“Tidak usah ke kos dulu Jo” Leyna ingat, mencegat Johan di gerbang saat terlihat hendak masuk ke kosnya kemarin sore.
“Kenapa Ley? Ada yang salah?” Leyna berusaha mencari Jawaban yang pas agar Johan tidak marah kepadanya. Kecewa setelah pulang dari kampung Johan sendirian membuat Leyna ingin sedikit menjauh dari Johan.
“Leyna. Jadi mau ketemu dengan saya” suara dosen pembimbing skripsi membuyarkan lamunan.
“Eh Iya pak” Jawab Leyna tergagap.
Sang dosen melongok dari pintu ruangannya melihat mahasiswanya hanya diam menunggu kursi di depan ruangan.
Leyna sejak tadi menunggu seorang mahasiswa yang jadwal bimbingannya lebih awal darinya selesai bimbingan.
Lamunannya membuat ia tak menyadari bimbingan sudah berakhir dan yang ditunggunya sudah keluar sejak tadi.
“Silahkan duduk” perintah dosen pembimbing.
“Leyna, bab terakhir sudah selesai kamu koreksi seperti yang saya sarankan?” tanya dosen pembimbing.
Hari ini tak banyak mahasiswa yang bimbingan skripsi sehingga pagi-pagi Leyna sudah bisa konsultasi.
“Sudah Pak” Leyna menjawab sambil menyerahkan berkas skripsi.
“Jangan pergi dulu, saya tidak ada kelas pagi ini. Kalau bisa skripsi kamu segera kita selesaikan” tahan dosen pembimbing.
“Baik Pak” Leyna memperhatikan dosen pembimbing meneliti bab terakhir yang harus ia benahi sesuai saran dosen tersebut.
“Ya ya, ini yang saya minta diubah kemarin ya?” tanya dosen pembimbing.
“Betul Pak” Leyna mengambil berkas lain di tasnya.
“Maaf pak, ini saya lupa melampirkan berkas yang kemarin” Leyna menyerahkan berkas itu.
“Ya..ya.. sudah bagus” kata dosen itu.
“Kira-kira kamu sudah puas dengan hasil suntingan ini” dosen pembimbing meyakinkan hasil akhir pekerjaan Leyna.
“Ehm. Kalau menurut Bapak belum memuaskan saya usahakan untuk sunting lagi Pak” Jawab Leyna.
Bab yang berisi permasalahan ini sudah beberapa kali disunting dengan bimbingan dosen, tetapi permasalahan cukup rumit bagi Leyna yang masih berstatus mahasiswa.
“Bukan begitu, kalau kamu cukup puas, bapak rasa ini sudah cukup” kata dosen pembimbing.
“Saya akan berangkat ke Australia bulan depan” lanjutnya
“Sebaiknya minggu ini bab penutup sudah selesai, agar segera saya ACC” tegas sang dosen.
“Akan saya kerjakan secepatnya pak” jawab Leyna menerima tantangan.
“Sebelum saya berangkat kamu sudah harus meminta jadwal sidang ke bagian tata usaha" ujar sang dosen.
“Saya cek kemarin kamu tidak ada masalah dengan bagian keuangan, jika ada bahan pustaka yang masih kamu pinjam, segera kembalikan setelah saya ACC skripsi kamu agar bisa segera sidang" kejar sang dosen.
“Baik pak” Leyna memperhatikan seksama.
“Ini berlaku untuk semua mahasiswa bimbingan saya, saya tidak mau nasibnya menggantung akibat saya harus meningkatkan kompetensi” kata dosen pembimbing meyakinkan.
“Iya pak” Leyna kagum akan tanggung jawab dosen pembimbingnya, tak salah ia memilih beliau.
“Kampus sudah mendapatkan pengganti saya, kamu bisa sewaktu-waktu bimbingan kemari karena saya hanya konsentrasi pada bimbingan skripsi. Semakin cepat selesai, semakin ringan beban saya untuk belajar di Australia” pesan dosen pembimbing.
“Saya kerjakan Pak” Leyna meyakinkan
“Baik, hari ini cukup dulu. Saya tunggu secepatnya untuk bab penutup” dosen pembimbing menutup sesi konsultasi.
“Terima kasih Pak, permisi” Leyna meninggalkan ruang dosen segera kembali ke kos untuk menyelesaikan bab penutup yang baginya mungkin hanya akan membutuhkan waktu semalam.
***
Pendingin udara ruang sidang skripsi sudah dipasang pada kondisi paling dingin. Tetapi Leyna masih merasa kepanasan. Tiga dosen penguji masih berdiskusi.
Jam terasa berjalan lambat bagi Leyna.
Ingatannya kembali kepada enam bulan lebih jerih payahnya mengejar skripsi dari mencari perusahaan untuk magang, mengumpulkan dan mengolah data, hingga menjadi tulisan yang disajikan hari ini cukup menyita tenaga.
Sejak pulang sendiri dari kampung Johan, Leyna jadi rindu dengan keluarganya di lampung. Namun ia pantang pulang jika belum membawa hasil gemilang. Ia bekerja keras. Keinginannya bertemu keluarga di Lampung membuat ia bekerja lupa waktu bahkan dengan sengaja mengabaikan Johan.
Hampir dua bulan ini bahkan ia tak mendengar kabar Johan sama sekali. Namun ia tak peduli. Beruntung ia mendapatkan dosen yang dapat secara intensif membimbingnya hingga ia dapat bekerja keras dan melupakan satu sisi hidupnya. Rasa egonya mematikan keinginan untuk mampir ke kos Johan mencari penjelasan.
“Saudara Leyna silahkan kembali ke tempat sidang” panggil salah satu dosen penguji yang terkenal killer. Beliau yang selalu memimpin sidang mahasiswa.
“Saudara Leyna mengingat, menimbang bla..bla..bla.. “ Leyna tak lagi konsentrasi ke sidang.
Tiba tiba ia begitu rindu kepada Johan. Mengapa dua bulan tak ada ada kabar. Apakah menghilangnya Johan karena sekedar mendengarkan permintaanya atau sebab marah kepadanya.
“Selamat ya saudara Leyna” Leyna tergagap. Dosen ketua penguji mengulurkan tangan, disusul bergantian dosen yang lain.
Kebahagiaan, kelegaan memancar dari raut muka Leyna. Para dosen pengujipun tersenyum bangga.
Sepeninggal para penguji Leyna merapikan berkas-berkasnya dan keluar dari ruangan.
Teman-teman mahasiswa memberinya selamat dan diterimanya dengan hambar. Entah mengapa ia ingin Johan yang mengucapkan dan memberi pelukan.
Ia berjanji, berjalan dari kampus, kali ini ia akan menyempatkan ke kos Johan.
***
“Lama sekali tidak mampir kesini Leyna” sapa teman kos Johan yang sedang bersantai di ruang depan sambil menikmati acara TV.
"Dasar pengangguran intelek" rutuk Leyna dalam hati.
Leyna masih mengenakan baju putih hitam, dengan berkas skripsi memenuhi tangan.
“Iya mas, ini nih yang menghabiskan hidupku” seloroh Leyna menunjukkan berkas skripsinya.
“Oh iya kamu sidang ya hari ini, bagaimana? Sukses kan?” tanya anak-anak kos Johan
“Berkat doa kalian semua mas, makasih” jawab Leyna.
“Lho kamu tumben mampir ke sini ada apa?” tanya anak-anak kos.
“he he he.. ya pasti kangenlah, kamu ini pertanyaan gak mutu” seru yang lain. Leyna hanya tersipu-sipu.
“He kanebo kering, mana mungkin Leyna mau kangenin kamu kurus kering kayak kurang gizi” anak kos yang badannya tambun berkulit hitam meledek anak yang kurus.
“Lha trus mau kangenin siapa? pendekar tambun?” tanya si kurus. Leyna hanya mengumbar senyum. anak-anak yang lain tekekeh-kekeh.
“Eh. Iya Leyna, kamu mau mencari siapa?” Deg! Perasaan Leyna menjadi tidak enak.
“Johannya ada?” baru menyadari sedari tadi Leyna belum bertanya.
“Lho kamu ini lupa atau bagaimana? Sudah dua bulan kak Johan proyek di Kalimantan. Hayooo sudah gak ketahan ya kangennya?” si kanebo kering balik bertanya sembari menggoda.
“Oh. Kapan?” lirih Leyna seakan bertanya kepada diri sendiri. Melihat air muka Leyna, anak-anak kos menjadi kasihan.
“Masa kamu tidak tahu Leyna?” tanya si tambun. Leyna menggeleng dengan lemas.
“Sudah hampir dua bulan kamu tidak tahu?” tambun meyakinkan. Leyna kembali menggeleng.
“Aku terlalu sibuk menyelesaikan ini” kilahnya sembari menunjukkan tumpukan kertas skripsi.
“Kapan baliknya?” marah, benci, kangen, bercampur aduk menjadikan suara pertanyaan Leyna cukup bergetar.
Kanebo kering julukan si kurus menjadi tidak tega sehingga berbicara lebih serius.
“Pamitnya ke kami tiga bulan, berangkatnya juga terasa mendadak buat kami dua bulan lalu, tapi aku kira kamu sudah tahu Leyna, makanya kamu tidak pernah terlihat mampir kemari” jelas si kurus.
Tanpa pamit Leyna beranjak dari kos Johan diiringi pandangan kebingungan dari para penghuninya.
Terus setengah berlari sambil menahan tangis, Leyna ingin menumpahkan kekecewaanya di kamar kos. Namun sesampai depan kos dia lihat Lusi hendak pergi dengan pacarnya.
“Eh, selamat ya Leyna. Maaf aku tadi tidak bisa datang, habis banyak yang harus aku kemas sih” Lusi yang sudah naik ke boncengan turun kembali, mencium pipi kanan kiri sahabatnya sebagai ucapan selamat.
“Makasih ya Lus” senyum mengembang di bibir Leyna. Inilah kelebihan Leyna, gadis ini memang pandai menyembunyikan masalah dari orang di sekitarnya.
“Jadi mau pulang besok” tanya Leyna
“Iya Aku sudah habis kok ujiannya, malas bengong di kos” jawab Lusi
"Ntar pacarmu digondol vampir gimana" ledek Leyna
"Yeee.. gak mungkilah, dia mau ngikut" Mata Leyna melotot
"Napa gak boleh?" Tanya Lusi. Leyna buru-buru geleng-geleng sambil tersenyum.
“Ini mau ke mana” tanya Leyna.
“Ke agen bus beli tiket” jawab Lusi.
“Aku titip, sebentar aku ambil uangnya di kamar” kata Leyna
“Hah” Lusi tak percaya. Pacar Lusi mematikan mesin motor karena melihat Lusi dan Leyna sepertinya akan lama.
“Aku titip tiket pulang ke lampung untuk besok”
"Beeesok?" mulut Lusi menganga seperti patung singa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments