“Plak” sebuah tamparan mendarat di pipi Johan.
Kaget Johan membuka matanya. Kesadarannya kembali mendarat di sudut kamar. Dilihatnya mata Leyna melotot dengan nafas sedikit mendengus-dengus.
Johan sangat menyesal. Sungguh Ia tidak lupa janji yang mereka buat saat ini bahwa Leyna belum menerima jika Johan menginginkan ciuman bibir, namun suasana malam minggu di kamar kos yang sepi karena penghuninya sebagian besar sedang mudik atau bermalam minggu keluar, membuat Johan tergoda untuk merasakan mencium bibir seorang gadis yang selama hidup belum pernah dirasakannya.
“Maaf” hanya itu yang bisa keluar dari bibir Johan. Rasa malu dan bersalah bercampur dalam hatinya. Ia sempat terlena dengan keinginan menggebu dalam jiwa mudanya.
Leyna tak mengeluarkan sepatah katapun, hanya matanya nanar tajam memandang wajah Johan tepat di matanya.
Lima bulan perjalanan mereka dalam kebersamaan, setiap kali Johan menanyakan status hubungan mereka,Leyna selalu hanya menjawab “ya kita coba jalani dulu saja”.
"Maaf Ley, aku khilaf" Jogan kembali mengulangi pernyataanya.
“Kamu sudah janji Jo” ucap Leyna lirih.
“Maaf Ley, aku terbawa suasana” sesal Johan.
Mereka berdua terduduk diam dalam suasana kaku di pojok kamar kos Johan.
Libur semester Leyna tidak pulang. Kegiatan tambahan di organisasi kampus menjadi pelarian agar kangen keluarga dapat ia tekan. Leyna berusaha melupakan urusan dengan keluarga setidaknya untuk sementara.
Leyna ke kos Johan untuk menikmati akhir pekan bersama. Selama ini mereka berdua hanya duduk berbincang atau menikmati acara telivisi. Namun entah mengapa malam ini ada hasrat berlebih dari Johan.
Dalam suasana kaku, Johan akhirnya berusaha membuat cair.
“Kita jalan Ley” akhirnya Johan mencoba kebekuan mereka. Waktu 6 bulan belum terlalu cukup untuk mereka berdua mengenal lebih dalam serta menjalin hubungan yang lebih nyaman.
“Ya, kita makan saja, aku lapar” kata Leyna
“Baiklah, mau makan apa?” Johan sebenarnya menjadi tidak terlalu bernafsu makan saat tidak nyaman di dekat
Leyna.
“Terserah, aku ikut saja” Ujar Leyna. Jawaban yang sama, setiap mereka mencari makan, dan jawaban itu cukup
menjengkelkan bagi Johan.
Johan ingin Leyna punya keinginan saat ditawari makan. Namun berkali-kali saat Johan berhasil mengajak Leyna
keluar untuk makan, jawabannya selalu sama.
“Bagaimana kalau Pecel Lele yang dekat rel?” Kata Johan.
“Terserah” jawab Leyna.
“Atau mie ayam yang seberangnya yang dekat rel juga” Johan memberi alternatif.
“Terserah” Jawab Lyena kembali, seakan tak ada kata lain yang lebih berguna saat memilih makan.
“Kamu lebih suka yang mana?” desak Johan.
“Terserah kamu Jo, aku ngikut saja” jawaban Leyna seperti biasanya.
Johan selalu bingung setiap mengajak Leyna makan. Karena takut jika ia yang memilih nanti selera Leyna tidak sesuai.
Pernah ia memutuskan makan mie ayam, tetapi Leyna makan sambal terlihat tidak bernafsu. Setelah keluar baru dia mengatakan ingin makan nasi karena dari pagi belum makan tenggelam dalam kesibukan kuliah dan kegiatan kampus.
Setelah lama menatap Leyna tanpa berkedip, Leyna sama sekali tidak bergeming. Kepalanya menunduk tak memperhatikan Johan memilih berjalan menuju tempat makan. Diraihnya tangan Leyna agar berdiri dan mengikutinya.
Mereka berjalan beriringan menuju tempat makan.
“Lama nggak makan di sini, sudah lupa ya mas Johan, mentang-mentang sudah ada yang mengawal” goda Kristi, anak pak Mo pemilik resto sate kambing yang tak jauh dari kampus.
“Makannya nyari yang jauh sekarang ya, biar berduaanya jadi lebih lama” lanjut Kristi sambal cengegesan.
Kulirik Leyna pura-pura bodoh sambil memilih menu.
“Bukan begitu Kris” meski agak kikuk, kalua sudah Kristi yang menggoda Johan biasanya hilang sifat pemalunya.
“Bapak kok nggak kelihatan Kris” ujar Johan mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Heleh, tumben nyebutnya bapak. Biasanya juga pakde, paklik, gak jelas. emang mau jadi menantu tukang sate?” Kristi ini kalau menggoda orang tidak akan berhenti kalau korbannya belum jadi keki.
Johan sudah hafal betul sifatnya karena sudah menjadi langganan warung sate sejak Kristi masih SMP hinga sekarang mulai kuliah.
“Bukannya menjawab malah ada saja omonganmu” Johan tidak canggung kalau bercanda dengan Kristi, sudah 5 tahun Johan tidak pernah pindah kos sejak pertama kuliah di Jogja.
Warung sate satu-satunya yang dekat kampus, menjadi andalan dulu saat kiriman baru datang dan ingin menikmati makanan enak. Kristi akrab dengan semua anak-anak kos yang biasa makan di situ.
“Cantik dia ya Jo” tiba-tiba Leyna berujar yang menyadarkan Johan bahwa dia datang ke warung sate ini bukan
dengan teman-teman kos cowoknya seperti dulu.
“Kamu baru sekali ini mengajak aku makan di sini ya Jo” masih termangu Johan sudah mendapat susulan pertanyaan.
“Oh, iya maaf. Aku kira kamu tidak suka makan daging” sanggah Johan
“Memang, aku lebih suka sayuran, tapi aku bukan vegetarian” Leyna berkata agak ketus.
“Maaf Ley, aku selalu bingung setiap mengajak kamu makan. Kamu selalu menjawab terserah” Kata Johan
“Ah, kamu laki-laki. Kamu yang mengajak. Masa aku yang menentukan” Leyna tak akan menatap wajah Johan saat berbicara dengan nada itu.
“Yah, gimana ya. Maksudku aku gak ingin salah memilih menu yang kamu tidak suka” Johan berbicara pelan.
“Pak Mo kok tidak kelihatan Yu?” Johan bertanya ke yu Parmi, asisten warung yang selalu setia melayani para pelanggan.
Kristi masih sibuk memasakan pesanan pelanggan lain, maka Yu Parmi yang mengantar pesanan ke meja pelanggan seperti yang dilakukan kepada Johan kali ini.
“Wisata ziarah mas, bareng rombongan bapak-bapak se RT” kata yu Parmi.
“Loh kok gak tutup warung, apa nggak repot. Biasanya suka tutup kalau Pak Mo sedang ada keperluan” kata Johan
“Malam minggu mbak Kristi memaksa buka karena takut mengecewakan pelanggan” kata yu Parmi.
“Iya sih, kalau tutup tadi aku juga harus mencari makan di tempat lain” Johan bergumam
“Jangan salah lho mas, masakan mbak Kristi lebih enak dari bapaknya” kata-kata yu Parmi yang sederhana cukup
membuat alis Leyna mengkerut hampir bertemu.
Johan terdiam di sudut matanya melihat yu Parmi sedikit menahan sesal dan pertanyaan.
“Kita jalan ke alun-alun selatan Ley” ajak Johan di sela-sela makan.
“Atau nongkrong di Malioboro?” Melihat Leyna hanya diam dan makan sambil tergesa-gesa perasaan Johan jadi kurang nyaman.
“Cepat habiskan Jo, antar aku pulang saja, sudah malam” ujar Leyna.
“Tapi Ley…” Johan tak sempat menghabiskan kalimat.
“Aku agak gak enak badan Jo” potong Leyna
Waktu masih menunjukkan pukul 20:05 WIB. Malam minggu biasanya kos Leyna memberi toleransi tutup gerbang sampai pukul 22:00.
Tapi Johan tidak pernah membantah permintaan Leyna. Ia ingin hubungannya yang baru seumur jagung tidak terhalang masalah yang lebih besar dengan bantahan atau penolakan dari Johan.
Selesai makan, Johan mengantar Leyna menuju ke tempat kos.
Gang yang sepi sepasang sejoli berjalan cukup tergesa-gesa, sampai pada sudut gang di depan kebun kosong.
“Hoeeek”
“Ada apa Ley?” Leyna hanya menggelengkan kepalanya. Johan berusaha mengurut leher Leyna yang tiba-tiba
memuntahkan seluruh isi perutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yudhi Nita
Khas cewek thor bilang 'terserah'...
wah, Leyna kenapa tuh
2022-02-26
1