setengah berbisik. Namun karena Leyna tahu
betul nama dan letak kampung itu, Leyna terbelalak dan mengejar dengan pertanyaan.
“Rumahmu dekat dengan pasar?” kejar Leyna.
“Tidak Nona, saya kira-kira satu setengah kilo ke arah selatan, kalau siswo hampir tiga kilo” jawab.
“Satu setengah kilo ke selatan?” Tanya Leyna memastikan Kirman mengangguk.
“Dekat dengan penggilingan padi di pinggir jalan itu ya?” Kirman membelalakan mata, bibirnya menyunggingkan senyuman.
“Loh, Nona kok tahu?” air muka Leyna menjadi bercahaya.
“Kamu kenal dengan mas Johan?” Leyna setengah berteriak, Kirman dan Siswo agak kaget juga.
“Mas Johan yang sebelah pasar” tegas Leyna.
“Oh, mas Johan yang itu kemarin mengunjungi Kepala Mandor Anto? Kami ngobrol rame-rame sampai pagi” Darah Leyna berdesir, jantungnya menghentak keras.
“Malah kami bersama minum-min..” belum selesai Siwo berucap..
“Plak” telapak tangan kirman menampar mulut Siswo yang lancang.
“Sudah-sudah jangan bertengkar saya tahu kebiasaan kalian” cegah Leyna sambil melempar senyum, kedua orang itupun rukun kembali.
Kirman melanjutnkan :
“Katanya kesasar mencari alamat temannya tetapi tidak ketemu Non, jadi menginap di sini semalam, dan langsung pulang kemarin pagi.
“Jadi benar yang kulihat kemarin di Bandara. Sial kamu Jo, Mataku tak akan menipuku” hardik leyna dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments