“KAKAK! UDAH SIAP BELUM, SIH?? KOK, LAMA BANGET!” teriak Jovin tak sabaran. Pasalnya, dirinya, Aqilla, dan Ely sudah siap untuk pergi, tapi si Jovan masih mendekam di kamar.
“SEBENTAR, DEK!” balas Jovan berteriak dari dalam kamar.
Hari ini adalah hari di mana Jovan akan mengikuti lomba karya IT tingkat nasional di Kanada. Jovin, Aqilla, dan Ely akan pergi mengantar anak tampan itu. Tapi, yang ditunggu malah kelamaan di kamar.
Ceklekk..
“Oke, udah.” Jovan keluar dari kamar dengan setelan resminya. Kemeja putih, jas hitam, celana bahan hitam, dan dasi kupu-kupu yang senada dengan topeng yang menutupi wajahnya.
Kenapa Jovan memakai topeng?
Itu karena ada kemungkinan bahwa lomba ini akan disiarkan di televisi. Jadi, Aqilla harus menutupi wajah anaknya yang sangat mirip dengan Tuan Rayhan itu agar tidak dikenali. Itulah mengapa Jovan mengenakan topeng yang menutupi dahi hingga hidung—seperti topeng pesta gitu, lho.
Begitupun dengan Jovin. Hanya saja, topengnya berwarna putih bercampur pink dengan aksen kupu-kupu di atas.
“Ish, lama banget, sih!” gerutu Jovin kesal.
Jovan mengerutkan dahi. “Kan, Kakak yang ikut lomba. Kenapa jadi Adek yang kesel terus cepet-cepet?” herannya.
Jovin mendengkus dan melipat kedua tangannya di depan dada. “Adek udah siap dari tadi, tapi Kakak lama banget. Padahal, ya, dulu Kakak ngeluh setiap Adek sama mommy yang kalo dandan lama, tapi sekarang malah Kakak yang lama, huh,” oceh Jovin dengan aksen menggemaskan.
Jovan terkekeh. Ia mengusap kepala adiknya pelan, tidak mau jika tatanan rambut Jovin sampai rusak dan gadis kecil itu kembali mengamuk. “Iya, iya, maaf. Kakak salah.”
“Kakak itu emang salah! Makanya, bla bla bla...”
Aqilla dan Ely yang sedari tadi menjadi penonton setia cuma bisa diam, mengikuti kemauan si kembar yang malah saling mengoceh tanpa henti. Padahal, waktu terus berjalan. Keduanya menghela napas berat seraya menggelengkan kepala maklum.
Hadeh.. kapan berangkatnya, nih?
...👑👑👑...
Acara lomba karya IT tengah berlangsung. Jovin, Aqilla, dan Ely duduk di antara para penonton lainnya. Sementara Jovan duduk di barisan peserta. Di antara semua pendaftar, Jovan yang paling kecil. Bahkan, semua lawannya adalah orang dewasa.
Tetapi, itu tidak menjadikan Jovan takut. Ia malah bangga dengan kemampuannya itu.
“Okay, let’s move on to the next participant. I call.. Van!” seru MC lomba itu.
Van, adalah nama samaran Jovan. Jadi, dia maju ke depan sambil membawa alat ciptaannya. Tepuk tangan riuh menggema di seluruh aula gedung. Yang paling heboh, sih, si Jovin.
“KAKAK... YUHUU... SEMANGAT, KAKAK!” teriak Jovin heboh.
Jovan geleng-geleng melihat adiknya yang sangat antusias di kursinya. Aqilla melambaikan tangan, kemudian mengacungkan jempol, tanda bahwa dirinya bangga dengan putranya itu.
“Hello everybody. I’m Van, I will demonstrate a tool I created called the Pin Robot,” kata Jovan yang fasih berbahasa Inggris. Ia menaruh alat ciptaannya di depan dan mengaktifkannya di depan semua orang.
Dengan segamblang mungkin, Jovan menjelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan robot asisten miliknya. Apa saja yang alatnya bisa lakukan, dia jelaskan dengan baik. Juri dan beberapa pengusaha terkenal yang hadir tampak kagum dengan penjelasan Jovan.
Bahkan, Jovan juga memberitahu bagaimana dirinya membuat alat itu agar semua orang yakin bahwa alat ini sungguh-sungguh ciptaannya. Takutnya, ada yang tidak percaya jika Jovan sendirilah yang membuat benda ini.
Padahal, ya, ini bukan pertama kalinya Jovan ikut lomba. Sudah ada beberapa orang yang mengenal sosok Van.
“That’s my explanation. Thank you for your concern, Uncle, Aunty.” Jovan menunduk sopan mengakhiri penjelasannya disambut gemuruh tepuk tangan dari semua penonton dan juri. Lantas ia menyerahkan Robot Pin miliknya ke panitia lomba—karena memang begitu prosedurnya.
Nanti setelah lomba selesai, alat milik Jovan dikembalikan, kok.
“Alat kakak hebat, ya, Mom?” kata Jovin meminta pendapat Aqilla.
“Iya, Girl. Alat itu hebat dan berguna untuk semua orang. Terutama untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus,” tutur Aqilla.
Acara dilanjutkan dengan peserta berikutnya. Aqilla menyimak semua alat dengan baik. Jika ada yang membuatnya tertarik, Aqilla ingin membelinya.
...👑👑👑...
“Now, we have come to the end of the event. The judges have determined the winner of the IT competition this time!” kata MC itu.
Semua peserta tidak sabar menanti pengumuman. Apalagi Jovan yang duduknya terus gelisah semenjak tadi. Dia sesekali menengok ke arah keluarganya yang duduk di antara para penonton. Dengan melihat mereka, Jovan baru bisa merasa lebih tenang.
“The winner of this competition is...” MC itu sengaja menggantung ucapannya, sukses membuat para peserta dan penonton deg-degan.
“VAN WITH HIS PIN ROBOT!”
Jovan mendongak cepat. Senyumnya melebar sempurna. Ia langsung berdiri di kursi dan melompat-lompat heboh di sana. “Mommy! Van wins, Mom!” pekik Jovan senang.
Para juri dan penonton tertawa gemas melihat tingkah Jovan. Beberapa peserta juga sama. Tidak akan ada yang menyangka bahwa tubuh kecil itu memiliki otak cemerlang dan punya banyak ide mengenai alat-alat masa depan.
Jovan menerima piala, sertifikat, dan uang sebagai hadiah dari juri. Bahkan, ada beasiswa yang ditawarkan untuk Jovan.
Usai serah terima hadiah, acara penutupan dimulai. Jovan sudah bergabung dengan keluarganya di bangku penonton. Ia menunjukkan piala dan sertifikat itu kepada sang mommy dengan bangga.
“Jovan berhasil, Mom! Jovan berhasil buat Mommy bangga, kan?”
Aqilla tersenyum lembut. “Tentu saja, Boy. Kamu selalu membuat Mommy bangga.”
...👑👑👑...
Untuk merayakan keberhasilan sang anak, Aqilla membawa seluruh keluarganya makan di restoran. Dan, si kecil Jovan bersikukuh ingin mentraktir mereka semua. Karena tidak mempan diajak berdebat, Aqilla memilih untuk mengalah.
“Apa Kakak mau ambil beasiswanya?” tanya Jovin penasaran. Saat ini, acara makan sudah selesai, menyisakan si kembar yang tengah menghabiskan es krim sebagai hidangan penutup.
Jovan bergumam sebentar. “Kakak tertarik, sih. Tapi, itu tergantung mommy. Kalo mommy izinin Kakak, Kakak mau-mau aja.”
Karena disebut namanya, Aqilla manggut-manggut mengerti. “Nanti Mommy pikirkan. Lagian umurmu masih 6 tahun, masih lama.”
Jovan mendengkus. Ia tidak suka setiap Aqilla menyebut-nyebut umurnya begitu, seolah mengingatkan dirinya bahwa Jovan itu hanya anak kecil yang masih belum dewasa. Padahal, kan, seberapa dewasa seseorang bukan ditentukan oleh umur, iya, kan?
Tapi, kan, Aqilla juga nggak salah. Kamu emang masih kecil Jovanka Revalino Jonesa...
“Mom,” panggil Jovin.
“Hm?”
“Jangan sebut umur lagi, ya, Mom. Kecil-kecil begini udah hasilin banyak uang, lho. Harusnya Mommy bangga, iya, kan, Kak?”
Jovan menjentikkan jari. “Setuju.”
“Ya, ya, ya, kalian emang duo iblis mininya Mommy.”
^^^To be continue...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT
penasaran liat reaksi tuan muda liat anak kembar nyy.
lanjutkan Thor 💪💪
2022-06-27
1