BERUBAH

"Pagi Bibi" Sapa Milka memulai harinya.

"Bibi gak perlu lagi ketuk pintu aku. Aku sudah siap!" Lanjut Milka menuju ruang makan.

Di sana sudah ada mama dan papa, Dino yang sudah berpakaian rapi duduk menunggu Milka.

"Tumben Milka, udah siap, biasanya masih pake baju tidur." ledek Dino sambil mengoleskan selai coklat untuk Milka.

"Makan dulu rotinya, baru ngomong. Pinggiran rotinya sudah kakak buang ya." Milka tersenyum menerima roti buatan kakaknya itu.

"Mil, aku gak bisa antar kamu karena aku harus langsung pergi ke kantor. Pagi ini, kamu dianter oleh Pak Rahmat, dia udah nunggu didepan nanti aku bareng sama papa." Ucap Dino sedikit membuat Milka kecewa. Milka hanya mengangguk dan cemberut, dia jauh lebih suka diantar Dino dibandingkan diantar oleh supir.

"Non, udah siap?" Tanya Pak Rahmat padanya.

"Udah pak" Jawab Milka mengangguk.

"Non, ini dari Mas Dino" Pak Rahmat memberikanku sebuah kotak obat dengan tempelan note diatasnya, "Jangan terlalu cape dan lupa minum vitamin." Aku hanya bisa tertawa melihat kelakuan kakakku yang semakin aneh dan terlalu protektif dibandingkan biasanya begitupun juga dengan mama dan papa yang semakin aneh belakangan ini. Mereka memperlakukanku seakan aku seorang yang berpenyakitan, apa mungkin aku punya penyakit parah?

Milka mulai bertanya, "No! aku baik-baik saja, kakak bilang aku sehat dan dia tidak akan mungkin membohongiku." Ucap Milka menyakinkan dirinya. Hujan turun, rintiknya membasahi kaca mobilku, Milka membuka buku diary nya dan mulai menulis pengalamannya hari ini.

 -----

Dear Diary,

Kali ini aku ingin berbagi denganmu tentang seseorang yang terpenting dalam hidupku, kakakku seorang yang dulu menjadi kulit kepompong dan kini menjadi sayap kupu-kupu, dan uletnya adalah aku sedangkan sayap itu adalah kak Dino. Dia adalah kakak terbaik dalam hidupku, dia selalu menemaniku, mensupport ku bahkan disaat mama dan papa melarang ku, dia orang pertama yang tahu aku sedih, dia tahu apa yang aku mau dan dia segalanya untukku. Aku ingin dia bahagia, tersenyum, dan tertawa. Dia selalu tersenyum dan tertawa, seakan-akan tidak ada masalah meskipun aku tahu dalam hatinya menyimpan rasa sakit yang besar tentang hubungannya dengan Naomi, terkadang aku bertanya mengapa dia mempertahankan Kak Naomi, disaat dia tahu kak Naomi memiliki orang lain? apa mungkin ini yang namanya cinta. Apakah cinta itu harus menyakitkan seperti itu? Tulisnya dalam buku diary nya.

 ------

"Aduh! Pala ku pusing banget, kenapa ya belakangan ini tambah sakit? Aku juga jadi sering mimisan." Pandangan di depanku mulai , memudar dan berbayang lalu gelap menyelimuti ku. Ponsel Milka terus bergetar, seseorang yang sedari tadi mencoba menghubunginya dengan tatapan bahagia.

"Milka, kamu dimana sih, angkat dong, kelas udah mau masuk nih." Bobby cemas karena Milka juga belum datang.

Sementara, suster dan perawat lainnya mendorong kasur pasien memasuki ruang tindakan darurat. Infus, dan obat lainnya pun dipersiapkan, dokter rudi datang dengan muka yang panik dan cemas.

"Dodi, Gimana kondisi Milka ?" tanya Hendrik

"Hen, kita harus berdoa untuk kondisi Milka, kita hanya bisa berusaha tapi Tuhan yang menentukan semuanya." Dodi menepuk pundak Hendrik. Tak lama kemudian, Dino datang disusul oleh Naomi, "Pa, Gimana Milka?"

"Sum-sum tulang kita gak cocok dengan Milka." Ratih mengucapkannya dengan berat hati, air matanya tumpah, Hendrik coba membuatnya tenang.

"Apa" Dino terpaku.

"Kalau Naomi tante?" Tanya Naomi sambil mengelus penggung Dino. Ratih menggeleng.

"Milka dimana sih, gak biasanya dia gak telpon balik, gak masuk juga lagi?" Keluh Bobby saat sedang mendribel bolanya menuju ring basket.

"Suka main basket juga lo?" Tanya salah pentolan tim basket disekolah yang tampangnya ngeselin dan urakan.

"Lo pacar Milka?" tanyanya lalu mendorong Bobby jatuh.

"Hey, lo santai dong" bela Daksa sahabat. Lelaki berbadan kekar yang terkenal playboy namun dia tidak pernah

Bobby, "Stop" Bobby menahan Daksa

"iya, aku memang pacar Milka, kenapa? apa ada yang salah?" Balas Bobby santai. Ia tidak ingin membuang waktu meladeni seorang pembuat masalah. "Kenalkan aku Bobby pacar Milka, kamu siapa? pengagum rahasianya? orang yang suka ngirimin puisi buat dia, bunga, coklat? TONI !!!" Lanjut Bobby tegas.

"Iya, gw memang pengagumnya Milka sejak SMP dulu, puas l !" Toni menantang Bobby.

"Gw tahu kok lo tuh orang aneh yang takut sama keramaian, berani lo terima tantangan gw kita main basket, duel" Tantang dia lagi.

Ekspresi Bobby berubah dia mulai takut sedangkan tampang Toni senang, dia tahu Bobby pasti tidak akan mau menerimanya.

"Kalau gw menang, Milka buat gw!" Tantang Toni lagi.

"Ok, gw terima tantangan lo! " Bobby dengan pede menerimanya.

"Bob" Ucap Daksa.

"Ok! Deal!" Balas Bobby.

Semua anak memasuki arena pertandingan dengan euphoria, ada cheers, ada tim majalah, dll. Bobby mulai kehilangan konsentrasinya, babak pertama berlalu, hasilnya 19 untuk toni dan 5 untuk bobby, dia mulai merasa sesak nafas dan pusing, dia merasa ingin muntah. Toni melihat padanya, Daksa juga panik dan ingin segera mengakhirinya. "MILKA, I will do everything to You!" Bobby pun menarik nafasnya panjang, merentangkan tangannya, lalu dia berteriak I CAN! Sama seperti yang milka ajarkan padanya.

Dia masuk ke arena dan mulai bertanding dalam hatinya selalu berkata I CAN dan semua berlalu, skor berbalik dan pada akhirnya waktu membuktikan Bobby lah pemenang sesungguhnya. Toni pun terlihat kesal, "Toni, mau tahu satu rahasia tentang aku, yang pasti bakalan sangat menghibur".Toni berbalik begitupun teman-teman lainnya.

"Tahu kenapa Milka gak pernah bilang terima kasih ke kamu? Ton, semua yang kamu kasi ke dia aku buang!!" Ucap Bobby membuat Toni geram. Toni lalu berlari hendak memukulnya, dia mengarahkan pukulannya, namun dengan sekejap berbalik jadi tangan dia yang dipelintir oleh Bobby.

"Aku bukan orang lemah untuk kamu tindas, paham!" Dia pun mendorong Toni jatuh ke lantai.

1 minggu berlalu dan Bobby masih mencari dimana Milka. Dia berkeliling dari tempat les, sudut sekolah, taman. Gak ada kabar ataupun kabar, sekolah memberitahunya bahwa Milka sakit tapi dia gak tahu harus kemana menjenguk Milka?

Sahabat Milka juga diam dan menutup rapat mulut mereka. Milka kamu dimana? aku kangen Ucap Bobby.

"Kak, Milka mau muntah" Ucap Milka lemas.

"Bentar ya Milka." Dino lalu mengambil ember dan Milka muntah. Tak tega melihat adiknya, Dino membantu dan mengelap mulut Milka.

"Kak, badan milka lemes, sebenarnya milka sakit apa sih ? kenapa milka harus disuntik lagi, dan ini bikin milka tambah sakit."

Dino mencoba menahan air matanya, "Milka gak sakit apa-apa, mulai sekarang vitamin untuk Milka lebih banyak dan harus istirahat."

Tiba-tiba Milka muntah lagi di baju Dino, "Maaf kak." Dino lalu mengelus punggung Milka," Masih mau muntah, gak masalah kok Milka" Dia kembali mengelap mulut Milka dan mencium keningnya.

"It's ok" Ucapnya.

Santi, masuk dan membawakan makanan untuk Milka. "Milka hari ini menunya sup ya" Ucap Santi lalu mempersiapkan makanan itu.

"Kak Dino kenapa?" Milka terlihat panik melihat sang kakak mual-mual setelah Santi membuka sup nya. Dino menutup mulutnya rapat-rapat, "Suster, bawa keluar suster. Saya gak tahan baunya." Dino langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Kenapa aku belakangan ini suka mual-mual kayak gini ya. Sebaiknya aku periksa ke dokter.

Dia lalu membersihkan dan mengganti pakaiannya. Dia melihat Milka dari jauh, ia ingat perkataan dokter tentang kondisinya. Dia menangis melihat adiknya.

Milka maafkan kakak, kakak cuman gak mau kamu lebih drop lagi, Milka kamu harus bertahan ya, kakak akan cari sumsum yang cocok untuk kamu. Kemana pun pasti akan kakak cari, andai aja kakak bisa mengambil rasa sakit itu Milka. Ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, rambut milka yang dipungutnya tadi, digenggamnya rambut milka, lalu dia buang ke toilet.

"Milka, Kakak ke kantor dulu ya." Ucap Dino menitipkan adiknya pada Santi. Sebelum dia sampai di kantor, ia selalu mampir untuk membeli sesuatu, Egg Fish Sandwich salah satu makanan kesukaan Naomi. Meski begitu, Dino tetap memperhatikan Naomi, hanya di bibir ia tak peduli tapi gesture tubuhnya dan hatinya selalu mengingat Naomi.

Sesampainya ia di Egg fish Sandwich, dan membuka pintu mobilnya. Tak sengaja ia menabrak dan menyenggol seorang ibu, "maaf bu..." ucapnya. Ternyata ibu itu juga membawa seorang anak yang menghampirinya. "Anak muda, saya tahu kamu kaya tapi hati2 dong." ucap ibu itu marah-marah. Dino heran melihat ibu itu, jelas-jelas dia yang menyenggol kenapa dia juga yang marah. Tapi, melihat anak kecil itu, hatinya terenyuh dan akhirnya dia mengalah. "Bu, saya minta maaf.. Terutama anak ibu, dia sangat manis.." tiba-tiba wajah dan raut ekspresinya berubah. "Saya, rasa kamu sudah cocok jadi seorang ayah." ucapnya spontan.

"Bu, saya belum menikah bagaimana mungkin saya punya anak." ucapnya tertawa. "Sebentar lagi pasti.. wanita yang kamu cintai sedang mengandung." balasnya namun Dino tetap tersenyum seperti biasanya. Ia pun masuk ke toko dan memesan seperti biasa. Sangking, seringnya orangnya pun sudah terbiasa dan hafal dengan pesanan Dino.

"Hallo, Kak Dino. Pesanan seperti biasa? 2 Egg Fish Sandwich. Ada tambahan lagi?" Ucap penjaga kasir, yang sudah sangat hafal dengan wajah Dino, kesukaan dan apa yang akan di pesannya.

"Aku mau Taro latte." Jawabnya membuat penjaga cafe itu heran, karena setiap dino datang ia tidak pernah memesan Taro latte, tetapi Naomi kekasihnya memang menyukai Taro. Dino juga terkenal baik karena, dia selalu memberikan tips besar untuk penjaganya. Bahkan membuat, penjaganya salting dan jatuh cinta padanya.

Sebelum memasukkan pesanan itu, penjaga itu memastikan dan mengkonfirmasi lebih dulu pada Dino, "Kakak yakin? Bukannya dulu Kakak muntah gara-gara minum itu?" Ucap penjaga cafe itu meyakinkan Dino.

"Iya, hari ini aku pengen itu. Pesankan satu dan satunya matcha latte." Dino lalu menunggu pesannya. Ia mencoba menghubungi Naomi tapi tidak ada balasan.

"Kemana Naomi sudah hampir 2 Minggu kita gak ketemu. Apa dia marah karena aku meninggalkan dia begitu saja malam itu?" Tanyanya sendiri.

Sesampainya ia di Kantor, dan melihat Naomi masuk ke dalam gedung bersama teman-temannya yang lain.

"Pagi, Pak Dino." Sapa semua karyawan hormat padanya, kadang juga segan karena posisinya.

"Pagi, Bu Sari. Dimana Naomi?" Tanyanya, meletakkan semua yang ia bawa di atas meja kerjanya.

"Pak Dino tunggu!" Teriak Bu Sari seperti meneriaki orang yang ingin jatuh.

"Kenapa Bu?" Sari langsung bingung dan buru-buru membawa minuman itu pergi. "Loh! Kenapa Bu? Itu minuman saya." Dino meminta Bu Sari untuk membawanya kembali.

"Pak, itu minuman rasa taro, talas. Dulu bapak minum langsung muntah Pak." Sambil menggambarkan orang muntah dengan tangannya.

"Pak siapa yang berani kasih minuman ini ke bapak. Biar saya marahi, bapak gak suka sama talas paling benci sama ini." Dia langsung melipat pakaiannya siap untuk menegur keras seseorang. "OB! ini pasti." Tuduhnya langsung.

"Bukan Bu, saya sendiri yang beli. Kalau Naomi datang suruh langsung ke ruangan saya." Ungkapnya membuat Bu Sari terperangah mendengarnya. "Pak Dino pesan minuman yang dia benci? Kok bisa?" Tanyanya bingung.

"Pagi Pak Dino, Bapak mencari saya." Ucap Naomi. Mendengar kalimat itu, dia heran sejak kapan Naomi memanggilnya Bapak. Disitu masih ada Bu Sari yang sebenarnya adalah sekretaris utamanya. "Pak, laporan itu seharusnya .. Saya.." Dino meminta Bu Sari untuk keluar sebentar. Ia lalu meminta Naomi, mendekat. Namun Naomi enggan.

"Kenapa aku gak mendapatkan laporan dari kamu? Kamu bisa kerja gak? Jangan karen kamu pacar aku. Kamu bersikap kayak gini." Dino bertanya pada Naomi, wajah Naomi pucat sepertinya dia sakit.

"Duduk!" Perintah Dino. Tapi Naomi tidak bergerak. Kepalanya pusing. Naomi! Panggil Dino lagi.

"Naomi!" Dino langsung berlari. Naomi pingsan, dan beruntungnya tepat waktu menangkap Naomi. Muka Naomi terlihat pucat, dia langsung mengecek Naomi dan menanyakan keadaannya dalam keadaan panik. "Nom, kamu kenapa?" Dino menggenggam tangan Naomi. Naomi dalam keadaan yang lemas, mengatakan kepalanya pusing.

"Kita ke dokter ya?" Ajak Dino namun Naomi menolak. Dia takut sekali sama jarum suntik. Naomi belum tentu semua di suntik ucapnya.

"Mungkin, maag kamu kambuh, coba kamu makan dulu." Dia memberikan sandwich yang ia beli kepada Naomi. Tapi Naomi kembali menolak, karena ia selalu merasa mual setiap kali mencium bau Sandwich. "Nom, kamu kenapa?" masih memeluknya dengan erat.

"Gak mau, aku gak nafsu makan. Aku mau pulang aja." Ucap Naomi. Sontak Dino marah, ia kesal kalau Naomi sudah mulai ngeyel seperti Milka. "Naomi! kamu jangan seperti Milka ya. Kamu itu harus jaga badan. Kamu jangan sampai sakit. Siapa yang mau ngurusin kamu!" Bentak Dino dengan nada tinggi, kesal dan sepertinya tidak peduli. Kata-katanya terkesan dingin dan acuh pada Naomi. "Nom! Aku gak .." Bentaknya, tetapi kekesalan Dino luluh karena Naomi tiba-tiba di depan matanya menangis. Menangis tersedu-sedu "Kamu kenapa sih marah melulu. Kenapa kalau aku sakit, kamulah yang rawat!" Dia lalu cemberut lalu memakan sandwich itu.

"Naomi, kamu kenapa nangis? Aku gak marah kok." Balasnya. Dalam hatinya, Kenapa belakangan ini Naomi jadi sensitif banget ?

"Naomi, kamu mau kemana? Aku belum selesai!" Panggil Dino.

"Terserah aku mau kemana?" Teriak Naomi marah-marah. 180 derajat perubahan terjadi. Naomi pergi tanpa memandang Dino lebih dulu.

Mengapa tiba-tiba, perubahan ini begitu menyakitkan. Aku yang ternyata tidak biasa menerima perubahan Naomi.

Dino hanya bisa menatap Sandwich yang tidak tersentuh oleh Naomi. Padahal, dulu setiap kali mereka mampir di sana Naomi bisa pesan hampir 2 porsi. "Pak, abis ini bapak ada meeting dengan Bapak Hendrik." Sari masuk berpapasan dengan Naomi yang keluar dengan kesal.

Perubahan lainnya adalah Naomi yang menjadi lebih manja. Naomi menunggu Dino selesai dari meetingnya tanpa tahu meeting lain sudah menunggu Dino. Dino keluar dari pintu selatan tanpa bertemu Naomi. Setelah melihat Naomi, ia turun dari mobil dan menghampiri Naomi. Angin cukup kencang, langit mendung dan sepertinya akan turun hujan. Dino memberikan jaketnya dan memintanya untuk memakainya dan dengan cara yang dingin, ia meminta Naomi pulang sendiri. "Kamu pulang bareng temanmu, naik taksi" Balas Dino memberitahunya.

"Dino aku gak mau pulang naik taksi. Kamu kenapa sih Dino. Kalau kamu gak mau antar aku ya sudah gak perlu antar lagi." Ceplos Naomi emosi. Pasalnya, biasanya mereka selalu pulang bersama. "Naomi! jangan teriak-teriak! Kamu kenapa sih, sensitif banget. Apa-apa nangis, apa - apa ngambek!" Balas Dino kesal, meninggalkannya, dan tetap tidak mengantarkan Naomi pulang.

Setelah dua jam bergelut dengan meeting akhirnya Dino sampai di depan Naomi. Naomi hanya memandanginya, "Kamu gak masih tidak mengijinkan aku masuk?" Tanya Dino berdiri di depan Naomi.

"Kamu ada meeting lagi malam ini?" Tanyanya. "Aku lapar" Dino langsung masuk melewati Naomi. Naomi membantu Dino meletakkan jas dan membawakannya segelas kopi untuk membuat Dino lebih relax.

"So, bagaimana meetingnya?" Naomi memulai pembicaraan itu. "Aku yakin kamu sudah makan."

"You Right!" Dino lalu memeluk Naomi dan mulai berdiskusi soal pekerjaannya. Mereka selalu berdiskusi, Naomi teman yang baik untuk diajak bicara.

"Dino, aku mau selalu di dekatmu seperti ini." Ucap Naomi sambil mencium pipi Dino dari belakang dan memeluknya. Dino terlelap dengan tidurnya. Naomi sangat menyukai aroma tubuh Dino. Tiba-tiba, dia merasa mual.

"Naomi kamu kenapa? jangan-jangan lambungmu kumat." Ucapnya pada bayangan Naomi di cermin setelah membersihkan mulutnya dengan air.

"Din, kamu mau kemana?" Tanyanya melihat Dino sudah rapi dan siap pergi.

"Aku mau ke rumah sakit." Balas Dino, "Kamu lanjut aja istirahat." Dino lalu pergi begitu saja.

"Dino yang dingin kembali lagi!" Keluh Naomi terus merasa mual.

Tok ..tok..tok...

"Siapa itu!"

"Milka! Liat Kakak bawa yogurt kesukaan kamu." Teriak Dino ketika masuk ke ruangan Milka.

"Dino!" Naomi memeluk Dino erat. "Naomi, lepas aku gak bisa napas." Pinta Dino. Pelukan Naomi kuat sekali seperti di lem.

"Malam, Milka, Mas Dino!" Ucap Santi centil. Tumben ini nenek sihir ada disini katanya dalam hati.

"Suster, mau periksa Naomi?" Tanya Dino.

"Gak, mas saya mau anterin makanan buat mas dino" Santi lalu membuka kotak makan itu. Dino terlihat senang, dan mulai mencicipi masakan itu.

"Mas!! Dekat banget ya kalian. Sampai manggilnya Mas Dino. Suster, tahukan Mas Dino ini, pacar aku." Naomi lalu mendekati Dino dan mencium pipi kirinya lalu pipi kanannya Namun Dino menghindar. "Naomi, buat apa kamu kesini?" Tanya Dino jutek.

"Sudah baikan, bukannya tadi kamu masih sakit?" Tanya Dino.

"Aku mau nemenin kamu. aku masih pacar kamu kan?" Jawab Naomi.

"Naomi kenapa sih kamu ngomong gitu."Dino lalu melirik kepada suster Santi yang ada di sana. Dia tahu Naomi sedang cemburu.

"Nom, Lebih baik kamu pergi, aku lagi males bertengkar." Balas Dino lalu melanjutkan makannya. Naomi kesal mendengarnya lalu mengambil semua makanan itu dan membuangnya ke tong sampah. "Naomi!!" Teriak Dino

"Apa yang kamu lakukan, itu makanan, kenapa kamu buang, kamu tuh benar-benar gak bersyukur ya !" Dino kesal.

"Suster masakin itu buat aku." Tambahnya lagi.

Naomi lalu melempar kotak makan itu, "Naomi! Jaga sikap kamu, disini ada Milka. Bisa gak sih kamu bersikap lebih baik. Apa salah aku?". Naomi lalu menampar Dino.

"Naomi kenapa kamu nampar aku? Cuman karena aku masak makanan Suster Santi?" Naomi ingin menamparnya lagi. Dino menahan tangannya, "Naomi, jangan jadi perempuan kasar, kamu gak seperti ini."

Mata Naomi berkaca, "Kamu yang berubah, kamu yang buat aku kayak gini, kamu mau hukum aku, kamu bela suster ini, didepan pacar kamu ? kalau gitu putusin aku !" Teriak Naomi.

"Naomi, Milka lagi tidur!" Bentak Dino.

"Aku gak peduli !" Teriak Naomi lagi.

"Boleh aku minta putus?" Tanya Dino membuat Naomi terdiam dan senyum terindah di wajah Santi. Naomi tidak dapat berkata-kata dan dia memilih untuk keluar. "Suster, maaf ya. Suster bisa keluar milka butuh istirahat, saya harus keluar sebentar."

"Iya, mas" Santi bersikap manja, namun Dino tidak perduli.

"Jangan panggil saya Mas, cukup Dino." Dino memperingatkan Santi.

Naomi lari hingga dia jatuh karena high heelsnya, "Maaf Bu, kamu gak papa?" ucap Clever salah satu dokter magang di sana.

"Kaki kamu terkilir, saya bantu." Clever membantunya berdiri. Saat memegang nadinya, dia merasakan ada yang berbeda.

"Anda harus lebih berhati-hati, sudah berapa bulan?" Tanya Clever langsung pada Naomi, "Maksudnya dok?" Tanya Naomi balik.

"Lepaskan!" Ucap dino tegas dari jarak jauh. Naomi berpikir Dino pasti cemburu melihatnya dekat dengan pria lain, namun sikapnya yang kaku, dan dingin berhasil menutupi kecemburuannya.

Melihat kesempatan ini, dia sengaja memanasi Dino. Naomi meminta Clever untuk mengantarkannya pulang dengan memanfaatkan kakinya yang sakit. Naomi mengeluh kakinya tiba-tiba sakit oleh karena rasa bersalahnya Clever mengiyakan permintaan itu. 

Sial, kamu pikir kamu bisa memanasi aku dengan sikapmu itu Naomi. Aku gak akan pernah menunjukan bertapa marahnya aku saat ini dengan sikap childish mu itu. Dino mendekat, langkah sepatunya terdengar jelas, tampang charming nya membuat suster-suster terpesona. Mata Dino hanya tertuju pada Naomi dan kakinya, dia langsung memeluk pinggang gadisnya dengan gayanya yang cool, dia berkata "Saya yakin, istri anda pasti menunggu anda di rumah."

"Betul, Pak Dino" balas Clever.

"Kamu, kenal sama Pak Dino?" Tanya Clever cemas akan posisinya di kantor jika dia bermasalah dengan Dino.

"Anda, masih bertanya dia siapa? Dia ada disini dan saya didepan anda berarti kami punya hubungan, jangan dekati dia lagi." Balas Dino dingin. 

"Dino, kamu kenal dimana sama dia?" Naomi menarik lengan Dino.

"Apa sih!" Jawab Dino jutek, dia melihat muka Naomi cemberut dan ini hal yang paling dibenci Dino.

"Penting aku jawab, dia dokter magang disini!" Jawab Dino lalu mengendong Naomi didepannya dan mendudukkan dia di bangku. 

"Tadi dia bantu aku. Kamu tahu dia dari mana?" balas Naomi membuat Dino tertawa, dia membuka sepatunya dan memijit kakinya.

"Jawab dulu Dino" Naomi menghempaskan tangan Dino. Dino tak peduli dan berniat meninggalkannya. Suara perut Naomi terdengar, "Kamu mau makan apa?" Tanya Dino cool.

"Aku mau Jepang, abis ini kita ke sana. Jangan bertanya lagi dan diam" Dino lalu melanjutkan memijat kaki Naomi hingga dia berasa lebih baik dan memasangkan sepatunya kembali.

"Kok masih duduk aja sih, ayo" Ajak Dino jutek. Naomi hanya terdiam, melirik ke kakinya, dino pun jongkok lalu memberikan punggungnya. "Jawab dulu."

"BI Corporate adalah pemilik saham terbesar di rumah sakit ini. Puas kamu Naomi. Besok, jangan mau dipegang sama cowok itu lagi" ucap Dino.

"Why?" tanya Naomi sementara Dino diam. Naomi tak puas, Naomi lalu mencubit pipi Dino terus menerus. "Naomi cukup... " Dino menurunkan Naomi di bangku dekat lobby. "Kalau kamu masih mau jadi pacar aku, kamu lebih baik menjauh dari laki-laki lain. Jalan sendiri." kata-kata dino membuat naomi cemburu. "kamu cemburu?" kali ini jawaban Dino tidak main-main. Dino menarik tangan dan meminta Naomi menatapnya. Lalu berbisik di telinganya.

"Kalau ia, haruskah ku buat laki-laki itu pergi dari negara ini?" Naomi langsung tertegun mendengarnya. Dino melepaskan tangan Naomi. Ia pergi meninggalkan Naomi, mengambil mobilnya. "Ayo, Naomi ..." Seru Dino ditambah klakson mobilnya yang berbunyi terus. Setelah beberapa saat akhirnya Dino mengalah, ia keluar menghampiri Naomi dan memapahnya masuk. Memasangkan seat belt, memberinya kaca mata rayban untuk melindungi matanya. Dari jauh santi melihat keduanya dan menjadi semakin panas hatinya.

"Din, sejak kapan kamu suka makanan Jepang, bukannya paling anti sama makanan mentah?" Tanya Naomi.

"Entah, aku ingin makan itu." Balas Dino. Naomi memeluknya.

TOK.. TOK.. TOKK.. 

"Bibi, aku udah siap, gak usah diketuk lagi pintunya" teriak Milka dari dalam. Dino muncul dari balik pintu.

"Aduh, adik aku kayaknya udah berubah nih, jadi lebih rajin, selalu bangun pagi, selalu ceria, tapi tetep rajin minum obat?" milka malu.

"Ayo turun, kakak antar kamu sekolah" Dino lalu merangkul adiknya.

"Milka, hati-hati ya" Ucap Dino sebelum melepas Milka turun mobil lalu membuka kunci mobilnya. Siapa cowok itu? dia siapa? pacar Milka? kok Milka gak pernah ngomong? Dino melihat Milka bersama dengan Bobby. 

"Kamu kemana aja sih, aku kangen, aku cariin kamu kemana-mana?" Tanya bobby

"Tapi kamu tambah kurus ya, kamu sakit ya, loh rambut kok banyak banget yang rontok?" Bobby melihat tangannya yang baru saja mengelus rambut milka. "kan pertumbuhan" Jawab Milka. 

Aku merasa ada yang berubah dari tubuhku, terkadang aku terlalu lemah, bahkan untuk mengangkat tanganku aku tak bertenaga, tubuhku mulai berubah, apa yang terjadi ? 

"Eh, Milka lo kurusan? Tanya Daksa.

"Muka lo ya pucat gitu?"  Tambahnya. Milka hanya bisa diam dan mulai berpikir tentang apa yang diucapkan teman-temannya.

"Eh, Milka lo tahu gak kemarin Bobby tanding lo basket sama Toni, buat lo, dia bilang Bobby itu fobia sama keramaian tapi kemarin itu rame banget lo, dan Bobby baik-baik aja tuh" Ucap Angelica

"Oh ya, kamu bisa main basket?"

"Tanding buat aku, didepan orang banyak?" Tanya Milka bertubi-tubi

"Yes, for you i will do" Ucap Bobby.

"Cieee, sok romantis lo, Bob" Teriak Daksa

"Loh, Mil, hidung kamu mimisan, kamu gak papa" tanya Bobby panik. Milka hanya menunjukkan tanda oke.

Di taman, 

Bobby asik memainkan memainkan biolanya, dan milka menatapnya. Milka lalu memotretnya. Bobby merebutnya lalu menghapusnya, kemudian mengajak milka untuk selfie.

"Milka ini catatan buat kamu, seminggu lalu kamu gak masuk, udah aku salin. Kamu bawa aja." Milka tersenyum begitu Bobby. 

Bobby lalu mengajari Milka main biola dengannya, mereka tersenyum dan tertawa bersama

"Aku, senang kamu berubah Bob" Ucap Milka 

"Because of you, kamu berhasil membuatku jatuh cinta Mil" balas Bobby.

"It's my first love. Milka love Bobby."

 ---

Naomi melepaskan ciumannya dari bibir Dino yang dingin dan tidak membalasnya. Naomi merasa sedih. Dia tahu Dino telah berubah,  menjadi dingin dan bahkan tidak pernah menatapnya seperti dulu. Naomi, lalu mengambil berbalik untuk tidur memunggungi Dino. Dino lalu beranjak dari tempat tidur dan berganti pakaian. Dia merapikan kemejanya, memasang jamnya. Dia melihat Naomi, sudah tidur.

"Nom, aku mau balik untuk makan malam." Ucap Dino dingin.

"Din, kenapa gak besok aja baliknya." Cegah Naomi. Naomi tiba-tiba sedih dan menangis.

"Naomi, kamu gitu aja nangis? Please Naomi jangan terlalu sensitif."

"Din, gimana kalau kamu akan jadi ayah?" ucap Naomi sebelum Dino beranjak.

"Jangan berharap Naomi. Itu gak mungkin terjadi kecuali kamu sengaja. Balas Dino kejam.

"Oh iya, Nom. Dulu kamu tinggal dimana? Beberapa kali aku kesini kamu gak ada"

"Aku tinggal di rumah lama aku. Aku lagi kangen sama oma ku."

"Oh ok!" Lalu keluar dari kamar.

"You're changed Dino."

"Aku berubah karena kamu." Ucap Dino.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!