HARAPAN

Nesya berjalan menuju sebuah lorong menghampiri seorang ibu yang sedang menangis tak henti meratapi kondisi sang anak yang semakin lemah. Dalam doanya, ia hanya meminta kesembuhan bagi anaknya.

"Ratih.." Sebut Nesya begitupun sebaliknya.

"Nesya.." Panggilnya penuh keibuan bercampur kesedihan dan ketakutan akan peristiwa dimasa lalu. Sejenak, ia mundur menjauh darinya. Ia mengusap air matanya, katanya dari mana saja kamu Nes, bagaimana kabarmu? Aku senang bisa bertemu denganmu dalam keadaan yang sehat. Ia memeluk Nesya dengan hangat.

"Aku sudah memaafkan mu, Nesya." Ucap Ratih lalu menatap Nesya yang hampir menangis. Ia tak menyangka pelukan itu berasal dari Ratih, orang yang menjadi saingan cintanya. Dia yang membuatnya kehilangan Hendrik.

"Nesya, lihat itu Milka. Anak yang dulu kamu lahirkan." Ucapnya lalu menambahkan beberapa kalimat yang menyayat hati setiap ibu. "Saat ini keadaannya tidak baik, dia sakit leukimia. Kami sedang mencoba yang terbaik untuk dia." Tambahnya.

"Kenapa mba tidak menjaga anak saya dengan baik? Dia sakit karena kalian semua." Balasnya menyesal begitu lama ia tidak pernah bertemu dengan Milka.

"Nesya, kamu sangat menyayangi Milka. Dia adalah darah daging ku dan Hendrik, suamiku. Adik kandung Dino." Ucapnya, ia berharap Nesya lebih tenang namun dia semakin emosional.

"Dino, dia yang selalu kalian banggakan. Dia yang selalu kalian nomor satukan. Asal, kamu tahu saat ini dia sedang mengejar mantannya. Ia seperti pemuda yang tidak punya harga diri kepada seorang wanita. Wanita miskin yang tidak selevel dengan kalian. Ia buta pada cintanya untuk Naomi." Balasnya sambil meledek.

"Jangan bawa-bawa Dino dalam hal ini." Bantah Ratih.

"Yang aku bilang ini benar, Naomi itu hanya gadis miskin, dibesarkan di panti asuhan. Tidak tahu asal usul dan bobotnya seperti yang biasanya kalian agung-agungkan. Latarbelakang." Tambahnya semakin menghina Dino.

"Ratih, sekarang kamu kena balasannya. Anak kebanggaan kamu jatuh cinta pada gadis miskin sama seperti aku." Tambahnya bahagia bisa menceramahi Ratih dengan puas.

"Cukup! Tante." Teriak Dino dari kejauhan. Ia melangkah menuju Nesya. "Cukup Tante! Naomi bukan seperti yang Tante sebutkan. Dia lebih baik dari pada yang Tante kira. Dia bukan wanita seperti Tante." Bela Dino

"Dino, dia tidak hanya memiliki kamu dalam hidupnya. Dia punya laki-laki lain. Jangan lupa itu, kamu juga berselingkuh dengan seorang suster?" Tambahnya semakin menjadi-jadi.

Sempat tertegun dengan kalimat Nesya. Dino lalu mengepalkan tangannya agar dapat menahan emosinya. Sementara Ratih melerai pertengkaran mereka berdua. Ratih mengelus Dino agar ia bisa menahan emosinya.

"Sudah, ini rumah sakit. Jangan berantem. Nesya jaga bicara kamu." Ratih lalu melerai keduanya.

"Memang itu yang terjadi, mereka itu ada kita yang terulang. Hendrik yang tukang selingkuh pasti bibitnya akan jatuh ke anaknya." Tambahnya semakin meledek.

"Tante, sebelum Tante menjudge aku dengan pikiran Tante. Sebaiknya Tante lihat yang terjadi pada Milka adalah akibat perbuatan Tante dimasa lalu. Tante merusak kebahagiaan orang lain maka kebahagiaan Milka rusak karena perlakuan Tante yang menggoda ayah saya!" Dino emosi dan melampiaskan semuanya.

"Cukup Dino. Jangan bicara hal buruk tentang adikmu. Dia tidak ada sangkut pautnya dengan masa lalu siapapun. Milka lahir dengan kebahagiaan, dia adalah malaikat di keluarga kita. Bukan sebuah bencana. Jaga bicara kamu sebagai seorang kakak."

"Tante, bicara kayak gini karena Tante mengasihani hidup Tante sendiri. Tante jelas berbeda dari Naomi. Pertama, cinta yang Tante berikan kepada papa tidak pernah berbalas. Kedua, papa memilih kami keluarga dibandingkan Tante orang luar. Ketiga, Tante sama dengan Naomi. Sama-sama tinggal di panti Asuhan oma Murni bedanya Naomi memiliki seluruh hati aku. Dia buka seorang wanita yang cintanya bertepuk sebelah tangan."

"Kamu ya Dino. Dasar gak tahu rasa hormat." Balas Nesya.

"Hormat Tante? Aku gak perlu hormat sama seorang ibu yang bahkan ucapan yang keluar dari bibirnya menghina wanita lain." Balas Dino.

"Jika Tante datang kesini hanya untuk menyakiti hati kami. Sebaiknya, Tante pergi dari sini. Aku yakin Milka juga pasti sedih jika tahu ibu yang melahirkan dia adalah seorang ibu yang tidak berperasaan dan berhati jahat." Dino meminta Nesya untuk pergi.

"Saya tidak akan pergi karena Milka sakit dan membutuhkan aku. Asal kamu tahu, aku begini semua karena kamu dan keluargamu termasuk ayahmu. Aku hidup miskin dan terlunta karena tindakan papamu yang kejam. Ia memutuskan semua kesempatanku untuk hidup enak. Aku sangat mencintai papamu tapi dia memilih kalian. Padahal, aku telah melahirkan anak perempuan untuknya. Aku juga kehilangan Milka. Anak aku." Ucapnya sambil menangis karena kepedihan hidupnya.

"Kamu gak akan pernah tahu rasanya kehilangan seorang anak." Bentaknya dihadapan Dino. Dino diam sambil memejamkan mata. Hatinya sakit mendengar ucapan Nesya, ia tahu betul rasanya kehilangan seorang anak. Ia pernah mengalaminya. Ia berusaha tenang menghadapi Nesya. Ia berusaha melindungi Ibunya.

"Tante, saya tahu rasanya. Saya mengerti rasanya jadi saya minta maaf untuk semuanya. Semua perlakuan ayah saya kepada Tante. Saya mewakili papa minta maaf Tante. Please Tante jangan buat keributan." Dino memohon.

"Tahu rasanya. Kamu bohong! Mana mungkin kamu bisa mengerti rasanya kehilangan seorang anak. Terlebih kamu Ratih!" Ucapnya semakin menjadi-jadi.

Plakkkkkk! Suara tamparan terdengar jelas di kuping Dino dan Ratih.

"Pa, jangan pa." Dino menghalangi Hendrik untuk menampar Nesya lagi.

"Kamu! Memang tidak pernah sadar. Kamu tahu otak kamu itu penuh dengan harta. Sehingga, kamu sanggup melakukan apapun sementara aku sangat benci wanita seperti kamu. Kamu menggoda laki-laki beristri hanya demi uang. Tapi, aku tidak bodoh. Kamu, yang tidak tahu diri. Naomi 100x lebih baik dari kamu. Dia lebih jujur bukan seperti kamu tukang korupsi." Hendrik kesal dan membeberkan semuanya.

"Nesya, saya bukan orang bodoh. Saya tahu berapa banyak uang kantor yang korupsi. Asal, kamu tahu Ratih justru membela dirimu agar tidak masuk ke kantor polisi!" Tambah Hendrik.

"Pa, sudah cukup. Masalah ini jangan dibicarakan disini." Cegah Dino melihat Hendrik yang semakin emosi.

"PERGI KAMU!" Usir Hendrik

"Tidak, Milka itu anak aku!" Ucapnya

"Bukan, kamu hanya ibu pengganti. Kami bahkan sudah membayar lunas uang yang kamu minta pada kami." Hendrik mengusir Nesya.

"Kamu seharusnya bersyukur, masih bisa bertemu anak kamu bahkan menyelamatkan hidupnya." Tambahnya menekan Nesya.

"Hendrik.." Panggil Dodi Sahabatnya sekaligus dokter yang menangani Milka.

"Nesya, kamu ibu yang melahirkan Milka ya?" Tanya Dodi langsung. Ia merasa lega, melihat Nesya. "Apa kamu bersedia untuk mendonorkan sumsum tulang belakangmu untuk Milka?" Tanyanya langsung to the point.

"Saya bersedia untuk di test." Ungkapnya memberi harapan bagi semua.

"Puji Tuhan, hasilnya cocok. Nesya bisa jadi pendonor Milka." Ucap Dodi yang berbalas persyaratan dari Nesya. Jika ia memberikan sumsum tulang belakangnya, dia ingin mendapatkan 10 persen sama perusahaan Bratayudha. Hal ini, jelas ditentang oleh Hendrik.

"Baik Tante, aku akan berikan saham aku. Asal Tante bersedia memberikan sumsum Tulang belakang untuk Milka." Jawab Dino lantang.

"Deal" Ucap Nesya bersamaan dengan Milka yang sadar dari komanya.

Semua berharap ini akan lebih baik.

" Tante, mama aku ya? Mama Nesya. Kakak udah cerita sama aku soal mama." Milka menyapa dengan penuh kehangatan sementara Nesya baru saja membuat perjanjian dengan Dino terkait nyawa Milka. Milka lalu meminta Nesya mendekat dan memeluknya.

"Terima kasih Mama sudah mau melahirkan Milka. Milka sangat bersyukur punya dua mama yang cantik." Tambahnya. Hati Nesya bergetar, ia ingat baru saja menjadikan sakit anaknya sebagai ajang pertukaran nyawa dengan harta.

"Mama Ratih juga cerita tentang mama Nesya. Katanya mama itu cantik. Ternyata benar cantik." Tambahnya lagi dengan senyum sambil menutupi sakit yang dia rasakan. Ia lalu menyisir rambutnya dengan senyum dia berkata, "Sudah biasa nanti bisa tumbuh lagi." Ia membereskan rambutnya yang rontok sambil berusaha menutupi kesedihan hatinya.

Nesya yang melihat bertapa kuatnya Milka mulai menyadari kesalahannya, "Mungkinkah ini imbas dari perilakunya?" Dia merasa sangat bersalah, ia berlari keluar mencari tempat untuk berdoa. Setelah sekian lama ia berkata, "Tuhan selamatkan putriku."

Selama menunggu tanggal operasi, ia bersama

Ratih sama-sama menjaga Milka. Mereka sebisa mungkin tidak berdebat di depan Milka. Selama itu, dia juga melihat bagaimana Ratih begitu sayang pada Milka, hal yang mungkin tidak bisa dia lakukan.

Sementara Santi semakin agresif mendekati Dino. Meskipun di acuhkan ia tetap berusaha disampingnya. Hampir sebulan, ia tidak menghubungi Naomi. Pikirannya tercurah untuk Milka. Reihan, yang juga semakin intense menjodohkannya dengan sang adik.

"Stop, aku sedang tidak ingin berkencan atau pacaran." Ungkapnya pada Reihan.

"Iya, aku tahu. Tapi kamu gak boleh seperti ini Dino. Kamu harus move on. Buka hati kamu agar perempuan lain bisa mengisi relung hatimu." Balasnya

"Ok, aku akan membukanya tapi bukan untuk adikmu atau Santi." Ucapnya lalu meninggalkan ruang kerjanya.

"Nom, kenapa gak pernah balas pesanku?" Ungkapnya dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 18.00 WIB. Lampu ruang operasi padam, Dodi dan tim dokte yang bertugas dalam operasi Milka keluar. "Operasi berjalan dengan lancar, Milka masih dalam tahap observasi." Ungkap salah satu dokter sementara Dodi menepuk pundak Hendrik, "masih ada harapan." Ia juga memeluk Dino.

"Dino.." Panggil seseorang yang sangat ia rindukan. "Bagaimana kondisi Milka?" Tanyanya.

"Berhasil Nom." Peluk Dino erat didepan semua orang dan Santi yang dari awal menemani keluarga Dino. Pelukan Dino semakin erat,

"Kamu kemana aja? Kenapa muka kamu pucat?" Tanya Dino panik.

"Aku kelelahan Din." Jawabnya. Dino langsung mengandeng tangannya dan tak pernah mau melepaskan.

"Kakak, senang kamu sudah sadar." Kata Dino untuk yang pertama setalah Milka sadar.

"Kakak senang kamu akan segera sembuh." Tambah Naomi.

"Kak, dimana mama Nesya?" Semua langsung saling melihat. Mereka sepakat untuk menutupi kenyataan jika Nesya adalah pendonor dan berada di ruangan sebelah.

"Lagi sibuk Mil." Jawab Dino mengelus dahi Milka. Sementara, Nesya sedang merajut sebuah jaket perempuan untuk Milka. Setelah melewati masa kritis ia mulai menyadari posisinya sebagai seorang ibu adalah anugrah bisa menyelamatkan anaknya.

"Suster, Milka sudah sadar?" Tanyanya pada suster penjaga.

"Sudah! Sekarang kamu boleh angkat kaki dari sini. Jangan sampai ketemu sama Milka. Laporan dari Dodi kamu sudah membaik dan pulih." Hendrik lalu memberikan cek senilai 10% saham perusahaan keluarganya.

"Tidak! Aku ingin menjadi ibu Milka." Ia berlutut dan memohon pada Hendrik.

"Aku ingin menebus kesalahanku." Tambahnya yang tidak sedikitpun mengerakkan hati Hendrik. Ia juga merobek cek pemberian Hendrik. Namun, Hendrik tetap menolak. Ia tidak sudah anaknya diurus oleh Nesya.

"Hen, aku serius. Aku mau bertobat dan memperbaiki semua. Aku sayang Milka, kasih aku kesempatan Hen. Please." Pinta Nesya sekali lagi.

"Pa, biarkan saja." Tambah Ratih sambil mendorong kursi roda Milka. Dia lalu memeluk Nesya dan mengucapkan banyak terima kasih.

"Kita rawat Milka bersama ya." Ia memeluk Nesya sebagai tanda ia memaafkan dan sudah menganggapnya keluarga dia juga minta Hendrik untuk memaafkannya.

"Terima kasih, Ratih" Nesya memeluknya erat.

Mereka bertiga saling berpelukkan. Suasana yang haru semua terhanyut oleh air mata. Ada perdamaian disini.

"Milka, maukah kamu menikah denganku." Tanya Bobby tiba-tiba datang dengan bunga dan cincin.

"Kamu baru umur berapa ?" Dino menjewer kupingnya.

"Tunangan dulu, gpp." Balas Bobby tersenyum bahagia. Apalagi setelah Milka mengangguk

menyetujuinya.

"Sambil memandang cincin dari Bobby. Ia meminta pada Dino untuk membawanya pergi ke Bandung untuk refresh dan pemulihannya."

"Aku mau liat rumah pohon yang kakak ceritakan dulu. Tempat kita main waktu kecil. Aku mau liat kak selagi ada waktu." Tambahnya

"Ada waktu? maksudnya? Kamu sudah sembuh Milka, grafik kesehatanmu sangat bagus." Balas Dino sambil menyiapkan makanan

"Kak kalau ada niat, langsung dijalankan belum tentu ada hari esok di hidup kita. Jangan sampai nyesel." Tambah Milka membuat Dino aneh. Milka sebenarnya tipe anak rumahan.

"Ajak kak Naomi kak." Tambahnya ngotot.

"Kak, berani untuk hadapi kenyataan. Semua itu udah terjadi, menolak sama halnya dengan perlahan melepaskan orang yang selama ini berjuang kita pertahankan. Kalau rasa itu masih ada kak ayo kejar kebahagiaan itu. Kedamaian itu." Tambahnya.

"Kak Naomi pasti ada alasan. Dulu, waktu Bobby dekat dengan cowek lain karena Milka yang kurang perhatian sibuk sama OSIS dan yang lain. Aku gak mikirin Bobby." Ia berbagi rasa yang dia rasa.

"Kakak, pernah kasih waktu kak Naomi untuk menjelaskan? Kalau belum sekarang saatnya kakak berani mendengar."

Milka menyodorkan ponsel milik Dino. "Hubungi Kak Naomi. Kak Cinta itu adalah hal terindah yang pernah Tuhan ciptakan untuk manusia." Dino tetap menolak.

"Kak, aku baru merasakan namanya jatuh cinta, ini indah kak. Kak, Love is Forgive & Brave." Ucap Milka pada Dino.

"Kamu umurnya berapa?" Tanya Dino.

"She love you kak." Balasnya meminta Dino menghubunginya

...****************...

Dino panik dengan baju yang perlu dengan darah.

"Dokter gimana kondisinya?" Ia bertanya lalu dokter berkata, "Kecelakaan ini menyebabkan kornea matanya rusak. Ia perlu mendapatkan pendonor."

"Dok, dia sudah mendapatkan Donor matanya."

"Everything gonna be alright, Nom. I Will always be with you. I Will never leave you alone." Ia lalu mengecup kening Naomi yang masih belum sadarkan diri sementara kedua matanya masih ditutupi oleh kapas dan pelindung mata.

"Jangan tinggalin aku Naomi." Ucap Dino menangis sambil memegang tangan Naomi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!