“Stop!” Ely memekik kencang.
Aqilla sampai terjingkat singkat. “Ada apa?”
“Dia!” Menunjuk layar hologram. Sebuah data seorang lelaki bernama Lezia tercantum di sana. Foto diburamkan dengan tanggal lahir dipalsukan. Bagian pemasaran.
Aqilla bergerak cepat meretas CCTV.
“Damn it! Buronan itu kabur!”
“What?!” Ely menatap Aqilla tak percaya.
“What are you doing?! Go now!” seru Aqilla geram. Bukannya mengejar si buronan yang kabur lewat pintu utama, Ely malah terlihat linglung di ruangan.
Ely gelagapan. Lantas membungkuk hormat dan bergegas lari keluar ruangan. Sementara Aqilla mematikan seluruh alatnya dan menyusul Ely.
Rayhan menatap Alvin tajam.
Alvin yang paham maksudnya segera menghubungi pihak keamanan. Rayhan memberinya kode untuk meminta bantuan agar bisa membantu Aqilla.
Rayhan, Robert, dan Alvin ikut berlari keluar. Setibanya di lobby, mereka melihat Aqilla dan Ely tengah menghadang lelaki yang dikira adalah Lexi.
“So, this is you?!” geram Lexi.
Aqilla tersenyum remeh. “Yeah.. we are looking for you, Mr. Lexi.”
“Up here,” sambung Ely.
Lexi menggeram. Giginya menggertak kesal. Tak ingin membuang waktu, Lexi menyerang Aqilla yang segera dihadang oleh Ely.
Ely melawan Lexi sekuat tenaga. Ia merunduk ketika sebuah tendangan atas terarah ke arahnya. Gadis itu melayangkan tinjuan ke wajah Lexi. Sayangnya, lelaki itu bisa mengelak ke samping.
Pertarungan itu diperhatikan lamat-lamat oleh Aqilla. Senyum tipis terukir di bibirnya ketika mendapati peluang pada Lexi.
Hoo.. jadi kelemahan dia ada di paha kiri?
Rayhan, Robert, dan Alvin memperhatikan dari jauh. Mereka siap membantu jika situasi sudah di luar kendali. Hanya satu kali jentikan jari, pasukan yang Alvin siapkan akan bergerak membantu.
“Kenapa Aqilla tidak ikut menyerang?” gumam Rayhan heran.
“Sepertinya Nona Aqilla sedang mengamati buronan itu, Tuan,” jawab Alvin usai memperhatikan pergerakan Aqilla.
“Mengamati?” ulang Robert.
Alvin mengangguk. “Nona Aqilla dan Nona Ely sepertinya sudah mengatur strategi. Nona Ely akan menyerang lebih dulu, sementara Nona Aqilla mengamati gaya bertarung lawan dan mencari titik lemah. Itu menurut pengamatan saya, Tuan.”
Karena perkelahian antara Ely dan Lexi, beberapa karyawan RH Group tertarik untuk melihat. Mereka mencari celah sekecil apa pun agar dapat menonton aksi di depan kantor.
Bahkan, beberapa dari mereka menahan napas di tenggorokan. Haha.. Aqilla dan Ely yang bertarung, kenapa mereka yang merinding takut?
Bugh!
“Akh! Sshh..” rintih Ely ketika Lexi berhasil menendang perutnya.
Aqilla tersenyum sinis. “You deserve to be called a fugitive level B, Mr.”
Lexi berdesis mendengar hal tersebut. Tak perlu pikir panjang, ia berlari menerjang Aqilla dan bersiap untuk menendang kuat.
Bugh!
Deg!
Lexi terkejut bukan main. Aqilla bergeming di posisinya, tidak bergeser sama sekali, ketika Lexi menendangnya kuat sekali. Aqilla diam di tempat dengan sebelah tangan yang menahan kaki Lexi.
Gadis itu tersenyum miring. “Why, Mr? Are you surprised?”
Rayhan dan Robert yang melihat itu membelalakkan mata. Bagaimana bisa Aqilla menahan tendangan Lexi hanya dengan satu tangan? Bahkan, tubuhnya tidak bergeser sama sekali!
Hah! Rayhan tercengang!
Aqilla menendang Lexi dari samping hingga tubuhnya terpelanting jauh. Orang-orang yang melihat hal tersebut langsung tercekat napasnya. Mereka menatap ngeri sosok Aqilla yang nampak anggun di luar, namun memiliki kekuatan iblis di dalam.
Lexi batuk berdarah. Tubuhnya terasa remuk hanya karena tendangan dari Aqilla. “Damn it!” umpatnya.
Ely berusaha bangun, lantas ia memborgol Lexi dan membawanya ke mobil usai memukul tengkuknya hingga pingsan. Aqilla bernapas lega, tugasnya di Indonesia sudah selesai.
Itu artinya aku harus kembali ke Kanada, ya?
“Nona! Nona!”
Aqilla tersadarkan. Ia menatap bingung pada segerombolan orang yang berlari mendekat dengan kamera dan microphone. Itu wartawan, kah?
Mungkin kehebohan yang tercipta sebelumnya memancing para wartawan. Berita apa pun tentang RH Group memang selalu menguntungkan.
“Nona, apa yang terjadi barusan?” tanya salah satu dari wartawan.
“Kenapa ada perkelahian di depan RH Group?”
“Apakah laki-laki tadi orang jahat?”
“Apakah laki-laki tadi berasal dari RH Group, Nona?”
“Apa yang terjadi sebenarnya?”
“Nona, tolong jawab pertanyaan kami...”
“Nona...”
“Nona..”
“DIAM!”
Semua wartawan itu terpelonjat kaget. Mereka menatap Aqilla takut-takut. Ekspresi yang Aqilla tunjukkan berubah drastis. Menyeramkan.
Rayhan dan Robert bergegas menghampiri diikuti oleh Alvin. Jika para wartawan memberitakan hal-hal yang tidak benar, maka reputasi perusahaannya akan kacau.
“Saya Nona Qaill dari kepolisian Nasional,” ucap Aqilla memperkenalkan diri seraya menunjukkan lencana khusus miliknya. “Saya akan menjawab pertanyaan kalian. Tapi, tolong! Satu per satu! Saya hanya manusia yang punya dua telinga! Mana bisa mendengar ocehan kereta kalian!”
“Pfffttt...” Salah satu kamerawan yang ada hampir terbahak mendengar kalimat Aqilla. Namun, ia tahan sekuat mungkin.
“Laki-laki tadi merupakan buronan internasional asal Inggris. Dia kabur dari tahanan dan datang ke negara ini. Selama di Indonesia, laki-laki itu memalsukan identitasnya agar bisa berbaur dengan orang-orang di sini.” Aqilla menghela napas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. “Maka dari itu, saya tegaskan, RH Group tidak ada hubungannya dengan masalah ini!”
“Laki-laki tadi masuk ke dalam perusahaan ini dengan identitas palsu. Untuk melacak keberadaan laki-laki itu, pihak kami membutuhkan waktu berbulan-bulan. Jadi, maklum saja jika perusahaan ini tidak mengetahui tentang ini. Ditambah lagi, RH Group memang sedang sibuk-sibuknya. Jadi, para wartawan semua...”
Aqia tersenyum devil. Seketika membuat semua wartawan membeku tubuhnya.
“Jika kalian ingin memberitakan soal ini, jangan pernah membuat berita yang menjatuhkan RH Group karena pihak mereka sama sekali tidak salah. Seandainya, berita seperti itu tersebar dan saya tahu siapa pelakunya, maka....”
Aqilla mengepalkan tangannya hingga berbunyi retak. “Kalian berurusan dengan saya..”
Glek!
Spontan semua wartawan tadi mengangguk patuh. Aqilla memberi tanda agar mereka semua pergi. Lagi-lagi, mereka menurut tanpa membantah sama sekali.
Aqilla berbalik, menghampiri Rayhan, Robert, dan Alvin yang tersenyum lega. “Terima kasih atas bantuannya, Tuan.”
“Sama-sama, Qilla. Senang bisa membantumu,” balas Rayhan tulus. Ah, aku jadi semakin tertarik padanya. Tidak-tidak! Mungkin aku sudah menyukainya.
“Tenang saja, reputasi RH Group akan tetap baik-baik saja.”
Rayhan mengangguk pelan. Ia bergerak maju tanpa sadar dan menarik tubuh Aqilla ke dalam pelukan. Semua karyawan yang melihat menahan napas seketika.
“Kamu hebat sekali,” puji Rayhan seraya mengeratkan pelukan.
“Terima kasih, Tuan Muda. Tuan juga hebat, kok.”
Ya ampun, kenapa rasanya senang sekali, sih?
“Ray?! Rayhan! RAYHAN!!”
Rayhan terkejut. Sontak ia melepas pelukannya dengan muka linglung. Ja–jadi, tadi dia tidak memeluk Aqilla? Dia memeluk Robert?! Papinya sendiri?!
Huaaa... aku tidak terima! Kenapa cuma mimpi?!!
“Kamu ini apa-apaan, sih?” decak Robert geli. Tingkah putranya sangat aneh.
Rayhan hanya cengengesan untuk menanggapi papinya. “Qilla mana, Pi?”
“Sudah pergi barusan.”
Bibir Rayhan mengerucut. “Kan, Ray masih mau peluk. Kok, sudah pulang?”
^^^To be continue...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Norfadilah
Kaciaan....🤣🤣
2023-06-26
1
Icha Santana
yaaahh aku jg kcewa...knapa bukan qilla yg dpeluk
2022-04-15
1
Icha Santana
cieee..cewe gini nih yg layak dibucinin sm km Ray
2022-04-15
1