Memang, ya, yang namanya hobi kalau sudah menghasilkan begini jadi nyaman sekali untuk dilakukan. Setelah kemenangan Jovan minggu kemarin, hari ini giliran Jovin yang akan tampil di sebuah acara perlombaan sing and dance.
Kalau dilihat, cukup normal, sih, kalau hobi menyanyi begini untuk anak-anak.
“Udah siap, Dek?” tanya Jovan yang melihat adiknya tiba di ruang makan memakai setelan cling-cling.
E.. maksudnya bukan cling-cling yang semerbak kemilau gitu. Pokoknya, pakaian Jovin itu semacam dress mini sepaha berwarna pink manis dengan celana hitam ketat yang menutupi seluruh kaki mungilnya. Gadis kecil itu harus tampil memukau dong.
“Jovin terlahir dengan kesiapan maksimal,” seru Jovin menggebu-gebu. Kedua tangan kecilnya terkepal di depan dada, lalu dinaikkan ke atas.
Aqilla dan Ely cuma bisa tertawa gemas melihat tingkah si bungsu. Jovan pun ikut terkekeh geli. Raut wajah adiknya memang selucu itu sekarang. Mata ungunya membulat dengan binar antusias.
“Udah, deh. Cepet makan, habis itu kita berangkat ke tempat lombanya,” ucap Aqilla menghentikan perdebatan antara kedua anaknya.
Sebenarnya Jovan dan Jovin ingin membalas lagi, tetapi mengingat situasi kurang memungkinkan, mereka memilih patuh hari ini. Mereka berempat makan dengan tenang walaupun si kembar sesekali berulah. Entah itu perang-perangan garpu-sendok ataupun bermain dengan gelas, pokoknya mereka tidak bisa diam.
Haduh.. maklumi anakku. Mereka memang masih kecil, otaknya aja yang besar.
Beberapa menit berlalu, keempatnya selesai menyantap sarapan. Tanpa menunda lagi, Aqilla langsung mengajak mereka berangkat ke tempat acara.
...👑👑👑...
“Semangat, Dek,” kata Jovan sebelum meninggalkan Jovin di backstage, bergabung dengan peserta lainnya.
Jovin mengangguk kuat, antusiasnya bukan main. “Tenang aja, Kak. Jovin selalu optimis,” balasnya dengan senyum merekah.
Jovan memeluk Jovin yang dibalas erat pula. Kalau begini enak banget dilihat. Kedua bocah dengan topeng yang hampir menutupi setengah wajah mereka terlihat sangat manis jika sedang akur. Tapi, kalau sudah ribut, tentu saja yang puyeng Aqilla.
“Semoga menang, Putri Mommy,” kata Aqilla seraya mengusap kepala Jovin pelan, ia tidak mau merusak perjuangannya sendiri dalam hal tata-menata rambut. Percayalah, Aqilla butuh waktu lebih dari 2 jam untuk menyusun rambut Jovin hingga sedemikian rupa.
Untung saja Ely datang waktu itu. Kalau nggak, bisa berjam-jam Aqilla frustrasi.
“Keponakan Aunty yang cantik, jangan mau kalah, oke? Jovin pasti menang!” Ely ikut memberi semangat. Lagi-lagi Jovin tersenyum lebar.
Lantas setelahnya, Aqilla, Ely, dan Jovan meninggalkan backstage. Jovin melambai ceria hingga ia dijemput oleh manajernya untuk bergabung bersama peserta lain di ruang tunggu. Manager itu bernama Blessy—Jovin terbiasa memanggilnya Aunty Essy.
Jovin tersenyum manis sewaktu melihat peserta lain meliriknya sinis. Mereka tidak suka jika melihat keberadaan bocah kecil itu di sini. Pasalnya, Jovin selalu memborong juara pertama sejak gadis mungil itu hadir. Mereka, kan, jadi tidak ada kesempatan.
Sayangnya, tidak ada satupun dari mereka yang berani bertindak di luar batas kepada Jovin. Mommy Jovin terlalu berkuasa untuk dilawan. Sudah dipastikan siapa pun yang mengusik Jovin, Aqilla akan datang dengan aura kemarahan yang membara.
Terakhir, dulu ada peserta yang sengaja mendorong Jovin hingga terjatuh dan tangan gadis kecil itu lecet. Blessy tentu langsung melapor pada Aqilla. Dan, kalian tahu apa yang dilakukan wanita itu?
Aqilla membuat kerugian besar di bisnis keluarga peserta itu dan menghancurkan karir peserta itu di dunia hiburan hingga tidak diizinkan mengikuti lomba apa pun dan bergabung dengan agensi manapun. Aqilla hanya butuh menelepon untuk melakukan itu. Memang salah, sih, karena itu namanya menyalahgunakan kekuasaan.
Tetapi, kalau tidak begitu, orang-orang bisa makin melunjak dan menganggap remeh mereka.
“Hei, Girl, kamu ingin makan sesuatu dulu?” tanya Blessy perhatian. Walaupun dia keturunan orang Kanada, bekerja selama beberapa bulan dengan Jovin membuatnya bisa berbahasa Indonesia. Sayangnya, aksen berbicaranya sedikit lucu.
Jovin menggeleng. “Tidak usah, Aunty. Tapi, kalau boleh, Jovin ingin minum air putih.”
Blessy tersenyum kecil. “Tentu saja, Beautiful. Aunty akan ambilkan air untukmu. Jadwal kamu tampil masih lama, kok.”
Blessy sendiri sangat menyukai kepribadian Jovinka. Gadis kecil itu tetap menghormatinya sebagai manajer walaupun semakin terkenal sekarang. Bahkan, tak jarang Jovin menyebutkan namanya setiap ia ditanyai tentang siapa saja yang berjasa dalam karirnya ini.
Jovin menunggu sendirian di kursinya. Mata ungunya diedarkan ke sekeliling, menonton teman-teman peserta lain yang sedang sibuk berias atau memperbaiki penampilan. Dan, semua orang itu adalah orang-orang berumuran 15 tahun ke atas.
Hanya dirinya saja yang masih 6 tahun.
Ah, tidak. Ada anak kecil juga. Dia gadis kecil berusia 7 tahun. Saat ini sedang duduk ditemani sang ayah—mungkin, sih. Melihat itu, Jovin merasa sedikit iri.
Seandainya Jovin punya daddy, pasti seru...
Jovin menghela napas berat. Ia menggeleng kuat. No. Mommy saja juga nggak pa pa, kok. Maaf, Ya Allah, Jovin tetap bersyukur karena punya mommy yang baik seperti Mommy Qilla.
...👑👑👑...
“Our next contestant... Vin!”
Jovan berteriak heboh sewaktu lampu dimatikan dan fokus menyorot sang adik yang sudah berdiri di tengah panggung. Aqilla dan Ely ikut berteriak menyerukan nama Vin dan fighting.
Lagu diputar. Jovin mulai bergerak lincah sambil bernyanyi menggunakan head mic miliknya. Lagu Singularity yang dinyanyikan oleh V - BTS mengalun seirama dengan gerakan Jovin.
Hampir seluruh penonton terpukau. Apalagi para juri yang sudah menganga sewaktu melihat Jovin melompat untuk melakukan sedikit atraksi. Tubuh Jovin bak karet yang bisa meliuk begitu lentur.
Sekitar tiga menit, lagu berakhir. Jovin membungkuk sopan dan tersenyum manis sampai beberapa orang yang melihat ikut tersenyum gemas. Jovin kembali ke backstage dengan kaki mungilnya.
“Good, Girl. Penampilanmu selalu keren,” puji Blessy yang sudah berjongkok di depan Jovin. Ia bahkan mengusap pipi tembam Jovin yang super menggemaskan.
Jovin tersenyum lebar. “Thank you, Aunty Essy.”
👑👑👑
“The first winner of this competition is... VIN!” teriak MC.
Jovin yang mendengar nama samarannya disebut sebagai pemenang langsung melompat-lompat di tempat. Blessy yang melihat ikut tertawa. Ia pun menuntun sang juara ke atas panggung.
Sementara para peserta lain lagi-lagi menatap Jovin jengkel. Dia lagi, dia lagi yang menang. Begitulah yang mereka pikirkan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Jovin menerima piala, sertifikat, buket bunga, dan hadiah uang. Bahkan, ada beberapa pihak agensi yang memberinya penawaran untuk bergabung. Tidak peduli jika gadis kecil itu masih di bawah umur untuk bekerja, mereka terlalu terkagum-kagum dengan sosok Jovin.
“Uncle,” panggil Jovin menarik-narik jas sang MC. MC itu tersenyum, lantas berjongkok untuk menyamakan tinggi. “Can I borrow the microphone, Uncle?” tanya Jovin sopan.
MC itu tertawa karena gemas. Ia menyerahkan microphone yang dibawa kepada Jovin. Bahkan, ikut membantu membawakan piala karena gadis imut itu kesulitan memegang microphone.
“Hi everybody,” sapa Jovin.
“Hello...” balas para penonton riuh.
“Vin is very happy to win again. Vin wants to specially thank someone.” Jovin beralih menatap ke arah Aqilla, Ely, dan Jovan duduk. “Thank you, Mommy. Thank you for being the greatest mommy who always supports all of Vin’s favorites. Vin dear Mommy, I love you.”
“Ouw..” Semua orang ikut terharu dengan kata-kata tulus Jovin.
Terutama Aqilla yang mengukir senyum tipis di bibirnya. Ia bangga pada dirinya sendiri karena bisa mendidik kedua anaknya hingga seperti ini. Terlepas dari rasa bersalahnya, Aqilla senang kedua anaknya tumbuh seperti seharusnya.
Sang MC yang sudah menerima microphone baru ikut berseru. “Hm, I'm curious as to what kind of figure Vin's mommy loves very much. Is your mommy here, Vin?”
Jovin mendongak dan tersenyum. “Yes, Uncle. My mom is here.”
“How about we call Mommy Vin on stage everyone?” tanya sang MC meminta pendapat ke semua penonton.
“Yes! Come up!”
“We’re curious too!”
“Call your mommy here, Vin,” pinta sang MC berbisik.
Jovin langsung melompat kecil. “Mommy! Ayo sini, Mom! Ayo naik!” serunya heboh yang sukses mengundang rasa gemas tingkat tinggi.
Aqilla tertawa sebentar. Lantas berdiri dari duduknya setelah menitipkan Jovan pada Ely. Semua pasang mata beralih padanya yang berjalan mendekati panggung. Beberapa dari mereka melotot mengenali sosok Aqilla.
Aqilla berhasil naik ke atas panggung dibantu beberapa staf. Seketika semua orang menjadi kaku melihatnya.
“M–Miss Qaill?” ucap sang MC terbata-bata. Rasanya gugup dan tidak percaya.
“Yes, it’s me.” Aqilla menatap sang MC dengan senyum penuh makna.
“A–Are you Vin’s.. mommy?” tanyanya gugup.
Aqilla tersenyum tipis. “Yeah, she is my daughter.” Menatap Jovin yang tersenyum lebar.
“Mommy!” seru Jovin girang. Ia berlari ke arah Aqilla dan menerjangnya, memeluknya kelewat erat dengan masih sertifikat, bunga, dan amplop di tangan. “Jovin menang, Mom,” bisiknya.
Aqilla berjongkok dan mengusap kepala Jovin penuh rasa bangga.
Tiba-tiba gadis kecil itu menaruh semua barang di tangannya ke lantai, lanjut berlari ke arah MC dan mengambil pialanya. “This trophy is for Mommy.”
Aqilla tersenyum. “Kamu memang anak Mommy yang membanggakan, Girl.”
^^^To be continue...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Norfadilah
Bahagia dan Bangganya orang tua...😃😍😍
2023-06-27
0
ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT
moga kemenangan jovin, diliat sama Daddy nyy yg ada di indo 🤧😂😂
lanjutkan Thor 💪💪
2022-06-28
1