I Love You Tuan Muda
Halo, semua!
Ini cerita kedua Ay yang fiks bakalan Ay tulis setelah “Kisah Kita” selesai. Jadi, prioritas Ay tetep “Kisah Kita”, ya.
So, cerita ini bakalan bener-bener slow update.
Kalau mau baca sekarang, ya, silakan. Mau baca setelah banyak chapter, ya, silakan. Atau mau nunggu tamat dulu juga silakan. Itu keputusan kalian, Sayang.
...Happy reading:)...
.......
.......
.......
Brengsek!! Dasar bodoh!
Lelaki itu terus mengumpat dalam hati sambil meneguk ‘minuman’. Dentuman keras musik yang ada di club sama sekali tidak mengganggu aktivitas lelaki yang satu ini. Bahkan, wajah tampannya tampak sayu karena sudah terlalu mabuk.
Empat botol kosong berjejer di meja lelaki itu. Masa bodoh jika sampai mati sekalipun. Ia rela, kok.
“Kenapa, Chels? Kenapa...?” gumam lelaki itu lirih.
“Kenapa kamu khianatin aku?”
“Kenapa kamu lebih milih dia daripada aku?”
“Aku sangat mencintaimu.. kamu tau itu, kan?”
Lelaki itu meneguk lagi ‘minuman’ langsung dari botol. Beberapa bartender yang berjaga nampak memperhatikan lelaki ini.
“Lihat! Dia sudah minum empat botol!” seru bartender 1.
Bartender 2 nampak meneliti penampilan lelaki tadi. Kaus oblong putih berbalut jaket dan celana panjang santai. “Dia orang kaya bukan, sih?” gumamnya.
Bartender 1 menoleh. “Kenapa emang?”
“Nanti kalo dia nggak bisa bayar, gimana?”
Bartender 1 berpikir keras. Lantas mengangguk setuju menyadari perkataan bartender 2 ada benarnya. “Iya juga, ya.”
Kedua bartender tadi sibuk membicarakan lelaki itu. Setelah perundingan yang alot, mereka sepakat mendatangi lelaki itu.
“Maaf, permisi,” ucap bartender 1 sopan. Lelaki itu mendongak. Parasnya yang kusut dan sayu membuat bartender 1 agak kasihan. Kayaknya, dia lagi patah hati, deh.
“Kenapa, sih?” tanya lelaki itu ketus.
“Tuan sudah ‘minum’ banyak, lho. Sudah, ya,” pinta bartender 1.
“Tuan-nya bisa bayar, kan?” ledek bartender 2 dengan pandangan sinis.
Lelaki itu mengerutkan dahi. “Heh! Asal kamu tahu, ya. Hik.. aku bisa beli satu club ini dan, hik.. pecat kamu dari sini!” ancam lelaki itu diselingi cegukan.
Bartender 2 tertawa. Sama sekali tidak percaya dengan penuturan lelaki mabuk ini. “Ya udah, cepat bayar!” Ia menodongkan tangan dengan telapak tangan terbuka.
Lelaki itu merogoh saku celana. Kosong. Hei, di mana dompetku?!
“Tuh, kan! Dia nggak bisa bayar!” gerutu bartender 2 kesal. Ia berbalik, lalu berjalan cepat membelah kerumunan.
“Ada apa, Tuan?” tanya bartender 1 bersimpati.
“Dompet saya nggak ada!” seru lelaki itu sebal.
Bartender 1 terdiam. Di satu sisi, ia kasihan pada lelaki ini. Di sisi lain, ini adalah pekerjaannya. Jika lelaki ini tidak membayar, dari mana ia akan mendapat penghasilan?
“Security, cepat usir dia!!” seru bartender 2 yang datang bersama dua security.
Security tadi mengangguk paham. Keduanya mengapit lelaki tadi dan membawanya paksa keluar club. Semua orang yang melihat tentu memberi jalan. Ada berbagai tatapan yang dilayangkan pada lelaki mabuk tadi.
Kasihan, jijik, dan remeh.
Yah, begitulah sistem kerja impuls manusia. Selalu menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan apa yang dia lihat.
Lelaki tadi memberontak keras. “Lepas! Hei, lepaskan aku!” teriaknya. “Aku akan buat kalian bangkrut, ya! Lepas!”
Bartender 1 dan 2 mengekori security tadi. Setelah tiba di luar, security tersebut menghempas tubuh lelaki tadi ke tanah.
Lelaki tersebut menggeram marah. “Berani sekali kalian memperlakukan seorang Rayhan seperti ini, hah!!!”
Bartender 2 terbahak. Diikuti oleh kedua security tadi. “Heh, Tuan Rayhan yang terhormat, kalau nggak bisa bayar, nggak usah ke sini lagi, oke,” kata bartender 2 sinis. “Miskin aja belagu banget.”
“Kamu—” geram Rayhan marah.
“Ada apa ini?”
Mereka menoleh bersamaan. Manik bartender 2 juga security yang berada di sana nampak berbinar.
Suara tadi adalah milik gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang. Parasnya elok sekali. Apalagi pakaiannya yang elegan. Beuhh... cantiknya bukan main, Bro.
“Selamat datang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?” tanya bartender 2 ramah.
Rayhan yang melihat tersebut berdecih sinis. Dasar mata keranjang! Penjilat!
Gadis tadi masih sibuk mengamati Rayhan yang tersungkur di tanah. Sepertinya, lelaki itu tidak kuat berdiri karena mabuk. “Tuan?” panggilnya.
Rayhan menoleh. Melihat paras cantik gadis tersebut, ia ikut terpukau. “Cantik sekali,” katanya tanpa sadar.
Gadis itu tersenyum manis. “Terima kasih.” Ia beralih menatap bartender tadi. “Ada apa sebenarnya? Kenapa kalian mendorong Tuan ini?”
“Begini, Nona, lelaki ini sudah banyak ‘minum’, tapi tidak membayar. Maka dari itu, kami mengusirnya,” jelas bartender 2.
Gadis itu mengangguk paham. Dia mengeluarkan dompet dari tas selempangnya. “Biar saya yang bayar. Berapa totalnya?”
“Eh?” Bartender dan security tadi terkejut.
Rayhan mencoba bangkit, ingin menahan gadis yang ingin membayarkan ‘minuman’nya. Namun, tubuhnya malah sempoyongan dan tidak bisa seimbang. Refleks, gadis tadi menopang tubuh Rayhan. “Biar saya bantu, Tuan.”
Rayhan menatap lekat wajah cantik gadis itu dari dekat. “Nama kamu siapa?”
Gadis itu tersenyum pada Rayhan yang menatapnya sayu. “Aqilla.”
“Nama saya Aqilla, Tuan.”
...👑👑👑...
Sebenarnya tujuan Aqilla datang ke club bukan untuk bersenang-senang. Dia punya tugas lain di sini. Namun, meninggalkan Rayhan yang mabuk tanpa didampingi siapa pun juga membuat dirinya tak tega.
Rasa kemanusiaan Aqilla begitu besar.
Dia memang dilatih seperti itu sejak kecil, jadi jangan heran.
“Manusia itu makhluk sosial. Kita tidak bisa hidup sendirian. Jadi, sebisa mungkin, bantulah orang-orang di luar sana, La. Mungkin dengan begitu, orang tersebut juga akan membantu kita di masa depan.”
Itu adalah kalimat yang selalu Aqilla ingat sepanjang masa.
Usai membayar biaya ‘minuman’ Rayhan, Aqilla membawa lelaki itu ke bagian VIP di club tersebut agar Rayhan bisa beristirahat. Aqilla meminum jus jeruknya seraya memperhatikan Rayhan.
Sekarang Rayhan tengah mengoceh tentang seorang gadis bernama Chelsea. Dari apa yang Aqilla dengar, ia bisa menyimpulkan bahwa Rayhan sedang patah hati. Chelsea adalah pujaan hatinya. Dan, gadis itu mengkhianati Rayhan dengan bersanding bersama lelaki lain.
Lelaki mana yang tidak sakit hati coba?
“Tuan baik-baik saja, kan?” tanya Aqilla sopan.
Rayhan menatap Aqilla sendu. “Apa aku tidak tampan?” tanyanya meracau.
Aqilla memperhatikan paras Rayhan dengan saksama. “Tampan, kok.”
“Apa aku kurang kaya?”
“Ah, saya tidak tahu. Saya tidak mengenal Anda, Tuan.”
Rayhan merengut. “Jahat sekali kamu tidak mengenalku.”
Aqilla terkekeh. “Baik, maafkan saya.”
“Baik, baik. Aku akan memperkenalkan diri.” Rayhan berlagak memperbaiki pakaiannya yang kusut. “Aku Rayhan Albar Refalino, putra sulung keluarga Refalino, Presdir RH Group.”
Aqilla membelalakkan mata. A–apa?
Rayhan tersenyum lebar. “Apa sekarang kamu mengenalku?”
Aqilla ikut tersenyum. “Iya, Tuan. Saya mengenal Anda.”
“Jadi, apa aku kurang kaya?”
“Tentu saja tidak, Tuan.”
Rayhan berdecak. “Sudah kuduga!”
Aqilla tertawa pelan mendengar gerutuan Rayhan. “Gadis itu yang bodoh karena meninggalkan Tuan yang sangat mencintainya. Jadi, Tuan lupakan saja gadis bodoh itu. Tuan bisa mencari gadis yang lebih pintar, kan?” ucap Aqilla memberi saran.
Rayhan mengangguk antusias dengan mata sayunya. “Kamu benar, Aqilla! Aku akan cari gadis yang pintar.”
Aqilla mengacak rambut Rayhan gemas. Lelaki ini juga tidak menolak—malah nyaman-nyaman saja.
Menyadari sesuatu, Rayhan menoleh pada Aqilla dengan raut serius yang terlihat lucu.
“Bagaimana kalau kamu saja yang menjadi kekasihku? Kamu gadis yang pintar menurutku!”
^^^To be continue...^^^
...👑👑👑...
Welcome di “Aqilla’s Story” semuanya!
Ini cerita tentang perjalanan hidup Aqilla yang penuh dengan konflik. Semoga kalian suka, ya.
See you di chapter selanjutnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Lamtota Siburian
keren banget ya.niatnya apa eh malah ditembak langsung sama lelaki kaya yang patah hati....so sweet banget deh 😀😀😀
2022-11-29
1
Nii
usjd
2022-10-03
2
Nii
kan
2022-10-02
1