Usai pertemuan Anto mengantar tuan Hartanata ke mobilnya. Wajah tuan Hartanata terlihat puas dengan hasil pembicaraan. Leyna mendekati dua pria tersebut.
Melihat ayahnya banyak tersenyum dan menduga obrolan mereka tidak terlalu penting, Leyna menyela.
Anto menunduk, ada rasa segan menatap Leyna, seakan banyak pertanyaan yang disembunyikannya.
“Pa boleh besok aku balik ke Jogja?” Glek! Tuan Hartanata menatap putrinya.
Anto mendongakkan kepala yang tadi tertunduk. Leyna langsung memelototinya dengan geram.
“Apa pula salahku hingga Nona Leyna melotot seperti itu” batin Anto, untung papanya tidak memperhatikan air muka Leyna.
“Loh, kok jadi buru-buru. Bukankah kuliahmu sudah selesai” tanya tuan Hartanata.
“Iya pa, tapi kan selesai sidang masih harus ada beberapa revisi dari dosen penguji, ditambah lagi skripsi belum kujilidkan, nanti keburu dosen pembimbing terbang ke Australia” Kilah Leyna.
“Aih, pandai nian gadis ini berkelit” batin Anto sambil bibirnya tersenyum-senyum.
Begitu mendongak kembali kaget didapatinya Leyna kembali memelototinya sambil keras mengatupkan mulutnya tanda geram.
“Aih. Celaka apalagi yang mau menimpaku” batin Anto
“Lho kalian ini sudah pernah ketemu?” Akhirnya tuan Hartanata memergoki juga perilaku Leyna.
“Be…” Anto hendak menjawab tapi segera dipotong oleh leyna.
“Sudah kemarin di bandara! Aku melihatnya” ujar Leyna menyindir keberadaan Anto, sambil tetap melotot ke Anto. Menjadikan Anto berkeringat dingin.
“Kamu ini galak amat, persis mamamu saja. Anto kan tidak salah apa-apa di bandara sampai rumah"Tuan Hartanata berusaha meredam putrinya.
“Mama Leyna ini dulu juga begitu To, galaknya minta ampun, tetapi sikapnya itu yang justru menantangku untuk menundukkannya” Tuan Hartanata mengenang masa mudanya untuk memberi penghiburan kepada Anto.
“Papa ini mengumbar aib keluarga” protes Leyna
“Ha ha ha bukan aib Ley, itu salah satu romantisme mamamu yang masih tersisa sampai sekarang” ujar Tuan Hartanata.
“Aneh sekali, galak kok dibilang romantis” batin Anto tetap mengatupkan mulutnya.
“Bagaimana Boleh kan Pa, kalau besok aku berangkat?” Leyna melunak dan merajuk kepada papanya.
Sebenarnya berat hati tuan Hartanata melepas putri yang baru saja kembali setelah menghilang selama tiga tahun. Tuan Hartanata tahu keras hati putrinya jika ia menolak permintaanya.
“Ya besok papa antar saja. Mau pakai pesawat atau lewat darat seperti kesukaanmu” ucap Tuan Hartanata.
“Nggak usah Pa, nanti papa capek. Sayang buang waktu. Mending urusan di perkebunan diselesaikan segera. Leyna sendiri saja ya” papanya geleng-geleng kepala.
“Kamu gak mau mendengar pendapat mamamu dahulu?” ucap papa Leyna bijak.
“Mama kan ada kakak, dia gak akan terlalu perduli dengan kepergianku” ucap Leyna agak sendu.
Ya, Leyna anak kesanyangan papa, sedang kakaknya sangat dekat dengan mama.
Bahkan sejak kecil Leyna merasa mamanya kurang perhatian kepadanya dibandingkan dengan kepada kakaknya. Leyna merasa seperti anak tiri saja dihadapan mamanya.
“Kamu tidak bisa begitu Leyna bagaimanapun juga mama kan orang tua yang melahirkan kamu” nasehat tuan Hartanata.
“Ya sudah, nanti Papa saja yang memberi pengertian ke mama” Lanjut tuah Hartanata melihat anaknya cemberut.
“Besok biar dari kantor pak Sukirman menjemput kamu ke rumah” kata Tuan Hartanata
“Biarkan mandor itu saja yang mengantarku ke bandara Pa” Anto mengerjap-kerjapkan matanya tanda tak percaya akan pemikiran dan sifat Nona tuannya yang begitu spontan.
Tuan Hartanata menatap kepada Anto, dibalas dengan mengangguk-angguk saja.
“Baik Nona” begitu jawab Anto, buru-buru menjawab melihat Leyna mulai membulatkan bola matanya.
***
Keesokan hari dalam perjalanan ke bandara.
“Apa yang kamu lakukan dengan Johan semalaman di mes Mandor?” selidik Leyna.
“Cuma ngobrol saja Non, dengan anak-anak dari kampung yang kebetulan sama-sama bekerja di sini” jawab Anto, tidak salah sih, meski ada yang ditutupi.
“Bohong. Kalian mabuk kan?” cerca Leyna.
“Enggak Noooon, siapa yang bilang?” Anto berusaha menutupi kejadian malam Johan menginap di mes.
“Sial kamu Siswo, dan Kirman” rutuk Anto dalam hati. “Kalian pasti yang ceroboh membuka rahasia ini”
“Kalau nggak mau bilang terus terang aku akan mengadu ke Papa” desak Leyna.
“Aduh Non, jangan. Memang salah saya apa sampai diadukan?” Anton kebingungan
“Aku bisa saja bilang ke Papa kalau kamu melecehkan aku selama perjalanan ke bandara” ancam Leyna.
“Aduh Non, mana berani saya main-main dengan keluarga besar tuan Hartanata melecehkan bagaimana” Anto tak habis pikir
“Ya kubilang kau kurang ajar meraba-raba, atau mau memperkosa begitu” ketus Leyna.
“ngeri juga gadis ini kalau sudah nekat” batin Anto
“Jangan Non, mana mungkin saya berpikiran begitu setelah kebaikan hati Tuan Hartanata kepada saya selama ini?” cegah Anto
“Kalau begitu jujurlah, kalian mabuk-mabukkan?” Ancam Lyna kembali.
“Eh ya cuma sedikit Non” akhirnya terbuka juga pengakuan Anto.
“Sedikit? Yang namanya mabuk, sedikit-banyak tak ada bedanya” dengus Leyna geram.
“Rupanya memang ada hubungan antara Nona dengan saudara sepupuku itu, Sial kamu Mas Johan” batin Anto.
“Dia ngomongin apa soal aku” Leyna bertanya kembali, dia berusaha mengendalikan perasaannya setelah didapatinya kenyataan tentang Johan.
Anto memutar isi kepala untuk mencari jawaban yang pas agar pesan Johan jangan sampai Leyna tahu bahwa Johan memburu Leyna sampai ke rumahnya.
“Mas Johan hanya menunjukkan foto Nona saat di Pantai” jawab Anto sedikit nyaman mendengar nada suara tuannya.
Hati Leyna berdesir.
“Itu saja, dia nggak bilang tujuannya ke sini” tanya Leyna.
“Mas Johan cerita kalau dia mencari temannya, tetapi alamat yang diberikan salah” Anto menjawab sesuai yang dikatakan Johan saat itu.
“Teman lagi-teman lagi, Kamu begitu meremehkan aku Jo” Leyna memaki-maki dalam hati.
“Kok bisa salah?” Leyna terus mendesak.
“Nggak tahu Non, dia bilang mendapat alamat dari temannya yang bekerja di TU kampus tempat dia kuliah dulu,
tetapi ternyata alamat itu malah rumah Nona” terang Anto
"Emang siapa nama temannya, dimana alamatnya?" Leyna makin beruntun.
"Dia tidak banyak cerita Non, Mas Johan lebi tertarik mendengar saya cerita tentang perusahaan dan keluarga Non Leyna" jawab Anto.
“Dia memang mencari aku bebal” sungut Leyna dalam hati.
“Kamu ini memang bodoh Jo” rutuk hati Leyna kembali.
“Lantas, bagaimana kalian bertemu, dan dia mabuk-mabukan di tempatmu?” Anto menghela nafas untuk membuang rasa tidak nyamannya.
“Mas Johan rupanya masih menyimpan nomor telefonku Non, dia menghubungi dari warung kopi dekat rumah Non Leyna, lalu aku jemput saat itu juga” terang Anto sesuai kejadian yang ia alami.
“Dari tadi mas, mes, mas, mes memang kamu ada hubungan apa dengan Johan?” Selidik Leyna
“Oh, dia kakak sepupu saya Non” buru-buru Anto menyambung agar Leyna tak terus mengejarnya dengan pertanyaan.
Anto legaperjalanan sudah sampai loby bandara. Saatnya dia bebas dari kejaran pertanyaan tuannya.
“Sudah sampai Non, mari saya antarkan ke Lobby” kata Anto.
“Tidak usah, kamu balik ke Papa saja. Bilang aku akan baik-baik saja, jangan terlalu banyak pikiran. Nanti sampai Jogja aku kasih kabar” pesan Anto yang langsung memutar balik untuk kembali ke rumah tuan Hartanata.
***
Perjalanan udara yang hanya beberapa jam terasa berhari-hari bagi Leyna saat ini. Tujuan akhirnya bukan ke Jogja, ia memesan pewasat tujuan kota terdekat kampung Johan.
Keluar dari bandara, Leyna memesan taksi Online menuju kampung Johan. Titik akhir perjalanan ia pas kan pasar dekat rumah Johan.
Tak lama sebuah mobil menghampiri, dengan ramah drivernya menyapa:
“Kak Leyna” tanya driver memastikan.
“Iya betul” jawab Leyna. Sang sopir keluar dari mobil hendak membantu membuka bagasi belakang.
“Ini titiknya sudah benar kak?” dengan ragu driver bertanya untuk memastikan.
“Iya Pak, Apakah ada masalah?” tanya Leyna.
“Enggak kak, memastikan saja. Karena jarang sekali order sejauh ini. Bahkan ini baru pertama kali saya rasa” terang driver.
“Tapi nggak apa-apa kan Pak?” Leyna memastikan.
“Oh, nggak apa kak, sudah siap ya kita jalan”
Taksi mulai berjalan tergesa-gesa meninggalkan bandara. Maklum mengejar setoran.
Lelah membuat Leyna memanfaatkan perjalanan untuk tidur di Jok tengah, sementara driver berkonsentrasi agar perjalanan yang cukup jauh terasa nyaman dan tetap aman.
"Mimpi indahlah tentang Johan Ley, obati rindumu meski hanya dalam tidur di perjalanan" Leyna tersenyum mendengar suara batinnya sendiri.
Setelah perjalanan panjang Leyna membuka matanya, ternyata sudah sampai di dekat pasar.
“Sudah sampai titik Kak” kata driver.
“Boleh maju lagi pak, jalan kecil itu belok kanan” pinta Leyna
Taksi membelok kenanan dan berhenti didepan rumah Johan.
“Sudah bayar non tunai ya pak! Terima kasih” terang Leyna.
“Baik Kak, terima kasih kembali” Balas driver.
“Keluarnya bisa lurus nanti belok kanan di depan pak” Leyna menjelaskan kepada driver setelah semua barangnya diturunkan.
Leyna melangkah memasuki halaman, tetapi tiba-tiba.
“Pak, pak tunggu” Teriak Leyna setengah histeris. Taksi yang hendak jalan menjadi berhenti kembali.
Di dalam rumah semua orang kaget dan menengok ke luar. Johan lebih terkejut karena ia mendengar suara yang lama sangat dirindukannya.
Kalung di tangan Johan yang siap ia pasangkan ke leher Nike sampai terjatuh.
“Leynaaaa” teriak Johan berlari mengejar ke luar, namun Leyna telah masuk kembali ke dalam taksi.
"Sial mengapa kamu parkir motor tepat di depan pintu Nike" omel Johan perlahan.
“Ke Jogja ofline saja, cepat jalan” Driver bengong memandang penumpangnya.
Leyna segera mengeluarkan 5 lembar uang seratus ribuan.
"Cukup ke Jogja?" tegas Leyna
Driver segera sadar situasi, dan melajukan mobilnya di jalan yang tak terlalu lebar itu dengan buru-buru.
"Leynaaa tungguuu!" teriak Johan.
Di dalam Taksi, Leyna berlinang air mata, ingin menumpahkan segala kekesalannya didalam kamar kos di jogja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments