Menunggu adalah hal yang kurang Jovan dan Jovin sukai. Mereka tidak suka menunggu, tapi hobi membuat orang lain menunggu mereka.
Aneh memang anaknya Aqilla ini.
Jovan dan Jovin menyeringai. Keduanya sedang berdiri di samping pintu kamar Aqilla, bersiap untuk melakukan kejailan sebelum berangkat sekolah.
Jovin menempelkan telinganya ke pintu. Ketika suara langkah kaki mendekat terdengar, gadis kecil itu memberi kode pada sang kakak kalau mommy mereka akan segera membuka pintu.
“Satu..” hitung Jovan.
“Dua..” sambung Jovin.
“Tiga!” Serempak, bersamaan dengan pintu yang terbuka. Keduanya melempar baskom ke atas yang berisikan tepung terigu hingga mengenai tubuh Aqilla dari atas sampai bawah.
Aqilla segera menundukkan kepalanya, menghindari butiran tepung agar tidak mengenai matanya. Kedua mulutnya menganga karena kaget.
“Hahahaaa...” Tawa si kembar menggema di setiap penjuru rumah. Mereka bertos ria melihat kejailan mereka berhasil total tanpa cela. “MANUSIA TEPUNG! HAHAHA..” ledek keduanya.
Kedua tangan Aqilla mengepal, giginya menggertak hebat, rahangnya mengeras, dan matanya berkobar. “Jovan.. Jovin..” sebutnya geram.
Bukannya takut, kedua bocah itu berlari menghindari mommy mereka yang langsung mengejar. Tawa kedua anak itu masih terus menggelegar bak speaker yang disetel dengan volume maksimal.
“Haha.. Mommy lucu,” seru Jovan sambil berlindung di belakang sofa.
“Makanya, Mommy, jangan lama-lama di kamar. Kami, kan, jadi telat,” sambung Jovin yang diangguki sang kakak.
Aqilla memilih untuk berhenti mengejar. Ia mendengkus kasar. “Bawel banget, sih, kalian. Untung anak sendiri,” ketusnya.
“Kalo bukan?” tanya Jovan penasaran.
“Udah Mommy iket, terus masukin ke tong, habis itu buang ke samudra.”
Tawa si kembar kembali menggema. Mereka tidak ada takut-takutnya berulah seperti ini. Mommy mereka memang kadang cenderung seperti teman, jadi gaya bicara ketiganya terbilang santai dan sangat terbuka.
“Udah, deh. Ayo berangkat, kalian telat nanti.”
Jovan dan Jovin sudah berhenti tertawa walaupun masih ada sedikit sisa. “Mommy nggak bersih-bersih dulu?” kata Jovan dengan senyum mengejek melihat sekujur tubuh Aqilla berubah putih.
Aqilla mendengkus. “Huh! Mommy anter kalian dulu, baru mandi.”
Jovan dan Jovin cekikikan di belakang Aqilla. Keduanya bertos ria lagi, senang dengan kejailan kali ini.
...👑👑👑...
Waktu berlalu dengan cepat. Jovan dan Jovin sudah menyelesaikan sekolah mereka. Saat ini, keduanya sedang duduk di kursi dekat pos satpam, menunggu mommy mereka menjemput.
“Hi, Twins,” sapa Mike, salah satu anak yang berada di kelas 1 sekolah dasar.
Jovan dan Jovin yang merasa diajak bicara tersenyum ramah. “Hello, Mike,” sapa keduanya balik.
“Are you waiting for your mommy to pick you up?” tanya Mike.
Jovin mengangguk. “Yes, you are right.”
“Then where’s your daddy? How come I never saw it?” tanya Mike ingin tahu.
Si kembar terdiam, bingung ingin menjawab apa. Sementara Mike terus menatap mereka dengan sorot penasaran.
“They don’t have daddy.”
Jovan, Jovin, dan Mike menoleh ke asal suara. Jovin memutar bola matanya malas melihat Selsy datang. Gadis itu selalu saja mengganggunya dengan sang kakak.
Mike menatap Jovan dan Jovin dengan dahi mengerut. “Don’t have a daddy?” ulangnya tak mengerti. “Why did it happen?”
Selsy tertawa mengejek. “If my mother said, they are illegitimate children,” katanya.
Jovan dan Jovin seketika menatap Selsy tajam. Kedua tangan mereka terkepal, berusaha menahan emosi yang ingin membuncah.
“Illegitimate child? What is an illegitimate child? I don’t understand,” tanya Mike yang memang tidak tahu menahu mengenai istilah tersebut.
Selsy merupakan keturunan orang Indonesia, sedangkan Mike asli orang Calgary. Jadi, istilah anak haram seperti itu kurang dia mengerti.
Baru saja Selsy ingin menjelaskan, gadis itu sudah lebih dulu berlari menuju pria paruh baya yang masih terlihat muda dengan raut bahagia. “Papa!” pekiknya senang. “Hari ini Papa jemput Selsy?” tanyanya.
Papa Selsy tersenyum dan mengangguk. “Iya, Sayang. Senang tidak kalau Papa yang jemput?”
“Senang sekali!” seru Selsy antusias. “Papa, ayo kita mampir makan es krim. Janji, hanya satu cup, kok.”
Jovin yang melihat kedekatan Selsy dengan papanya membuatnya iri. Raut wajahnya berubah mendung. Dan, itu diketahui oleh Jovan.
Sebagai kakak, Jovan tentu mengerti perasaan adiknya. Jovin pasti juga ingin diperlakukan seperti itu oleh daddy mereka. Namun, hingga detik ini, Aqilla tidak pernah membahas siapa daddy mereka dan mengapa daddy mereka tidak ada di sisi mereka.
Si kembar pun mengira bahwa mommy dan daddy mereka memiliki masalah. Jadi, keduanya tidak berani bertanya, takut membuat Aqilla sedih.
“Jovan, Jovin.”
Kedua anak yang dipanggil menoleh. Senyum keduanya mengembang melihat mommy mereka datang dengan setelan khusus IAF yang berwarna putih. Mereka langsung berlari menghampiri Aqilla yang juga melangkah lebih dekat.
“Mommy,” panggil Jovin yang langsung berlari memeluk Aqilla yang sudah berjongkok. “Mommy dari markas, ya?”
“Iya, Girl. Maaf, ya, agak lama,” kata Aqilla penuh sesal.
“Huh, kalo udah masalah kerjaan Mommy, Jovin mana bisa marah.” Gadis kecil memberengut kesal.
Aqilla terkekeh. Ia beralih ke arah putranya yang berdiri dengan sorot tak terartikan. Aqilla menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan maksud Jovan. Yang Aqilla tahu, Jovan ingin mengatakan sesuatu padanya.
“Ayo kita pulang,” ajak Aqilla. Ia berdiri dan menggandeng tangan kedua anaknya di sisi kanan-kiri.
...👑👑👑...
Malam tiba dengan cepat. Aqilla, Ely, Jovan, dan Jovin sudah menyelesaikan acara makan malam mereka dengan menu hidangan ala Indonesia.
“Mom, Jovin ke kamar dulu, ya. Udah ngantuk, nih.” Jovin mengucek matanya yang memang terasa berat.
Aqilla pun mengiyakan. Ia juga mengingatkan agar anaknya itu mencuci tangan dan kaki, menyikat gigit, dan berdoa sebelum tidur—kebiasaan yang Aqilla tanamkan sejak dahulu.
Beralih kepada sang putra, Aqilla menawarkan diri untuk mengantarnya ke kamar. Jovan menolak karena merasa sudah besar. Namun, Aqilla memaksa. Lantas Jovan pasrah dan membiarkan mommy-nya mengikutinya hingga ke dalam kamar.
Sejak umur si kembar 5 tahun, Jovan dan Jovin memiliki kamarnya masing-masing. Aqilla sengaja memisah mereka untuk memupuk keberanian.
“Tumben banget, Mom. Biasanya bodo amat tuh,” sindir Jovan yang sangat mengenal sosok Aqilla.
Aqilla tertawa, merasa terpojok karena anaknya sendiri. Ia ikut duduk di ranjang berhadapan dengan Jovan. “Bilang sama Mommy, ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan waktu di sekolah, kan?” katanya to the point.
Jovan terdiam, tidak kaget kalau Aqilla bisa mengetahui itu karena mommy-nya memang kelewat peka terhadap perasaan orang lain.
“Tatapan kamu ke Mommy mengisyaratkan sesuatu, Boy. Sekarang bilang, ada apa sebenarnya?” desak Aqilla yang juga penasaran.
Jovan menundukkan kepalanya sejenak, ia menghela napas panjang, baru mendongakkan kepala. “Di mana daddy kami, Mom?” tanyanya memberanikan diri.
Deg!
Aqilla membeku.
Akhirnya...
Akhirnya pertanyaan ini muncul juga..
^^^To be continue...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Norfadilah
Di Negeri tercinta Anak Sholeh....Indonesia...🇮🇩🇮🇩🇮🇩
2023-06-27
0
ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT
Daddy kamu di indo, jemput lh Deddy kamu
lanjutkan Thor 💪💪
2022-06-30
1