Fajar telah menyingsing di ufuk timur. Leyna masih dalam pelukan hangat. Matanya tak lepas dari wajah Johan yang tidur tenang di sampingnya.
Leyna mengangkat tangan Johan yang sebenarnya sudah terlalu berat sejak tadi. Leyna tidak ingin momen
kemesraanya terhenti dengan beranjak, namun suara kunci membuka pintu kamar yang ia duga tempat Merry tidur telah terdengar.
Tak lama Merry menghampirinya.
“Lho kok nggak tidur di kamar mbak? Disini kan dingin” kata Merry
“Enggak dingin kok, lagian aku semalam tertidur karena Lelah” kilah Leyna.
“Mau ikut jalan-jalan mbak?” ajak Merry
“Ke mana?” Leyna sebenarnya tidak tahu tempat di sekitar rumah Johan karena ia baru pertama kali ke sini.
“Ya.. sekedar jalan saja, siapa tahu ada juragan sapi masih jomblo. ” Leyna tersenyum. Rupanya Merry masih memendam olokan kakaknya semalam.
"Aku biasa jalan ke selatan, lebih nyaman bisa sampai tiga kilo matahari ditimur tetap kelihatan karena rumah hanya di sebelah kanan, sedang kiri jalan masih hamparan sawah" Lanjut Leyna
“Aku basuh muka dulu ya” kata Leyna.
“Ayo, aku juga belum cuci muka” mereka berdua ke kamar mandi untuk membasuh muka lalu keluar menikmati udara pagi.
Ibu Johan juga telah bangun. Sebelum berkatifitas di dapur ia menyempatkan diri ke ruang depan, tempat Johan lebih senang beristirahat jika sedang dirumah.
Alih-alih di kamar, Johan selalu memilih ruang TV yang biasanya ia tertidur semasa kecil, menjadi peraduan malam.
“Bocah gendeng” gumam ibu Johan, kakinya menyenggol ujung kaki Johan yang tidur meringkuk seperti bayi.
“Kalau tidur sudah seperti orang mati saja, coba kalau pacarnya digondol genderuwo bagaimana” ibu johan mengomel sendirian, membuat Johan berusaha memicingkan mata.
“Genderuwo dari mana bu, pohon besar sudah dijual semua sama bapak” gurau Johan.
Dilihatnya sang ibu sedang memperhatikannya. Ia sadar Leyna sudah tak ada di sampingnya.
“Lho Leyna ke mana bu?, Pindah ke kamar Merry?” tanya Johan.
“Digondol wewe barangkali" canda ibunya ketus
"
Sudah bangun. Sudah siang. Beresi tempat tidurmu, nanti kalau ada tamu bikin malu” omel ibu Johan.
“Wewenya cantik nggak” Johan bercanda karena menduga Leyna jalan-jalan bersama adiknya yang memang rajin bangun dan berolahraga pagi.
"Kamu ini lhi, disuruh bangun saja kok susahnya minta ampun" Sudah biasa sejak kecil jadi bahan omelan.
“Ibu ini kalau aku nggak di rumah katanya dikangeni, tapi kalau dirumah cuma diomeli” Johan beranjak dari Kasur mendekati ibunya, Merajuk sambil memeluk dan menciumi ibunya.
“Heeeh.. kamu ini sudah tua, gak usah berlagak kayak bocah lagi” ibunya menasehati.
“Lah sudah tua kok jadi bahan omelan melulu kayak bocah” kata Johan.
“Haduh, Kamu ini. Kalau ibu ngomong sepatah, jawabnya nerocos melulu, bikin darah tinggi saja” Johan sudah
hafal betul perangai ibunya.
“iya deeeh, aku diaaaaaam” Johan masih menggoda ibunya.
“Kamu ini lho, kalau pulang ke rumah. Tidur gak ngerti waktu gak ngerti tempat” Johan memonyong-monyongkan
mulutnya seperti anak kecil mengikuti kalimat ibunya.
“Kalau ada yang datang kan nanti terlihat nggak sopan. Sudah beresin keburu ada tamu” Johan menyingkir dari hadapan ibunya dan membereskan tempat tidurnya.
“Bu jangan lupa sayur asamnya” setengah berteriak Johan melihat ibunya menuju ke dapur.
“Ibu belum belanja” jawab ibunya tak menghentikan langkahnya menuju dapur.
“Ibu mau menanak nasi dulu, kamu saja yang belanja bahannya, mumpung masih pagi. Masih segar sayuran” perintah ibunya.
Rumah Johan dekat dengan pasar, sehingga sejak kecil ia terbiasa diminta ibunya berbelanja. Pedagang di pasar banyak yang mengenalnya, dan sering memperbincangkan kesigapannya berbelanja
meski Johan anak laki-laki.
“Apa sudah ada yang jualan jam segini bu?” Tanya Johan.
“Eh, mbok Parmi itu pagi-pagi buta sudah balik dari sawah, jam segini sayuran sudah digelar di pasar. Siang sedikit
nanti malah nggak kebagian” kata ibunya dari dapur.
Johan dengan sedikit enggan berangkat ke pasar. Sebenarnya ia sudah malu belanja ke pasar sendirian seperti masa kanak-kanaknya. Tetapi setiap kali pulang, ibunya masih memintanya berbelanja.
Karena sudah hafal tempat dan penjualnya, tak lama Johan selesai berbelanja dan kembali ke rumah.
Dilihatnya ada sepeda motor terparkir di halaman.
“Hai Johan” sapa gadis semampai berkulit kuning langsat dengan rambut terurai sudah berdiri di samping ibunya di dapur.
“Oh Nike, sudah lama?” tanya Johan
“Johan Johan, jelas kamu ke pasar saja barusan” kata ibu Johan
“Iya budhe, Johan suka basa-basi kalau sama aku” Nike mendekat, memeluk Johan dan mencium pipinya.
Johan agak risih, namun ia membiarkan saja Nike melakukan itu.
“Kapan pulang?” Nike bertingkah seakan-akan tak ada orang lain di situ.
Johan sebenarnya tidak suka diperlakukan begitu, apalagi dihadapan ibunya. Tetapi melihat ibunya diam saja Johan menjadi tak peduli.
“Kemarin sore” Jawab Johan
“Kok nggak main ke rumah, sudah lupa ya sama aku?” Nike centil mencerca Johan.
“Aku pulang kan karena ibu sakit, bukan mau liburan” kata Johan
“Idih, segitunya. Ya gak perlu sinis begitu dong” kata Nike bergayut manja.
"Aku tahu kalau budhe sakit kali" Nike merajuk manja.
"Iya Jo, selama ibu sakit, Nike banyak membantu ibu" terang ibu Johan.
"Hampir setiap hari dia ke sini" Lanjut ibu Johan.
Nike menunjukkan ekspresi kemenangan sambil tersenyum girang.
Sementara Merry kembali dari mencari udara segar pagi mendapati motor yang tak asing lagi.
“Maaas, aku gak nemu juragan sapi yang pengin kawin lagi” teriak Merry dari halaman.
Sebenarnya Merry hanya mau memberi kode kalau Leyna kekasihnya sudah pulang dari jalan-jalan. Merry tahu ada Nike di rumah, dan itu bisa menjadi masalah besar buat kakaknya.
“Ya sudah, besok lagi keliling nyari pegawai negeri” Johan paham maksud adiknya.
“Ih. Segitunya sih sama adikmu, tega amat seakan Merry gadis nggak laku” Nike yang tidak paham maksud Merry menyentil Johan yang berusaha menjauh dari dapur.
Nike malah mengekor saja.
Nike masih ada hubungan falimi jauh dengan ayah Johan, sehingga bagi ibu Johan kedatangannya sudah dianggap biasa, karena memang beberapa tahun ini sering berkunjung dan membawakan oleh-oleh.
Perilakunya kepada Johan dianggap hanya sebatas anak manja yang ingin diperhatikan saja.
Sementara ibu Johan sudah sibuk mengurus sayuran untuk dipakai hidangan pagi ini. Nike di halaman heran ada gadis asing berjalan bersama Merry.
“Lho siapa itu Mer?, Temanmu?” melihat Merry tidak datang sendirian Nike pun penasaran.
Merry kebingungan mau menjawab apa karena ia belum banyak mengenal Leyna. Dia hanya menyorongkan dagu menunjuk ke arah kakaknya.
“Ooh, ini Leyna, temanku” ucap Johan mengenalkan
Deg! Leyna sedikit tercengang.
“Teman katamu Jo” batin Leyna air mukanya berubah. Begitupun air muka Nike meski alasan perubahan berbeda.
“Ayo ke dapur bantu-bantu ibu” ujar Johan tak menyadari perubahan dua perempuan di hadapannya.
Merry mengekor kakaknya, tak menyadari jika Nike menahan Leyna dengan meraih tangannya.
“Sebenarnya kamu siapanya?” cerca Nike sambil melotot dan mencengkeram erat lengan Leyna.
“Mbak kan sudah dengar aku temannya, aku harus menjawab apa lagi” Jawab Leyna ciut. Ia tak ingin membuat masalah di rumah keluarga yang baru dikenalnya.
“Jangan banyak omong kamu” Bentak Nike setengah berbisik.
Leyna tidak faham arah pembicaraan Nike.
Leyna belum tahu apakah dia kerabat Johan yang tidak ingin saudaranya disakiti, atau malah pacar Johan.
Deg! jantung Leyna kembali seperti ditinju memikirkan kemungkinan itu. Namun Leyna tak berhasrat untuk bertanya.
“Pantas saja Johan tak pernah memanggilku sayang” pikir Leyna dalam hati yang dipenuhi curiga.
“Gadis cantik ini tinggi, semampai, dan berkulit bersih, mungkin kekasih yang disembunyikan Johan” Leyna mulai berfikir liar.
"Tiga tahun lebih hubungan, tidak pernah Johan mengatakan aku cinta padamu seperti yang diharapkan banyak gadis" rutuk Leyna tak henti hentinya.
“Awas ya kalau kamu bohong” Nike mengancam dengan nada yang menakutkan. Leyna sungguh shock, tidak berani banyak berkata-kata.
Johan kembali ke halaman tepat sesaat Nike melepaskan lengan Lena dan mendorong dengan sedikit kasar agar masuk, sehingga tidak melihat peristiwa Nike mengintimidasi Leyna.
"Ayo masuk, bantu ibu memasak" kejar Johan agar kedua gadis segera ke dapur.
Di dapur Merry melihat suasana yang tidak menguntungkan buat Leyna, maka cepat-cepat ia berkata.
“Mbak Leyna kita ke pasar yuk, beli jajanan” Leyna hanya mengangguk perlahan.
Johan masih tak menyadari situasi, justru semakin asyik berbicara dengan Nike yang sudah lama tak berjumpa.
"Aku nitip ya Mer" seru Johan.
"Dasar buta" rutuk Merry dalam hati, namun iya tetap menjawab dengan tenang.
"iyaa" katanya.
"Kakakku memang bebal" omel Merry dalam hati.
Nike merasa senang ditinggal berdua dengan Johan. Ia banyak bertanya tentang kehidupan dan dunia kerja Johan tanpa mempedulikan hubungan dengan Leyna.
Berjalan ke pasar Leyna menahan tangis yang hampir pecah. Menyadari itu, Merry memegang tangan Leyna, lalu bertanya.
“Ada apa di halaman tadi mbak Leyna, mengapa kalian agak lambat masuk?”
“Nggak apa-apa” Namun dari getaran suara jawaban Leyna, Merry tahu pasti ada masalah.
“Begini mbak Leyna. Jangan cerita ke mas Johan ya?” Leyna mengangguk-angguk menunggu Merry memulai cerita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments