Only You
Aku ingin dari ribuan harapan yang aku miliki tentang hidup ini, keinginanku tentang dirimu adalah harapanku yang utama. Aku berharap kita bisa selalu bersama...
Aaaaaaa!!!!!! Teriak seseorang pemuda, hatinya hancur, tepatnya dunia-nya yang hancur. Tak lama, muncul seorang wanita dengan dress hitam polkadot berlari kearahnya, menyebutkan namanya dengan penuh penyesalan..
"Dino! Dino! Please! kasih aku kesempatan.." ucapnya memohon kepada Dino. Dino sudah sangat kecewa dengan semuanya. Ia menghempaskan, tangan wanita itu. Ia meminta wanita itu berdiri dan menatap matanya.
"Jika itu aku! Apakah kamu akan memaafkan aku!" bentaknya.
"Din, Apakah jika aku melakukan hal itu, kamu akan memaafkan ku?" ucap Naomi ...
Aku menatapnya dengan amarah yang begitu besar dengan mudahnya mengatakan itu. Aku benci kata-kata itu keluar dari mulutnya. Aku tak ingin mendengarnya. Aku tak ingin dia berbicara apapun yang membuat hati ini goyah.
Dino tak pernah membayangkan hal ini terjadi dalam hidupnya. Dua kenyataan pahit dalam hidupnya. Kehilangan seseorang dan sebuah kenyataan pahit yang menghancurkan hatinya. Kepedihannya tak sampai disitu ketika suatu rahasia terkuak, ia justru akan kehilangan sesuatu yang selama ini dipertahankannya. Apakah rahasia itu?
------
SMA PUTRA BANGSA.
"Din, apa yang akan kamu lakukan kalau kita udah dewasa nanti?" tanya Naomi semaring memandang kertas ulangannya yang penuh dengan coretan spidol merah sementara lembar ujian Dino terlihat sangat bersih tanpa ada cela yang ada hanya angka 100 dikotak nilai.
"Aku mau kuliah, kerja, terus meneruskan usaha papa aku." Balasnya santai tanpa sambil memutar pulpen yang ada ditangannya.
"Terus kita gimana?" Celetuk Naomi yang kini mengarahkan seluruh pandangannya pada Dino yang masih sibuk melihat LKS Fisikanya.
"Kelanjutan hubungan kita No." Naomi menggoyangkan tangan Dino.
"Apa sih Nom." Dino risih, lalu berbalik menatap kepada Naomi. Dia mengetuk dahi Naomi dengan pulpen yang ada di kanannya. "Besok pulang sekolah aku bantu kerjakan ulang soal ini." Naomi kesal dengan jawaban yang diterimanya. What! Nanya apa dibalas apa? Dino nyebelin banget sih. Naomi mulai memasang tampang bete pada Dino. Dino lalu menepuk bahu Naomi seperti orang yang sedang menawarkan challenge.
"Kalau mau jadi my future wife, gak boleh dapat nilai 40 kayak gini." Dino lalu membalikkan kertas ulangan Naomi.
"Baca baik-baik soalnya dan ulangi cara kerjanya. Baca buku catatan aku." Dino lalu memberikan buku catatan matematika pada Naomi.
"Dino!" Balas Naomi kesal. Dia lalu menarik lembar ujiannya untuk merobeknya. Dia paling benci pelajaran matematika sementara pacarnya adalah salah satu peserta olimpiade MIPA.
"Bisa sih kamu jadi pacarnya?" tanya salah satu murid cewek di sana.
"Belajar ya ng bener jangan bikin malu Dino!" tambah yang lain. Ucapan-ucapan itu harus selalu diterima Naomi semenjak ia melangkahkan kakinya di sekolah paling ternama di Jakarta, SMA Putra Bangsa. Kenyataan ini harus diterimanya karena dia adalah pacar dari Dino cowok paling populer karena kepintaran dan sikapnya yang baik, sopan namun dingin. Hal ini menjadi daya tarik dia bagi cewek-cewek disekolah. Tak hanya adik kelas bahkan kakak kelas sementara dia terkenal sebagai cewek yang berbeda 360 derajat dari Dino. Dino yang tinggi harus berusaha menyeimbangi Naomi yang pendek dan kecil. Dino juga harus menyiapkan waktu khusus untuk mengajari Naomi beberapa pelajaran yang berhubungan dengan hitungan. Namun Naomi punya satu hal yang gak dimiliki oleh orang lain, dia mahir membuat tembikar dan menari. Dia masuk kedalam kelompok teater di sekolahnya.
"Lo ngelakuin apa sampai Dino mau jadi pacar Lo?" tambah yang lain.
"Stop ya! Kalian iri ya karena Dino pacar aku!" Teriaknya melawan mereka semua. Salah seorang dari mereka kemudian mendorongnya dari belakang kemudian mengambil kertas ulangan itu lalu menjadikannya lelucon.
"Gila 40 cuy!" Ledek salah satu dari mereka lalu merobeknya menjadi 4 bagian. "Nih ambil kertas ujian Lo!" Ucap Meisye cewek yang sok populer, ia adalah salah satu kakak kelas yang mengejar Dino. Ia melemparkan kertas itu kearah Naomi. Tak disangka ternyata di kertas ulangan itu ada pesan yang ditulis Dino untuk Naomi. Ketika melihatnya Naomi meneteskan air mata, mengapa aku harus diam seperti ini?
Ia mengambil potongan kertas itu dan memasukkannya kedalam kantong celananya lalu mendorong Meisye sehingga pertengkaran pecah di perpustakaan.
"Din, cewek lo berantem tuh di Perpustakaan sama si Meisye." Ucap Dika salah satu orang paling comel disekolah sambil menghela napasnya setelah berlari jauh mencari Dino.
"Naomi berantem?" Dino langsung berlari meninggalkan kertas pengumuman yang seharusnya dia tempel di papan pengumuman OSIS.
" Vi, liat Naomi katanya tadi dia diruang BP tapi pas aku datang dia udah gak ada?" Tanya Dino panik mencari Naomi.
"Gak tahu, Dino" Balas Vivi yang adalah sahabat Naomi. Mereka berdua sama-sama kutu buku. "Thanks ya!" balas Dino lalu pergi mencari Naomi ke setiap lorong sekolah.
"Nom, akhirnya aku ketemu juga sama kamu." Ia melihat Naomi sedang membersihkan lantai sekolah dengan sapu, ember berisi air dan juga tongkat pel yang masih menempel di salah satu sudut dinding.
"Kamu kenapa berantem Nom?" tanya Dino namun tak digubris oleh Naomi, dia terus menyapu lantai berulang kali di posisi yang sama. Dino kembali bertanya namun tak digubris. "Aku yang salah jadi aku pantes menerimanya." balas Naomi dingin dan ketus padanya. Dino tahu Naomi sangat kesal.
Mendengar itu, Ekspresi Dino berubah dari kuatir menjadi sedikit bete. Dino paling tidak suka dengan jawaban Naomi yang jutek padanya. Dino datang untuk membantu Naomi, ia sangat menghawatirkan pacarnya. Ia tahu Naomi marah dari pada mereka berantem lebih baik ia memberi Naomi waktu sendiri, sebelum pergi "Nomi, yang aku tanya kenapa kamu berantem bukannya penyataan rasa bersalah kamu yang konyol seperti itu. Kalau kamu benar memang harusnya kamu lawan tapi bukan dengan tindakan konyol berantem di sekolah."
"Mereka, bilang aku gak pantas untuk kamu Din." Dino lalu berbalik dan mengambil kain pel itu lalu membantu Naomi.
"Selesaikan ini sebelum aku masuk kelas." Dino meminta Naomi memegang tongkat pel.
"Hari ini sampai jam berapa?" Tanya Naomi.
"Sampai jam 4, tunggu aku di Perpustakaan ya." Naomi mengangguk lalu mereka kembali bekerja.
Dino menghampiri Naomi yang tertidur di Perpustakaan setelah lama menunggu Dino. Kedua matanya saling bertatapan wajah Dino dan Naomi hanya terpaut 15 CM. Dino lalu mengecup dahinya. Naomi bisa merasakan hembusan napas Dino serta tubuhnya yang menjadi hangat karena jaket Dino yang menyelimuti tubuhnya lalu wajah itu lama kelamaan menghilang.
"Dino" teriak Naomi.
Ia melihat jamnya dan sudah menunjukkan pukul 6 sore. "Aduh! Gawat jangan-jangan Dino udah pulang. Kertas yang robek tadi kok ilang." Naomi mencari robekan kertas ulangannya.
"Kamu cari ini! sudah mimpi sampai mana?" Balas Dino.
"Eh Dino" Naomi tersenyum malu. "Aku tadi mimpi kita menikah Dino." Balas Naomi malu.
"Cepat, aku udah lapar!" Bentak Dino.
------
"Din, kita ke bukit bintang yuk!" Ajak Naomi menarik tangan Dino yang dalam keadaan lapar berat.
"Kamu kenapa sih marah terus. Abis ini kita cari makan deh. Udah lama kita gak kesini No." Ucap Naomi sambil memeluk tangan Dino.
"Aku lapar! Malah kesini! Nyetir aja udah buang energi." Balas Dino ketus.
"Ahh, kamu gitu. Kamu tahu gak tadi waktu berantem sama Meisye, aku ingat waktu kamu bilang kalau aku memiliki kamu." Ucap Naomi sambil berjalan ke menuju bagian depan mobil BMW X5 milik Dino.
"Aku bilang kamu milik aku selamanya." Teriak Naomi. "Aaa! Aku suka dan cinta sama kamu Dino." Naomi menunjuk ke Dino. Dino lalu menghampiri Naomi, "Nom, kamu harus hilangin kata-kata ini dalam hidup kamu. Aku tidak pantas karena kamu lebih dari pantas." Dino langsung mengendong Naomi keatas engine hood mobilnya lalu mengatakan, "Jangan takut, Nom aku akan mewujudkan mimpi kamu karena aku paling suka Naomi." Dino lalu mengecup bibir Naomi lembut.
"Kenapa muka kamu merah gitu?" tanya Dino mengakhiri kecupan manis itu. Seolah tak sabar Dino lalu mendekatkan wajahnya ke Naomi seperti ingin melanjutkan apa yang terputus. Naomi lalu menutup matanya, "Ayo kapan mau beli makan? Aku lapar!" Ucap Dino lalu meninggalkan Naomi untuk masuk ke mobil.
Selalu merusak suasana ucap Naomi dalam hatinya. Dino menekan klakson mobilnya, "Ayo!"
"Iya!" teriak Naomi
Sesampainya di Panti asuhan, tempatnya tinggal bersama dengan 20 anak lain dari rentang usia 5-18 tahun. Ia kembali membuka kertas yang sudah di sambung kembali dengan selotip meskipun tidak sempurna. Ia tersenyum tak kala membaca kalimat yang tulis Dino untuknya.
"Semangat Naomi, kalau kamu tidak berbakat dalam bidang ini ketika kamu sudah berjuang tapi kamu akan berhasil di bidang yang lainnya." kalimat ini tertulis dekat kotak nilai ulangannya. Diakhir kalimat itu juga ada anak panah yang mengarah ke angka 40 dan emoticon senyum dan orang semangat.
Dihalaman selanjutnya, Dino menyelipkan kertas isinya ada gambar emoticon semangat dan tertulis. Be yourself!
Naomi sangat senang, ia menjadi bersemangat. Tak lupa ia memeluk foto yang selalu dipajangnya. Foto dia ketika lulus SMP bersama Dino. Di foto tersebut juga ada Oma asuhnya (pemilik panti), keluarga Dino dan juga Milka adik kesayangannya.
--- flashback
"Nom, kenapa kamu nangis?" Tanya Dino mengenakan seragam soccer sekolahnya bertuliskan SMP Putra Bangsa." Naomi memperlihatkan sebuah tempat makan kosong yang berada dalam pelukannya.
" Kok gak ada isinya?" Tanya Dino bingung sambil mengelap keringat di kepalanya.
"Jatuh tadi karena tersandung." Balas Naomi. Dino lalu memeriksa tangannya lalu tersenyum sambil menghela napasnya. "Jangan belajar jadi pembohong." Ucapnya sambil membersihkan lutut dan tangan Naomi dari sisa tanah menempel.
"Siapa yang dorong kamu?" Tanya Dino langsung. "Bukan aku jatuh sendiri terus lutut aku kena." Bela Naomi
"Sampai rok belakangnya kotor? Sampai kacamata kamu rusak begini?" Dino mengeluarkan kacamata yang dia temukan didekat bangku taman sebelum ia menghampiri Naomi yang duduk sambil menangis.
"Nom, kamu gak perlu nangis buat mereka yang iri sama kamu. Kamu itu berharga, meskipun kamu gak menonjol dalam pelajaran sekolah pasti ada talenta lain yang hanya kamu yang bisa. Kamu memiliki aku. Aku gak akan biarkan mereka mengulanginya lagi. Lawan mereka kalau kamu gak pernah melakukan hal buruk pada mereka." Dino lalu mengusap air mata Naomi lalu memeluknya.
"Dino jangan pernah tinggalkan aku ya." Pinta Naomi.
"Sampai sekarang belum kepikiran, Mom." Ucap Dino. Naomi kembali menangis, " Makan ice-cream yuk!" Ajak Dino, ia lalu mengandeng tangan Naomi pergi dari taman itu.
"Selamat ya, aku liat kamu berhasil memasukkan bola 2X ke gawang 8C." Ucap Naomi. "Auu! Silau banget, Din" keluh Naomi tiba-tiba bayangan Dino menghilang.
Ia mulai bergeliat, jendela kamarnya juga terbuka secara otomatis sehingga cahaya matahari masuk dan menerangi kamarnya. Tak lama jam alarm berbunyi, jam menunjukkam pukul 07.30 pagi. OMG! Ini siang!
"Naomi, jam tangan aku mana ya?" Tanya Dino sambil merapikan bajunya. Ia juga bertanya pada Naomi, warna dasi apa yang kira-kira cocok dengannya.
"Ini Din. Biru Dongker cocok." Naomi memberikan jam tangan yang Dino letakkan di meja makan setelah makan malam kemarin.
"Kamu mau sarapan dulu?" tanya Naomi masih mengunakan baju tidur hitam yang ditutupi kimono.
"Gak perlu, aku bisa sarapan di kantor." Jawabnya dingin sedingin kulkas dua pintu.
"Din, Minggu depan Vivi married. Kamu bisa datang bareng aku?" Ucapnya.
"Aku sibuk, kamu pergi sendiri aja." Dino lalu menutup pintu sebuah penthouse dan meninggalkan Naomi dengan segala kemewahan yang kosong.
Waktu terlalu cepat berlalu, kini aku tak lagi merasakan kehangatan saat itu- Naomi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Franda
lumayan seru ceritanya,
2023-04-25
0
Sunny
lanjut penulis, penasaran dibuatnya aku ..
2022-12-29
0
Happy
menarik awalnya
2022-12-01
0