“Aku sebenarnya tidak suka Nike sejak dulu” meski Nike lebih tua Merry tidak menggunakan atribut mbak karena tidak suka dengan orangnya.
“Sungguh dia itu jahat” Merry memulai ceritanya
“Mas Johan pernah rusak gara-gara dia” Leyna terperanjat.
“Maksudmu?” hanya satu kata yang keluar dari mulut Leyna
“Nike itu adik kelas saat mas Johan SMP” Leyna memperhatikan Merry dengan seksama.
Merry mengajak duduk di kios yang kosong karena penghuninya tidak datang agar bisa berbincang lebih leluasa.
“Mas Johan naksir Nike sejak Nike siswa baru, siapa sih yang tidak tertarik dengan gadis secantik itu” lanjut Merry setengah iri akan kecantikan Nike.
“Tetapi tentu saja tidak hanya mas Johan yang menyukai Nike” Merry mengingat-ingat masa kecilnya.
“Kok kamu tahu kalau mas Jo naksir dia?” tanya Leyna.
“Ya, waktu itu aku masih kecil mbak, masih SD” Merry melanjutkan.
“Aku sebenarnya belum paham betul yang diceritakan mas Johan” kata Merry
“Lantas?” tanya Leyna penasaran.
“Waktu itu mas Johan beberapa kali menulis surat cinta untuk Nike” Kata Merry.
“Apa jawaban Nike?” Leyna makin tertarik mendengar ceritanya.
“Jangankan dibalas, kata teman-teman mas Johan, surat-surat selanjutnya langsung disobek begitu diterima Nike” Merry sedih mengingat kisah kakaknya.
“Terus apa hubungan dengan…. rusaknya Jo?” tanya Leyna.
“Ya, Nike itu gadis matre, dia tidak menerima mas Johan karena memilih laki-laki dari kalangan anak-anak kaya” jelas Merry
“Kok anak-anak, berarti bukan cuma satu dong?” tanya leyna.
“Iya memang, Nike sering berganti pacar sampai lulus SMP, sepertinya ia hanya memanfaatkan kecantikannya untuk mendapatkan kesenangan” kata Merry
“Tetapi akibatnya konon kelas saat menjelang lulus SMP dia dilecehkan oleh salah satu pacarnya, kehormatannya direnggut” Leyna bergidik mendengarnya.
“Tetapi bukannya kapok, Nike malah semakin liar, sampai lulus SMA dia memanfaatkan kecantikannya untuk mengejar harta” lanjut Merry.
“Dia menjadi terkena namun terkenal keburukannyal, sehingga di usianya sekarang, dimana teman-temannya sudah menikah, tak ada satu pemudapun yang sudi mempersunting dia. Kalaupun ada yang mau dekat hanya ingin menikmati kemolekan tubuhnya”
“Aku belum melihat hubungannya dengan Jo” desak Leyna kepada Merry.
“Karena tergila-gila pada cinta pertama, selama SMA mas Johan tetap mengejar Nike meski sudah tahu perilakunya, bahkan seperti pesuruhnya diminta mengantar kesana-kemari"
"Tetapi karena tak diberi harapan cinta, mas Johan menjadi frustasi dan menyadari hanya dimanfaatkan tenaganya, hingga memutuskan untuk kuliah jauh dari kampung halaman”
“Mas Johan sangat jarang pulang, dan kudengar dia sesekali bermabuk-mabukan dengan teman-temannya. Dari cinta berbalik menjadi benci setengah mati” sesal Merry.
“Heemm. Pantas aku merasa curiga kamar teman-teman kos Jo banyak botol-botol minuman, Tapi selama ini tak pernah kudengar ia mabuk-mabukan” gerutu Leyna.
"Itu karena mas Johan mengenal mbak Leyna" kata Merry.
"Maksudmu Johan berhenti karena aku?" Merry menganggukkan kepala.
“Soal Nike, semenjak ibunya sakit, ia mulai bekerja di salon kecantikan untuk membantu membiayai ibunya” Merry melanjutkan kembali ceritanya.
"Nike berhenti bertualang dan mencari pekerjaan" Lanjut Merry
“Ibunya mendesak agar Nike segera menikah seperti teman-temanya dengan harapan ada tempat bergantung masa depan dan dia sembuh dari kegilaanya"
"Bingung tak ada pemuda yang mau menikah dengannya, Nike mulai melirik mas Jo jika mas Jo sedang pulang kemari” kata Merry.
“Nike bersikukuh bahwa keluarganya masih ada hubungan famili dengan bapak, bahkan di wisudanya, Nike menyusul ke kampus dan bersikeras menginap, padahal kami sekeluarga pulang. Karena memaksa, Nike dititipkan ke kos cewek sebelah kos mas Johan”
“Ibu tahu?” tanya Leyna
“Tahu apanya?” Merry balik bertanya
“Kalau Nike masih famili” tegas Leyna.
“Awalnya ibu tidak tahu, tetapi akhirnya bapak membuka tabir gelap yang selama ini dipendam, bapak yang mendesak Mas Johan menerima Nike, tetapi justru membuat mas Johan tidak mau pulang ke kampung halaman tiga tahun belakangan, sampai ibu sakit ini karena memikirkan mas Johan”
“Yah, sejak kecil mas Johan tidak pernah cocok dengan pendapat bapak”
“Kalau soal kakakmu menyukai Nike, apakah ibu juga tahu?” tanya Leyna.
“Nggak, Ibu nggak pernah tahu, Mas Johan tertutup soal begitu dengan ibu. Dia hanya bercerita kepadaku setiap
malam, sampai aku bosan. dan bapak memaksa mas Johan tanpa sepengatahuan ibu. Ibu tahunya cuma ketemu saudara lama saja” Merry menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Entah mengapa sesak di dada Leyna justru menghilang. Hatinya justru berangsur tenang mendengar cerita Merry.
“Apakah ini yang kamu katakana aku belum mengenal penuh keluargamu Jo?” tanya Leyna dalam hati.
“Kita pulang saja Mer” ajak Leyna setelah mereka terdiam cukup lama.
Merry hanya mengangguk mereka beranjak dari tempatnya berbincang.
Setiap mengingat cerita masa kecilnya dia sangat sedih, karena ia merasa kehilangan kakak yang sangat dicintai.
Ia bagai hidup sebatang kara meski ayahnya sangat memanjakannya.
Merry sering merasa iri dengan teman-teman yang bisa tumbuh dan bermain bersama saudaranya.
Dibantu kakak jika menemui kesulitan dalam sebuah permasalahan. Sungguh Johan terasa agak asing baginya saat ini karena masa pertumbuhannya tidak bersama.
“Lho mana jajannanya” tanya Johan melihat kedua gadisnya kembali dengan tangan kosong.
“Gak jualan pedagangnya” jawab Merry sekenanya.
“Tadi aku lihat buka tuh” desak Johan
“Sudah pulang kali, habis lebih awal” Merry tetap seenaknya, padahal dia tidak kemana-mana, hanya ngobrol di kios kosong.
Johan memandang ke arah Leyna. Leyna melemparkan senyum manisnya. Johan jadi terbungkam.
“Mana Nike” tanya Merry.
“Hush, kamu ini lho, panggil mbak begitu” sergah ibu Johan, Wanita yang selalu mengedepankan tata-krama dan kesopanan, meski hatinya sebenarnya memendam rasa sakit dalam berkeluarga.
“eh iyaa, maaf bu” Merry tak mau berbantah dengan ibunya yang baru saja merasa Bahagia dengan kepulangan mas Johan. Ia tidak ingin ibunya banyak beban pikiran.
“Ayo kita sarapan, semua sudah siap” Ibu Johan sudah biasa menyiapkan makan keluarga sendiri. Di rumah itu tak pernah memiliki asisten rumah tangga.
“Tolong Mer, bawa makanan-makanan ini ke meja makan” pinta ibu Johan.
“Biar saya bantu bu” Leyna mendekat dan hendak mengambil wadah makanan.
“Sudah, tidak etis kalau tamu harus melayani diri sendiri di rumah yang dikunjunginya” kata ibu Johan
Merry mengedipkan mata ke arah Leyna, memberi kode agar tidak membantah.
Johan mendekat ke Leyna dan hendak menggandeng tangannya, namun Leyna menepis halus. Johan menyangka Leyna malu dihadapan keluarganya jika diperlakukan terlalu mesra.
“Ayo makan yang banyak ya nak Leyna, ibu hanya bisa menyajikan maasakan sederhana” perintah ibu Johan
“Iya bu ini sudah cukup” leyna menjawab sambil mengambil nasi dari tempatnya dipindahkan ke piring di hadapannya.
“Maaf lho ya, masakan desa. Pasti tidak seenak kalau di kota” ibu Johan biasa berbasa-basi.
“Sama saja bu, toh di kota saya juga makan nasi, sayur dan lauk. Ini malah lengkap sekali. Makan besar ini bu” kilah Leyna.
“Yaa kalau di kota mungkin cara memasaknya berbeda” Panjang sekali bas abasi ibu Johan.
“Sama saja bu” Leyna sampai kebingungan hanya mengulang-ulang kalimatnya.
“Sudah silahkan makan, ibu beres-beres dapur dulu” kata ibu Johan
“Bapak tidak makan sekalian bu?” tanya Leyna ramah.
“Bapaknya Johan sudah berangkat kerja, sudah sarapan kesukaanya nasi goreng yang ibu buatkan tadi” Ibu Johan melangkah ke dapur kembali
Bertiga Johan, Leyna dan Merry makan bersama di meja makan. Ayah dan ibu Johan memang terbiasa tidak makan bersama anak-anaknya terutama jika ada teman mereka. Mereka memberi kebebasan agar anak-anak merasa nyaman menikmati hidangan.
“Aku ingin pulang Jo” ujar Leyna disela-sela makan.
“Uhfp” Merry terbatuk sampai nasi menyemprot dari mulutnya.
Johan menghentikan makan dan mendongak menatap Leyna
"Nggak jadi tiga hari, kamu kan sudah janji" sergah Johan
“Aku lupa ada bimbingan skripsi besok” kilah Leyna terlihat ia tak telalu bernafsu.
Makan sambil menunduk menatap piring nasinya.
Johan menatap adiknya, yang hanya membalas dengan mengangkat kedua pundaknya tanda tak mau ikut campur.
"Aku bisa pulang sendiri Jo, Tidak perlu kamu antar" Lanjut Leyna.
Johan kehilangan nafsu makannya. Air mukanya terlihat sangat kecewa.
"Bukan hanya kamu yang bisa kecewa Jo" rutuk Leyna dalam hati.
"Teman. Aku hanya teman setelah kau peluk semalaman?" Leyna hampir menangis, namun dipaksanya melemparkan senyum kala ibu Johan melewatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments