Bagai tersambar petir, mendengar apa yang baru saja didengarkannya mengenai keberadaan Milka. Bingung entah apa yang harus dilakukannya. Dia membuka ponselnya, namun ia tidak tahu harus menghubungi siapa. Mungkinkah Angelica? Tania?
"Siapa yang harus aku hubungi!" teriaknya gila.
Hari semakin gelap, semua orang mencari Milka. Dia pergi dari rumah sakit tanpa memberitahu siapapun bahkan Tania, Angelica, dan Reihan yang saat itu bertugas menjaganya tidak mengetahui kepergian Milka. Milka pun tidak tahu kemana dia pergi.
"Reihan, gimana sih Milka bisa pergi?" Dino marah dan memukul Reihan. "Stop! Stop!" Ucap Reihan melindungi wajahnya.
"Kak Dino cukup, kita gak seharusnya berantem. Kita harus cari Milka." Tania melerai kedua lelaki itu dari hal buruk yang mungkin terjadi diantara mereka. Dino sanggup melakukan apapun untuk melindungi Milka dan Reihan tahu itu sehingga dia mencoba untuk menerima kondisi sahabatnya saat ini.
Dino bertanya sekali lagi, "Kenapa lo lalai?" Tak mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Dia menarik kerah baju Reihan dan hendak memukulnya sekali lagi.
"Kak, tadi aku sama Tania, ketiduran setelah main bareng Milka, sementara tadi kak Reihan keluar soalnya dokter mau bicara sama keluarga" Jawab Angelica ketakutan.
"Dokter? apa katanya?" dino mengendorkan genggamannya
"Dino, gw gak akan membela diri ini semua salah dan keteledoran gw. Gw seharusnya lebih memperhatikan tingkah laku Milka. Sorry."
"Dia tanya kapan Milka akan mulai treatment?" Tangan Dino melemas, kakinya lemas.
"Gw yang sorry, Rei" Ucapnya parau. Dia menghapus air mata di kedua pipinya. "Treatment? Kemoterapi?" hanya itu yang bisa diucapkannya. Dia tak percaya kata itu kembali didengarnya setelah 3 tahun lalu.
"Gak mungkin!!" teriaknya. Kenyataan ini, tak mampu diterimanya. Milka terkena terkena Leukimia dan membutuhkan treatment kemoterapi untuk bisa bertahan hidup.
"Mama, papa, gak seharusnya dia merasakan sakitnya kemoterapi diusia yang masih sangat muda" Dino kembali terjatuh dan bersandar pada dinding yang ada di kamar Milka. Di meja riasnya, ia menemukan foto keluarga saat mereka masih tinggal di London, dalam foto itu juga ada Naomi yang merangkul tangan Dino mesra.
"Aku harus cari Milka" Dino mengambil kunci.
"Dimana kamu Milka?" Tanyanya."Apartment, dia pasti di sana! Apartment itu tempat favoritnya!" Dino mempercepat pergerakan mobilnya menuju sebuah private apartment mewah yang berada di pusat kota Jakarta.
Setelah sampai di sana, ia berlari menuju sebuah lift penghuni yang hanya dapat diakses dengan menggunakan kartu. Layar lift secara otomatis menunjukan lantai 25 kamar 1658.
Pintu lift terbuka dan terdengar suara lantunan piano menyeruak, seorang gadis cantik dengan pakaian kaos biru dan celana pendek jeans dengan lancar.
"Kakak disini" ucap Milka menyambut kedatangannya.
Dino tersenyum lega, melihatnya bermain piano mengingatkannya pada moment pertama Milka mulai belajar bermain piano bersamanya. Saat itu umur Milka masih 5 Tahun, "Dek, kakak ajarin main piano. " Ajaknya memanggil Milka yang sedang bermain dengan boneka barbie dan pug anjing kesayangannya. Milka kecil berlari kearahnya sambil membawa boneka Snoopy ditangannya. Milka langsung memeluknya Dino dan mengendong adik kecilnya duduk diatas pahanya. Dino menunjukkan kunci do namun Milka memencet knot sesukanya.
Dino tertawa melihat adik kecilnya itu. Waktu terus berlalu Milka semakin ahli bermain piano, dia suka sekali bermain piano bersama dengan Dino jika dia sedang pulang ke jakarta.
"Gimana kak permainanku, pasti lebih bagus dari kakak" Milka membalikan badannya dan melihat kakaknya sedang duduk di sofa merah maroon yang menghadap kearah jendela.
"la valse de l'amour, lagu pertama yang kakak mainkan untuk kamu dulu" Dino berjalan mendekati Milka dan duduk disebelahnya, mereka memainkan lagu itu bersama-sama.
"Kamu tahu kakak yang datang kalau orang jahat gimana?" Tanya Dino sambil memainkan piano.
"Aku itu bisa tahu dari bau parfum kakak yang aneh, lagian mana mungkin pintu liftnya bisa buka sembarangan kalau gak pake kartu" Jawab Milka santai, sementara Dino mencoba mengendus-endus bau parfum di badannya, "Wangi kok, ini hadiah dari mama tahun lalu, berarti kamu ngatain mama seleranya aneh ya?" Dino lalu menggelitik adiknya itu.
"kak, aku sakit apa?" Dino berhenti dan terdiam, "hmmm balik yuk ke rumah sakit" ajak Dino mengalihkan pembicaraan. Namun Milka tahu ada sesuatu sedang disembunyikan oleh kakaknya, "Apa mungkin aku kena," pembicaraannya terpotong.
"Cuman demam berdarah biasa kok" potong dino. Dino berbalik memegang tangan Milka lalu menariknya, ekspresinya mengatakan Milka harus ikut bersamanya.
Melihat ekspresi Dino, Milka lalu melepaskan tangannya, dia lalu berlari ke sofa maroon yang di duduki dino sebelumnya dan berpura-pura tidur di sana. Dino yang tidak tega, mengambil selimut dari dalam kamar dan menyelimuti adiknya itu. Dia pun duduk dipinggir sofa, kedua tangannya diletakkan diatas kedua dengkulnya, ia mengeluarkan handphone dan kunci mobilnya dan menaruhnya di meja kayu besar yang berada didepannya.
"Malam ini, kamu boleh tidur disini tapi besok kita balik ke rumah sakit." Ucap Dino. Milka tersenyum lalu mencium pipi Dino, menariknya ke depan teleskop mini yang letaknya berada di dekat jendela besar.
"Ayo liat bintang" ajak Milka. Dino membuka pintu jendela itu dan memasang teleskop itu dan mulai mencari bintang.
"Gak ada bintang Mil" ucap Dino sambil memutar fokusnya.
"Ahh, kakak payah" Milka mencoba namun memang tidak ada yang bisa dilihat, dia lalu tersenyum kearah kakaknya.
"Aahhh! aku ketemu satu bintang" dia mengerakkan memfokuskan ke kiri dan ke kanan. Dia lalu mempersilahkan, kakaknya untuk melihat, "kamu tau gak sih cara pakainya, masa arahnya ke kakak" keluh Dino
"Yes, your my star!" dino kembali menitihkan air mata namun cepat-cepat dia seka.
"Kak!" milka menarik tangan Dino. melihat mukanya merah, "Ihh! mukanya merah, mau nangis ya, kak masih ingat Bobby, teman SD yang buat aku nangis." Kedipnya.
"Itu loh, gara-gara kakak ngerjain kakaknya Bobby terus masuk ke ruang BP." Milk tertawa mengingatnya.
"Iya" jawab Dino.
"Aku mau buat pengakuan, sebenarnya aku nangis bukan karena Bobby tapi karena aku jatuh sendiri ke selokan." Ucapnya tanpa rasa dosa.
"Bobby itu baik kak, dia itu pendiam gak banyak teman, penakut lagi, jadi dia mana berani ngerjain aku" Dino langsung menjewer telinga Milka
"Auuu, sakit!!" tapi Milka tersenyum, dan memeluk kakaknya.
"SO--RRY" katanya
Jangankan masuk ruang BP Milka, apapun akan ku lakukan untuk melindungimu ucapnya dalam hati membalas pelukan sang adik.
10 Tahun yang lalu,
"Milka, nangis kenapa? " Dino melihat Milka nangis dari kejauhan. Disana terlihat ada bobby dan kakaknya sammy. "Awas lo!!" Ucap Dino. Dino terkenal anak yang berani.
Keesokan harinya, pembalasan pun terlaksana, roda sepeda milik Sammy tergantung di atas tiang bendera. Sammy yang tidak tinggal diam meskipun semua orang menertawakannya, Ia dengan berani melawan dan melaporkan hal itu kepada guru BP.
"Siapa yang berani melakukan hal ini!" teriak pak Joan.
"Saya pak!" Dino mengacungkan tangan disebelahnya berdiri ada Reihan dan temannya yang lain.
Ditepuknya pundak Sammy, "Ini karena adik dia berani bikin adik saya nangis, pak" Katanya berani.
"Dino kamu itu pintar tapi nakalnya bukan main!" Pak Joan kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa pada Dino yang memang anak ketua yayasan. Seminggu setelah kejadian itu, Pak Dudung kepala sekolah SMP Bina Citra memanggil Dino setelah mendengar laporan dari Pak Joan.
"Dino betul ini kamu yang lakukan?" tanyanya.
"Iya pak" Jawab Dino
"Kamu kenapa melakukan hal ini? Siswa berprestasi tapi kelakuan minus, kamu ngapain ngelakuin hal kayak gini? kamu itu siswa berprestasi" Balasnya.
"Kembali ke kelas!" bentak Pak Dudung kesal.
"Maaf pak" dino keluar. Sebelum keluar dia berbisik, "Oh pantes lo berani ngadu! Gw denger lo mau pindah, jangan muncul lagi didepan muka gw!" ancam Dino.
Dino berjalan mendekati adiknya, membelai rambut adiknya, matanya tak kuasa menitihkan air mata mengingat apa yang disampaikan Reihan di rumah sakit tadi.
"Bagaimana, caranya memberitahu kamu, apakah kamu sanggup menghadapinya?" Dino lalu menyelimuti adiknya dan membuka dompetnya, di sana ada fotonya dan keluarganya juga tantenya. "tante tolong bantu, Milka" pintanya sambil menangis.
"Milka! " Dino berjalan di lorong yang panjang. Lalu seorang anak kecil meraih tangannya.
"Hey!" Dino lalu anak itu memeluknya mungkin umurnya sekitar 5 tahun. Mukanya seperti Milka kecil.
"Kakak" Ucapnya lalu berlari meninggalkan Dino. "Milka kamu mau kemana?" teriak Dino.
"Milka!!" dia berpindah tempat. Disebuah lorong yang gelap, semua keluarga berkumpul di sana. Di depan sebuah pintu bertuliskan Ruang ICU.
" Maaf, kami sudah berusaha sekuat tenaga, namun sel-sel itu sudah menyebar, dan Bu Dina tidak dapat kami selamatkan." Ucap seseorang mengenakan jas putih.
Dino melihat tantenya terbujur kaku, namun lama-kelamaan berubah menjadi muka Milka, dia berteriak dengan kencang, milllkkkaaaa!!
"Milllkkaaaa!" tangannya terangkat searah dengan tubuhnya, matanya tersadar, dia langsung berdiri dan melihat sekelilingnya,
"Milka, dimana dia?" dia mengecek ke setiap ruangan namun tak menemukan milka.
Dia memakai sepatunya dengan rambut yang masih berantakan, dia berlari mengelilingi taman, sampai akhirnya dia menemukan adiknya sedang kecapaian abis berlari.
"Milka" teriaknya marah.
"Kamu itu keras kepala,disuruh istirahat malah jogging, kalau kamu pingsan lagi gimana?" bentak Dino.
"Kak, aku cuman lari pagi, kak aku bukan cewek penyakitan yang kemana-mana harus kakak ikutin! Kayak gak akan ada hari esok kak!" Jawab Milka santai
"MILKA! JANGAN NGOMONG KAYAK GITU!ayo pulang!" Dino membentak Milka lagi.
"Kenapa? kakak nyebelin, mending aku kabur aja!" Dino menampar wajah Milka.
"Kabur!" Tangan Dino mendarat di pipi kiri Milka, "Cuman itu yang bisa kamu lakukan!" Milka kaget melihat apa yang baru saja diterimanya.
"Kakak nampar Milka!" Teriak Milka.
"Maaf Milka!" Ucap Dino pilu, Milka mendorong Dino dan lari.
"Milka" Dino berlari memeluk Milka yang jatuh pingsan, dia buru-buru membawanya ke rumah sakit.
Maaf Milka, maafin kakak... Kita pasti bisa melalui semua ini...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments