Chapter 15 | Bukan Anak Haram!

Troli belanjaan Aqilla mendadak berubah menjadi jelmaan gunung yang berasal dari aneka produk. Wanita itu terus melihat kanan-kiri, mencari camilan kesukaan anak-anaknya tanpa peduli kalau trolinya sudah penuh.

Tenang saja, Aqilla, kan, punya otot baja, haha.

“Sayuran udah, buah juga udah, keperluan dapur udah, perlengkapan mandi udah, camilan udah, apa lagi, ya?” gumam Aqilla bingung. Dia merutuki diri sendiri yang tidak mencatat barang-barang yang sudah habis di rumah.

Beginilah hasilnya. Aqilla kelimpungan mencari sesuatu.

Pada akhirnya, Aqilla hanya bisa mengedikkan bahu tak acuh. Masa bodohlah kalau ada yang kurang. Nanti dia bisa ke sini lagi.

Tanpa merasa keberatan sama sekali, Aqilla mendorong trolinya ke tempat pembayaran. Ini bukan pertama kalinya Aqilla datang kemari, jadi ada beberapa kasir yang mengenal atensinya.

“Wow, you have a lot of shopping, Miss. Same as usual..” takjub sang kasir yang cukup mengenal Aqilla.

Aqilla sendiri, sih, cuma bisa senyum manis meminta pemakluman. Kasir itu juga tahu kalau dirinya adalah single parents yang memiliki dua anak hiperaktif karena Jovan dan Jovin pernah datang kemari bersamanya. Shhtt.. jangan bilang sama Jovan Jovin, ya. Nanti mereka ngambek.

“What is my total spending?” tanya Aqilla.

Kasir itu pun menyebutkan nominal harga belanjaan Aqilla dalam dollar Kanada. Setelah pembayaran usai, Aqilla membawa tiga kantung plastik besar keluar supermarket menuju mobilnya.

Pas banget, mereka udah mau pulang. Kalo gitu, langsung ke sekolah si kembar aja, deh.

Mobil Aqilla melaju membelah jalanan. Kali ini tujuannya adalah sekolah Jovan dan Jovin yang menurut jadwal sudah akan pulang.

“Ah, sial! Kenapa pake macet segala, sih?” gerutu Aqilla melihat antrean mobil yang panjang di depannya.

Telat, nih, ckckck.

...👑👑👑...

Aqilla tiba di sekolah sedikit lambat. Jam makan siang seperti ini memang kadang suka membuat jalanan macet karena para pekerja kantoran harus makan, mengisi perut sebelum kembali bekerja.

“Mana, ya, tuh anak?” Aqilla celingukan ke sana kemari, mencari anaknya di antara ribuan anak yang berlarian keluar. “Nah, itu di—”

Aqilla mematung. Tubuhnya menegang mendengar kedua anaknya sedang berselisih paham dengan orang lain.

“Nggak! Kami bukan anak haram!” seru Jovin dengan mata berkaca-kaca. Jovan berdiri di samping Jovin, mengusap punggung adiknya dengan sorot tajam mengarah pada ibu-ibu di depannya.

Ibu-ibu itu tersenyum miring. “Oh, ya? Mana daddy kalian, heh? Nggak ada, kan? Makanya, anak haram kayak kalian jangan sok!”

Kedua tangan Aqilla mengepal. Kedua orang itu berbicara dengan bahasa Indonesia, jadi orang-orang di sekitar tidak tahu menahu mengenai topik yang dibincangkan. Anakku bukan anak haram!

“Kami punya daddy, Tante, dan daddy kami bukan barang yang harus diekspos ke semua orang,” ucap Jovan dingin.

Ibu itu berdecih sinis. Ia merangkul anak perempuannya yang berdiri di sampingnya. “Selsy, ingat, jangan dekat-dekat sama anak haram ini, ya? Mereka itu dari keluarga nggak bener!” peringatnya kepada sang putri.

Selsy mengangguk, lanjut menatap Jovan dan Jovin dengan sorot mengejek.

“Mommy kalian pasti orang yang nggak bener juga, kan? Makanya, dia punya anak haram kayak kalian,” ledek Ibu Selsy itu.

Jovin yang ingin menangis langsung berubah marah. Jika mommy-nya yang jadi objek ejekan, dia tidak akan terima. Aqilla adalah sosok mommy terbaik untuk keduanya. Karena tidak ada sang daddy yang melindungi, mommy merekalah yang bekerja keras banting tulang demi mereka.

“Tante..” ucap Jovin dingin dengan raut datar. Mendadak aura mencekam keluar dari tubuhnya. “Berani-beraninya Tante menyebut mommy kami seperti itu.”

Jovan tak mau kalah. Emosinya sudah naik ke puncak tertinggi dan sulit untuk diredam lagi. “Sepertinya Tante butuh sedikit pelajaran di sini,” tambahnya sinis.

Keduanya hendak maju, menerjang Ibu Selsy yang menatap keduanya remeh. Memangnya apa yang bisa dilakukan anak kecil? Seenggaknya itu yang Ibu Selsy pikirkan.

Namun, pergerakan Jovan dan Jovin terhenti ketika sebuah tangan menahan bahu mereka. Ketika keduanya mendongak, mereka melihat Aqilla yang tersenyum pada mereka.

“Mommy...” lirih Jovan dan Jovin. Seketika emosi keduanya luruh, tidak bersisa.

“Nyonya, apa Anda pernah sekolah sebelumnya? Kenapa mulut Anda tidak bermoral sekali, sih?” sarkas Aqilla masih dengan senyumnya. Tapi, itu bukan senyum manis ataupun senyum mengejek yang khas. Melainkan senyum misterius yang hanya Aqilla tahu artinya.

Ibu Selsy melotot kesal. “Anda—”

“Ckckck.. kenapa kalian harus ladenin orang gila ini, sih, Boy, Girl?” sela Aqilla tanpa memandang Ibu Selsy. “Kalian tau, kan, orang asing itu nggak baik.”

Jovan dan Jovin kompak mengangguk. “Iya, Mom, maaf.”

“Cih, Anda ini—”

“Sebentar, Nyonya,” potong Aqilla cepat. “Masuk ke dalam mobil, Twins.”

Jovan tidak terima. “Tapi, Mom—”

“Ma.suk. ke.da.lam. mo.bil!” ulang Aqilla penuh penekanan. Mau tak mau, Jovan dan Jovin berbalik menuju mobil walaupun tidak rela membiarkan sang mommy menghadapi ibu-ibu jahat itu sendiri.

Menyadari situasi mulai memanas, Ibu Selsy juga meminta putrinya masuk ke dalam kendaraan. Selsy langsung menurut tanpa membantah seperti si kembar.

“Nyonya, saya sarankan, jaga mulut tidak beradab Anda jika di hadapan anak saya. Saya tidak segan-segan merobek mulut tak berfaedah milik Anda jika Anda terus mengoceh tidak jelas seperti tadi,” ancam Aqilla tak main-main.

Ibu Selsy tersenyum miring. “Ho, memangnya apa yang bisa dilakukan oleh wanita tak bersuami seperti Anda? Apa Anda tidak tau siapa suami saya, hah?”

Aqilla berdecih. “Tidak, memangnya siapa?”

“Suami saya adalah COO di perusahaan ternama di Kanada, Kenneth Group!” sombongnya.

Aqilla terbahak mendengarnya. “Apa Anda percaya saya bisa membuat suami Anda turun jabatan dari perusahaan itu?”

“Tentu saja tidak!” seru Ibu Selsy tidak percaya.

“Baiklah..” Aqilla menelepon seseorang dengan menyebut, “Hello, Mr. Kenneth.”

Ibu Selsy melotot tak percaya. Namun, mendengar percakapan Aqilla yang terlihat sangat serius dengan sosok di seberang membuatnya was-was. Walaupun, percakapan mereka hanya basa-basi, itu sudah menunjukkan bahwa wanita di depannya ini bukan orang biasa hingga bisa mengenal Tuan Kenneth. Bahkan, keduanya berbicara dengan akrab.

Aqilla mengakhiri panggilan. Ia tersenyum sinis, lanjut melangkah lebih dekat hingga bibirnya berjarak beberapa sentimeter dengan telinga Ibu Selsy. “Anda tau siapa saya?” bisiknya dengan aura mencekam.

Glek!

Ibu Selsy meneguk saliva susah payah. Kenapa situasinya jadi berbalik gini, sih?

“Anda pernah dengar soal... Nona Qaill, Nyonya?” bisik Aqilla lagi.

Seketika Ibu Selsy melangkah mundur dengan tatapan tak percaya. “Ka–kamu Nona Qaill?” ucapnya terbata-bata.

Aqilla tersenyum miring. Ia mengeluarkan lencana dari tas selempang miliknya dan menunjukkan benda itu tepat di depan wajah Ibu Selsy. Sebuah lencana khusus yang memiliki banyak arti, banyak manfaat, dan banyak keuntungan.

Seandainya Aqilla berada di bandara tanpa tiket sekalipun, tidak akan ada yang menghalangi jalannya selama lencana itu ia tampakkan. Dan, lencana itu tidak hanya berlaku di Kanada, tetapi seluruh dunia.

Lencana penghargaan untuk para anggota IAF tingkat High-Pro dengan tulisan Qaill di belakang. Jumlahnya hanya ada lima di dunia.

Ibu Selsy merosot seketika. Dia sadar sudah mencari masalah dengan orang yang salah.

Memangnya siapa yang tidak mengenal sosok Qaill? Seluruh Kanada juga tahu siapa dia. Bahkan, pemimpin negara ini begitu menghormati Qaill karena sudah menyelesaikan banyak kasus dan menyelamatkan pemerintahan.

“S–saya minta maaf, Nona. Saya tidak tau kalau Anda—”

“Seandainya saya bukan Nona Qaill, apakah Anda punya hak untuk mencampuri urusan keluarga lain, Nyonya? Ini peringatan untuk Anda, sekali lagi saya melihat Anda melakukan hal semacam tadi, entah itu kepada anak saya ataupun orang lain, saya tidak akan segan-segan membalas Anda dengan kuasa saya yang JAUH DI ATAS SUAMI ANDA!” seru Aqilla dingin.

Aqilla membalikkan badan dan melangkah masuk ke dalam mobil, meninggalkan Ibu Selsy yang terduduk lemas di depan sekolah. Hampir saja suaminya kena masalah.

Huh.. aku harus jauh-jauh dari anak dan ibu itu. Mereka menyeramkan.

...👑👑👑...

“Jawab Mommy dengan jujur, Boy, Girl. Apa kalian sering mendapat penghinaan seperti itu?” tanya Aqilla serius setibanya mereka di rumah.

Jovan dan Jovin terdiam dengan kepala menunduk, tidak berani menjawab pertanyaan yang selama ini mengganggu ketenangan mereka.

Aqilla menghela napas panjang. Ia berlutut, menyamakan tingginya dengan si kembar. Ia meraih dagu mereka dan mengangkatnya, membuat ketiganya saling bersitatap. “Jawab Mommy, Sayang.”

Jovan mengangguk pelan. “Sering, Mom,” jawabnya pelan. Sementara Jovin sudah berkaca-kaca matanya.

Aqilla mendengkus kasar. “Selain itu, apa lagi?” tuntutnya ingin tahu.

“Kata mereka, kami anak haram karena tidak pernah dijemput daddy. Anak-anak sering mengejek kami karena tidak punya daddy dan sering pamer kebersamaan mereka dengan daddy mereka, Mom,” jawab Jovan pada akhirnya. Menutupi hal ini dari Aqilla tidak akan ada gunanya lagi.

Kemampuan Aqilla jauh dari bayangan kalian asal kalian tahu.

Ketiganya terdiam seribu bahasa. Jovan dan Jovin takut kalau mommy mereka akan sedih. Itulah mengapa keduanya tidak pernah bertanya soal daddy mereka walaupun sebenarnya mereka sangat ingin. Berbeda dengan Aqilla yang larut dengan rasa bersalahnya.

Ini semua salahku, anak-anakku malah jadi korbannya.

Aqilla tiba-tiba berdiri. “Ganti baju sekarang, Mommy akan masak makan siang.” Setelah itu ia pergi menuju dapur dengan ekspresi tidak terbaca.

Jovin menggenggam tangan kakaknya kuat. “Apa mommy sedih, Kak?” tanyanya dengan suara yang mulai serak.

Jovan menghela napas. “Kakak juga nggak tau, Dek. Yang Kakak tau, suasana hati mommy sekarang nggak bagus untuk diajak bicara.”

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Norfadilah

Norfadilah

anak pintar...

2023-06-26

1

Joveni

Joveni

makanya qaill.. daddy nua twins jgn disembunyiin trusss...

2022-11-14

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 | Pertemuan
2 Chapter 2 | Hanya Ingin Membantu
3 Chapter 3 | Penjelasan
4 Chapter 4 | Tentang Tuan Muda
5 Chapter 5 | Tentang Aqilla
6 Chapter 6 | Bertemu Lagi
7 Chapter 7 | Usaha Penangkapan
8 Chapter 8 | Tertangkap
9 Chapter 9 | Hubungan Terlarang
10 Chapter 10 | Pamit
11 Chapter 11 | Hamil?
12 Chapter 12 | Izin Hiatus
13 Chapter 13 | Welcome Twins J
14 Chapter 14 | Keseharian Aqilla
15 Chapter 15 | Bukan Anak Haram!
16 Chapter 16 | Ketakutan Aqilla
17 Chapter 17 | Kemenangan Jovan
18 Chapter 18 | Hadiah dari Jovin
19 Chapter 19 | Kondisi Keluarga Refalino
20 Chapter 20 | Di Mana Daddy Kami?
21 Chapter 21 | Ingin Bertemu
22 Chapter 22 | Dia Daddy Kami!
23 Chapter 23 | Siap Bertemu
24 Chapter 24 | Cerita Masa Lalu
25 Chapter 25 | Tiba di Indonesia
26 Chapter 26 | Data Keluarga Aqilla
27 Chapter 27 | Dad vs Son
28 Chapter 28 | Kasih Sayang Aqilla
29 Chapter 29 | Belanja
30 Chapter 30 | Bertemu Jessie
31 Chapter 31 | Aunty Pulang!
32 Chapter 32 | Calon Menantu?!
33 Chapter 33 | Penyerangan
34 Chapter 34 | Ajakan ke Mansion
35 Chapter 35 | Makan Bersama
36 Chapter 36 | Rencana Berhasil!
37 Chapter 37 | Grandpa, Grandma
38 Chapter 38 | Grandpa, Grandma (2)
39 Chapter 39 | Pesta: Akhirnya Bertemu
40 Chapter 40 | Pesta: Tidak Tahu Malu!
41 Chapter 41 | Pesta: Pencari Masalah
42 Chapter 42 | Pesta: Dia Tidak Mandul!
43 Chapter 43 | Pesta: Daddy!
44 Chapter 44 | Pulang ke Mansion
45 Chapter 45 | Pulang ke Mansion (2)
46 Chapter 46 | Berkumpul Bersama
47 Chapter 47 | Kebiasaan Si Kembar
48 Chapter 48 | Ayo Menikah
49 Chapter 49 | Ingin Lebih Dekat
50 Chapter 50 | Kesempatan Berdua
51 Chapter 51 | Kesempatan Berdua (2)
52 Chapter 52 | Perpisahan
53 Chapter 53 | Ikut ke Kantor
54 Chapter 54 | Pelaku Korupsi
55 Chapter 55 | Hilang
56 Chapter 56 | Fathur?
57 Chapter 57 | Selamanya Sahabat
58 Chapter 58 | Mommy Pulang!
59 Chapter 59 | Jalan-Jalan Keluarga
60 Chapter 60 | Jalan-Jalan Keluarga 2
61 Chapter 61: Jalan-Jalan Keluarga (3)
62 Chapter 62 | Gadis Itu
63 Chapter 63 | Diculik
64 Chapter 64 | Aksi si Kembar
65 Chapter 65 | Tidak Diizinkan!
66 Chapter 66 | Selesaikan Masalah!
67 Chapter 67 | Tidak Ada?
68 Chapter 68 | Janji Sebelum Tidur
69 Chapter 69 | Kapan Menikah?
70 Chapter 70 | Tidak Boleh Pergi!
71 Chapter 71 | Misi Penyergapan
72 Chapter 72 | Aqilla... Sakit?
73 Chapter 72 | Aqilla... Sakit?
74 Chapter 73 | Mommy Daddy Sedang Apa?
75 Chapter 74 | Aqilla Setuju
76 Chapter 75 | Pergi dan Datang
77 Chapter 76 | Sedang Apa di Sini?
78 Chapter 77 | Takut Mommy
79 Chapter 78 | Melepas Rindu
80 Chapter 79 | Bertemu Chelsea
81 Chapter 80 | Permintaan Chelsea
82 Chapter 81 | Selamat Ulang Tahun, Aqilla
83 Chapter 82 | Aku Saudara Kembarnya
84 Chapter 83 | Dibawa Pergi
85 Chapter 84 | Kebenaran Masa Lalu
86 Chapter 85 | Kebenaran Masa Lalu (2)
87 Chapter 86 | Tekad Rayhan
88 Chapter 87 | Mansion Kenzie
89 Chapter 88 | Dari Dulu Begitu
90 Chapter 89 | Maksud Kedatangan
91 Chapter 90 | Kebenaran
92 Chapter 91 | Kebenaran (2)
93 Chapter 92 | Kebenaran (3)
94 Chapter 93 | Baikan
95 Chapter 94 | Meminta Izin
96 Chapter 95 | Happy Birthday, Twins
97 Chapter 96 | Direstui
98 Chapter 97 | Kisah Aqilla-Kenzie
99 Chapter 98 | Kisah Aqilla-Kenzie (2)
100 Chapter 99 | Kisah Aqilla-Kenzie (3)
101 Chapter 100 | Wali Nikah Aqilla?
102 Chapter 101 | In the Seoul
103 Chapter 102 | Fakta Masa Lalu
104 Chapter 103 | Kembali Bersama
105 Chapter 104 | Kembali Bersama (2)
106 Chapter 105 | The Last: Hari Bahagia
107 Chapter 106 | The Last: Hari Bahagia (2)
108 Bonus Chapter 1
109 Bonus Chapter 2
110 Bonus Chapter 3
111 Bonus Chapter 4
112 Bonus Chapter 5
113 Question??
114 Promosi [Cruel Mafia vs Cool Mafia]
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Chapter 1 | Pertemuan
2
Chapter 2 | Hanya Ingin Membantu
3
Chapter 3 | Penjelasan
4
Chapter 4 | Tentang Tuan Muda
5
Chapter 5 | Tentang Aqilla
6
Chapter 6 | Bertemu Lagi
7
Chapter 7 | Usaha Penangkapan
8
Chapter 8 | Tertangkap
9
Chapter 9 | Hubungan Terlarang
10
Chapter 10 | Pamit
11
Chapter 11 | Hamil?
12
Chapter 12 | Izin Hiatus
13
Chapter 13 | Welcome Twins J
14
Chapter 14 | Keseharian Aqilla
15
Chapter 15 | Bukan Anak Haram!
16
Chapter 16 | Ketakutan Aqilla
17
Chapter 17 | Kemenangan Jovan
18
Chapter 18 | Hadiah dari Jovin
19
Chapter 19 | Kondisi Keluarga Refalino
20
Chapter 20 | Di Mana Daddy Kami?
21
Chapter 21 | Ingin Bertemu
22
Chapter 22 | Dia Daddy Kami!
23
Chapter 23 | Siap Bertemu
24
Chapter 24 | Cerita Masa Lalu
25
Chapter 25 | Tiba di Indonesia
26
Chapter 26 | Data Keluarga Aqilla
27
Chapter 27 | Dad vs Son
28
Chapter 28 | Kasih Sayang Aqilla
29
Chapter 29 | Belanja
30
Chapter 30 | Bertemu Jessie
31
Chapter 31 | Aunty Pulang!
32
Chapter 32 | Calon Menantu?!
33
Chapter 33 | Penyerangan
34
Chapter 34 | Ajakan ke Mansion
35
Chapter 35 | Makan Bersama
36
Chapter 36 | Rencana Berhasil!
37
Chapter 37 | Grandpa, Grandma
38
Chapter 38 | Grandpa, Grandma (2)
39
Chapter 39 | Pesta: Akhirnya Bertemu
40
Chapter 40 | Pesta: Tidak Tahu Malu!
41
Chapter 41 | Pesta: Pencari Masalah
42
Chapter 42 | Pesta: Dia Tidak Mandul!
43
Chapter 43 | Pesta: Daddy!
44
Chapter 44 | Pulang ke Mansion
45
Chapter 45 | Pulang ke Mansion (2)
46
Chapter 46 | Berkumpul Bersama
47
Chapter 47 | Kebiasaan Si Kembar
48
Chapter 48 | Ayo Menikah
49
Chapter 49 | Ingin Lebih Dekat
50
Chapter 50 | Kesempatan Berdua
51
Chapter 51 | Kesempatan Berdua (2)
52
Chapter 52 | Perpisahan
53
Chapter 53 | Ikut ke Kantor
54
Chapter 54 | Pelaku Korupsi
55
Chapter 55 | Hilang
56
Chapter 56 | Fathur?
57
Chapter 57 | Selamanya Sahabat
58
Chapter 58 | Mommy Pulang!
59
Chapter 59 | Jalan-Jalan Keluarga
60
Chapter 60 | Jalan-Jalan Keluarga 2
61
Chapter 61: Jalan-Jalan Keluarga (3)
62
Chapter 62 | Gadis Itu
63
Chapter 63 | Diculik
64
Chapter 64 | Aksi si Kembar
65
Chapter 65 | Tidak Diizinkan!
66
Chapter 66 | Selesaikan Masalah!
67
Chapter 67 | Tidak Ada?
68
Chapter 68 | Janji Sebelum Tidur
69
Chapter 69 | Kapan Menikah?
70
Chapter 70 | Tidak Boleh Pergi!
71
Chapter 71 | Misi Penyergapan
72
Chapter 72 | Aqilla... Sakit?
73
Chapter 72 | Aqilla... Sakit?
74
Chapter 73 | Mommy Daddy Sedang Apa?
75
Chapter 74 | Aqilla Setuju
76
Chapter 75 | Pergi dan Datang
77
Chapter 76 | Sedang Apa di Sini?
78
Chapter 77 | Takut Mommy
79
Chapter 78 | Melepas Rindu
80
Chapter 79 | Bertemu Chelsea
81
Chapter 80 | Permintaan Chelsea
82
Chapter 81 | Selamat Ulang Tahun, Aqilla
83
Chapter 82 | Aku Saudara Kembarnya
84
Chapter 83 | Dibawa Pergi
85
Chapter 84 | Kebenaran Masa Lalu
86
Chapter 85 | Kebenaran Masa Lalu (2)
87
Chapter 86 | Tekad Rayhan
88
Chapter 87 | Mansion Kenzie
89
Chapter 88 | Dari Dulu Begitu
90
Chapter 89 | Maksud Kedatangan
91
Chapter 90 | Kebenaran
92
Chapter 91 | Kebenaran (2)
93
Chapter 92 | Kebenaran (3)
94
Chapter 93 | Baikan
95
Chapter 94 | Meminta Izin
96
Chapter 95 | Happy Birthday, Twins
97
Chapter 96 | Direstui
98
Chapter 97 | Kisah Aqilla-Kenzie
99
Chapter 98 | Kisah Aqilla-Kenzie (2)
100
Chapter 99 | Kisah Aqilla-Kenzie (3)
101
Chapter 100 | Wali Nikah Aqilla?
102
Chapter 101 | In the Seoul
103
Chapter 102 | Fakta Masa Lalu
104
Chapter 103 | Kembali Bersama
105
Chapter 104 | Kembali Bersama (2)
106
Chapter 105 | The Last: Hari Bahagia
107
Chapter 106 | The Last: Hari Bahagia (2)
108
Bonus Chapter 1
109
Bonus Chapter 2
110
Bonus Chapter 3
111
Bonus Chapter 4
112
Bonus Chapter 5
113
Question??
114
Promosi [Cruel Mafia vs Cool Mafia]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!