Dino, Masihkah kamu menginginkanku?

"Dino, kamu kenapa?" Tanya Tina menyambut anak lelakinya yang pulang dengan muka babak belur. 

"KAMU BERANTEM DINO!" Tegur Hendrik yang diacuhkan oleh Dino. 

"Dino capek pa!" Jawabnya emosi. 

"Dino!" Ratih mengejar Dino, ia ingin mengetahui keadaan putranya sekarang.

"Dino buka pintunya, nak" Pintanya, "Kamu nangis sayang?" Teriaknya. 

"Ma, Dino mau sendiri ma!" Teriak Dino yang meringkuk dibalik pintu kamarnya. Ia menyenderkan kepalanya pada kedua dengkulnya. Isak tangis memenuhi seluruh sudut ruangan, terlalu perih hati ini untuk bisa berdiri dengan tegak.

"Dino!" Panggilan itu terus berulang ditelingannya.

"Ma, aku mau sendirian!" Balasnya lagi menekan tombol lock door. 

Ia lalu merebahkan dirinya diatas tempat tidur, "Naomi! Kenapa harus dia? Why Naomi? Apa kurangnya aku Naomi?" 

"Dino" Tina masuk ke kamar Dino menggunakan kunci serep yang dimilikinya.

"Kamu kenapa? Kamu berantem sama siapa? Kamu dirampok? Berantem sampai babak belur kayak gini?" Ratih terus mencecarnya dengan pertanyaan.

"Ma, aku mau istirahat." Dino merebahkan dirinya dipangkuan ibunya, "Kamu bisa cerita saat kamu udah siap?" Ia mengelus anaknya. 

"Naomi ma" Jawab Dino, Ratih dapat merasakan hati anaknya yang hancur melalui air mata Dino yang jatuh di atas telapak tangannya. "Sakit sayang?" 

"Gak ma" Ratih lanjut mengobati luka anaknya.

"Ma, aku mau istirahat, besok Milka kemo, kita gak boleh telat." Ucap Dino lalu berbaring dikasurnya. 

"Dino kamu harus cerita ke mama, kenapa muka kamu bisa babak belur." Ucap Tina keluar dengan perasaan campur aduk akan kondisi sang anak. 

-----

"Aduh aku telat ini!" Santi mempercepat jalannya diikuti dengan langkah temannya.

"Santi awas!" Teriak salah satu suster yang berjalan bersamanya.

"aaaaa!" Teriaknya melindungi wajahnya dari mobil yang melaju kearahnya. 

"Sorry, sorry suster" Ceplos Dino kaget setelah mengetahui dia hampir saja menabrak Santi. 

"Gpp kok, saya baik-baik saja." Balas Santi buru-buru merapikan pakaiannya. Yaampun!! Pertanda nih pertanda, dia adalah jodohku. Gak masalah dia udah punya pacar, aku pasti bisa merebutnya! Cahyo Santi! Tunjukan pesonamu! 

"Maaf, suster tadi saya gak fokus, kalau suster ada luka saya antarkan ke UGD." Dino berusaha bertanggung jawab atas perbuatan bodohnya dipagi hari.

"Mas Dino, saya baik-baik saja." Balasnya centil berusaha merangkul tangan Dino.

"Ok see you!" Dino langsung meninggalkannya sebelum Santi berhasil meraih apa yang dia inginkan. 

"Milka, kamu bicara sama siapa?" Tanya Dino heran melihat adiknya sudah begitu bersemangat pagi ini. 

"Kak Naomi" Tunjuknya pada Dino.

"Dino, beb" Sebut Naomi bukannya membalas Dino langsung keluar kamar untuk menghindarinya. 

----

"Mas Dino!" Teriak Santi manja langsung merangkul tangannya dengan ekspresi kesakitan. 

"Suster, kenapa? Gara-gara tadi pagi ya?" Balasnya. Yaampun ganteng dan perhatian lagi, suami idaman banget!

"Ini semua buat Milka, saya bantu suster" Dino lalu memegang tangan Santi dan memapahnya hingga ke kamar Milka dengan sabar. 

"Di-no!!!" Teriak Naomi yang mengejutkannya lalu memeluknya erat meskipun seperti biasa Dino tidak pernah membalasnya.

"Muka kamu kenapa?" Tanya Naomi menyentuh wajahnya lalu memeluknya, mereka sudah beberapa hari tidak bertemu. Jantung Dino langsung berdebar dengan cepat.

"Naomi kamu ngapain sih!" Dino melepaskan pelukan itu dan berahli ke Milka. 

"Huu dasar! Cewek genit!" Ledek Santi.

"Milka masih di kamar mandi?" Setelah mendengar suara air dari dalam kamar mandi. "Saya bantu untuk siapkan makan paginya ya, Mas Dino" Santi sengaja bersikap manja di depan Dino dan Naomi.

"Gak usah biar aku aja!" Bentak Naomi yang membuat mereka bertengkar memperebutkan kotak makan pagi Milka.

"Saya susternya" Bentak Santi pada Naomi.

"Saya pacar kakaknya!" Bentaknya membalas suster yang selalu saja berusaha menarik perhatian Dino. 

"Kak ada apa ini berhenti dong." Ucap Milka mencari cara untuk menghentikan mereka semua. Tapi mereka semakin menjadi dan enggan untuk berhenti. Kesal melihat semua itu. Dino menarik kotak makan itu, "Kalian berdua lepas!" Teriaknya dengan nada tinggi. "Kalian itu masih anak kecil memperebutkan kotak makan, sekali lagi kalian berantem lebih baik kalian keluar dari sini!" tambahnya memberikan peringatan keras.

Situasi semakin memanas ketika Naomi mencoba untuk membantu Dino. Naomi membantu Milka dengan sabar. Tiba-tiba, Santi mendekati Dino dan merangkul tangannya, "Mas Dino, ini tugas saya untuk melayani setiap kebutuhan pasien." Potong Santi sengaja ingin membuat Naomi kesal. Dino pun tersenyum sopan, meskipun ia menolak keinginan Santi.  "Maaf suster, saya risih" Sambil melirik Naomi meskipun hal ini tak membuat Santi menyerah. 

Naomi terbakar cemburu dengan gegabah, ia menarik Santi yang sedang menatap Dino dan keduanya terlibat keributan lagi.

"Lepasin tangan kamu dari pacar saya!" Teriak Naomi membuat Milka semakin pusing.

"Ini nih terkadang resiko punya kakak seperti Kak Dino" sebut Milka pelan. Dino berusaha melerai keduanya dan pada akhirnya Naomi tidak sengaja menampar Dino bahkan ia pun juga menyenggol meja berisi makanan Milka sehingga semua tumpah ke baju adiknya.

"Dino, maaf" Sesal Naomi.

"Naomi! Cukup!" Bentak Dino. Ia menghempaskan tangan Naomi yang menyebabkan ia jatuh terpental.

"Naomi, liat makanannya jatuh! Milka sana kamu bersih-bersih dikamar mandi." Ucap Dino. Puncuk di cinta ulam pun tiba, Santi mengambil kesempatan untuk semakin membuat Dino marah pada Naomi. 

 "Aduh!" Teriak Santi semakin dibuat-buat. 

"Suster!" Sebut Dino.

"Dino kamu ngapain sih? Udah lepas." Naomi semakin cemburu sementara Santi tersenyum melihat kondisi ini. Dino mencoba mengabaikan Naomi dan membantu Santi. Tak tinggal diam, Naomi justru semakin brutal menarik baju Santi menyuruhnya menjauh dari Dino. 

"NAOMI!" Bentak Dino menghempaskan tangannya dari Santi lalu menarik Naomi bersamanya.

"CUKUP NAOMi! Bisa gak kamu gak buat masalah sama suster Santi. Dia itu susternya Milka. Kamu jangan CHILDISH dong." Pinta Dino.

"Childish? Aku? Kamu itu yang selalu bela dia, kalian ada apa sih?" Tanya Naomi bertubi-tubi.

"Naomi, aku gak punya waktu bertengkar, ini rumah sakit." Balas Dino berusaha sabar.

"Kamu suka sama suster itu? kamu ada hubungan sama dia? Aku akan kasih pelajaran ke dia." Naomi emosi dan ingin menjambak rambut Santi.

"Naomi, jangan!" Cegah Dino

"Lepasin aku!" Bersikeras melepaskan tangan Dino darinya.

"Naomi cukup! Sekarang kamu keluar, aku gak mau melihat kamu lagi disini!" Bentaknya mengusirnya. 

Dino kamu ngusir aku lagi di depan suster ini! Aku benci kamu Dino! 

"Aku benci kamu! Dino! Aku gak mau liat muka kamu lagi." Naomi mengatakannya dengan lantang. Mendengar itu ekspresi Dino berubah, sesuatu menghujam hatinya. Kata-kata itu begitu menyakitkan. Namun, ia mencoba menahannya. Ia tidak ingin kesakitan itu muncul di wajahnya. Dia memilih untuk berekspresi datar mendengarnya seakan tidak perduli.

"Aku akan keluar dan jangan temui aku lagi! Sana kamu pergi sama suster ini!" Bentak Naomi dengan penuh kekecewaan. 

"Naomi!" Panggil Dino menahan Naomi, ia terus memberikan kode ke Naomi jika Milka melihat semua ini dari balik dinding. Santi berjalan menghampirinya, ia sengaja memperlihatkan luka karena Naomi tadi.

"Naomi, liat dong tangan suster Santi ini luka karena kamu, kamu gak seharusnya berperilaku seperti itu. Bisakan baik-baik" Ia berusaha menahan emosinya namun Naomi yang sudah terbakar cemburu tak menghiraukan perkataannya. 

"Sekalian aja kamu sama dia, suster tercinta kamu itu!" Jawab Naomi jutek. 

"Naomi! Ada Milka gak enak dong, dia liat kita berantem! Naomi kita selesain ini diluar ya?" Balas Dino mencoba mengatur emosinya. 

"Gak perlu, aku gak mau lagi ketemu sama kamu? kamu lelaki yang tidak setia, suka kalau ada cewek lain!" Mendengar itu emosi Dino memuncak, ia menarik tangan Naomi mendekat padanya tak dipedulikan Santi yang masih ada disana.

"Yakin kamu gak mau ketemu aku lagi dan apa kamu bilang? gak setia? Jaga ya bicara kamu! Ngaca Naomi! Siapa yang gak setia!" Cecar Dino penuh amarah.

"Dino sakit!" Keluh Naomi merasakan cengkraman Dino yang semakin kuat.

"Sakit! Keluar kamu! Aku muak sama kamu!" Dino menarik Naomi keluar dari kamar Milka.

"Dino, maaf. Aku cuman pengen ketemu kamu & Milka, aku kangen sama kalian." 

"Tadi kamu bilang, kamu gak mau ketemu aku lagi! lalu kamu bilang kangen sama aku! Kamu itu memang ahli dalam hal seperti ini." Dino mendorong Naomi keluar dari kamar Milka lalu menutup pintu itu. "Tenang Dino. Tenang!" Ia mengatur napasnya.

Naomi tidak mau pergi, ia berdiri didepan kamar Milka. Ia sedih dengan perlakuan Dino yang semakin dingin.

"Dino! Lepasin aku! Sakit!" Ucap Naomi memohon pada Dino yang menariknya tak peduli dengan keluhan Naomi yang sakit karena cengkraman Dino. Mereka berjalan menuju lift. Naomi terus memohon pada Dino, ia meminta lelaki itu untuk melepaskan tangannya. Ia menolak untuk pergi dan tetap ingin disini bersama Dino. Naomi lalu menggigit lengan Dino, meninggalkan bekas luka di lengannya. "Naomi, kamu itu!" Naomi menutup mulut Dino untuk melarangnya bicara. 

"Aku gak mau pulang! Aku akan tetap disini bersama Milka, aku gak akan membiarkan kamu bersama suster genit itu!" Ucap Naomi.

"Hanya untuk itu!" Balas Dino 

"Iya Dino, kamu tahukan aku gak akan membuang waktuku yang berharga untuk hal-hal yang tidak penting." Balasnya.

"Gak penting, jadi kamu kesini bukan untuk Milka! Kamu bilang kamu kangen sama Milka." Dino emosi, hatinya miris mendengar itu semua.

"Apakah kamu ikhlas mengunjungi adik aku?" Tanya Dino parau.

"Dino, aku gak akan membiarkan masa depan aku direbut orang lain! Adik kamu ya adik aku" Jawab Naomi. Ia mendekat lalu memeluk Dino, "I Love you so much, Dino. I miss you!" Ucapnya semakin membuat Dino emosi. Dino mendorong Naomi ke tangga darurat lalu membiarkan badannya menempel pada dinding, "STOP! NAOMI! STOP BILANG I MISS YOU, I LOVE YOU! AKU JIJIK DENGERNYA!" 

"Dino! kenapa? kamu jijik? kamu pacar aku! I LOVE YOU!" Teriaknya lagi. 

"Stop Naomi! Stop! Dino memukulkan tangannya ke tembok. "Dino!" Naomi shock dengan apa yang dilakukan Dino. 

"You love me?" Ucap Dino lalu mendorongnya dan menciumnya dengan paksa.

"Dino! Stop!" Dino tidak mengindahkannya. Ia membuka dengan paksa blazer putih yang digunakan Naomi. Blazer itu dulu dibelikannya saat mereka berlibur di Milan. "Dino stop!" Naomi mendorongnya. 

"WHY NAOMI? WHY" Teriak Dino kembali mendorongnya menempel pada tembok. "Kamu bilang kamu cinta aku, kamu merindukan aku, aku hanya memberikan apa yang kamu mau!" Dino meluapkan segala emosinya. 

"Stop Dino! Bukan begini caranya!" Naomi ketakutan dan meringkuk. Emosi Dino semakin tidak terkendali ketika dia melihat tangan Naomi yang terluka, ditariknya tangan Naomi.

"Jangan sentuh aku!" Naomi menarik tangannya, sementara terbesit ekspresi kuatir dimukanya.

"Auu, Dino, lepasin Dino sakit!"pinta Naomi.

"Sakit! sekarang kamu telepon laki-laki itu! bilang kamu sakit! minta dia datang dan obatin luka kamu ini! sana! pergi!" Dino menghempaskan Naomi kasar.  

"Dino!" Naomi meraih tangan Dino dan tak ingin melepaskan tangannya.

"Dino, aku minta maaf, apa yang harus aku lakukan supaya kamu gak marah?" Tanya Naomi, air mata membanjiri wajahnya.

"Naomi kalau kamu gak ikhlas untuk jaga Milka, kamu gak perlu datang kesini, kamu gak perlu menambah luka Milka." 

"Dino, aku gak maksud kayak gitu, aku ikhlas kok jagain Milka, aku cuman gak mau kamu dekat-dekat dengan suster itu No." Balas Naomi memohon pada Dino untuk tidak lagi marah padanya.

"Dino, aku cinta kamu, aku mau terus ketemu kamu, aku gak mau kehilangan kamu" Naomi terus menerus mengatakan dia mencintai Dino.

"Naomi! Stop! Jangan bilang kamu cinta aku dan merindukan aku! Jika kamu juga mengatakan hal yang sama pada dia!" Ucapnya penuh penekanan, kedua matanya menatap mata Naomi.

"Dino! aku hanya bilang cinta sama kamu!" Ucap Naomi terbata-bata. 

"Bohong! Kapan kamu akan jujur sama aku!" Dino menghempaskan Naomi lalu pergi meninggalkannya. "Sepertinya kamu lebih nyaman dalam pelukannya semalam." Ucapnya sebelum membanting pintu tangga darurat. 

"Dino happy anniversary" Ucap Naomi parau..

Apa semalam, Dino melihatku bersama Gilang. 

Aku benci kamu Naomi! berlalu dari hadapan Naomi. 

----

"Kak Dino, Kak Naomi mana? Tanyanya polos.

"Milka, dia udah pulang!" Ucapnya ketus, matanya sebab dan langsung memeluk Milka.

"Kak" Mengusap punggung sang kakak, "Aku benci dia, Milka!" Dino memeluk erat adiknya. Dino benar-benar rapuh, dia harus menghadapi dua kenyataan pahit dalam hidupnya. Adiknya yang divonis kanker dan yang lebih parah kenyataan bahwa Naomi bersama dengan lelaki lain. 

Melihat keadaan Dino membuat Santi senang, dia merasa berada diatas angin. Di yakin ini adalah kesempatan untuk mendapatkan Dino. Dia  mulai mendekatinya dengan tujuan mencoba memberi penghiburan.

"Mas, dino gak perlu sedih, wanita masih banyak diluar sana" menempelkan tangannya diatas tangan Dino. Dino diam saja seakan menerima bahwa semua yang dikatakan Santi adalah benar, hal ini membuatnya semakin diatas angin. 

"Buat apa mas mempertahankan wanita yang tidak mencintai kita mending disudahi saja, masih banyak cewek lain mas, termasuk saya" Tambahnya malu-malu. "Eh mas mau kemana?" Tanyanya heran ketika Dino pergi setelah mendengar apa yang dikatakannya.

"Kalau suster sudah tidak ada kepentingan sebaiknya kamu kembali keruangan suster." Dino membuka pintunya dan mempersilahkan Santi untuk keluar dari ruangan itu. 

"Tapi mas!" 

"Kalau suster disini, berencana mengacaukan hubungan saya dengan Naomi lebih baik suster keluar. Saya tahu apa yang dari tadi suster lakukan! Keluar! Saya gak suka ada orang asing! Keluar!" Tegasnya lalu menutup pintu itu. 

"Kak, semua akan baik-baik saja" Milka memeluk Dino dari belakang.

"Gak Milka, semua tidak baik-baik saja" Milka memeluk kakaknya, "Aku benci dia, Milka!!"

"Kak jangan nangis. Muka gantengnya hilang loh" menyeka air mata sang kakak, ia tahu meskipun ia tidak pernah merasakan jatuh cinta. Ia tahu persis bagaimana perasaan yang dimiliki Dino untuk Naomi. 

"Ayo, beresin baju aku, aku mau ganti baju dan bersih-bersih"

"Milka, sini" Dino membersihkan badan milka yang kotor sebelum milka pergi ke toilet. Sesampainya di toilet Milka merasa pusing dan bahkan tak sengaja menjatuhkan botol minuman yang terbuat dari plastik sehingga suaranya tidak terdengar sampai keluar. 

"Aku gak boleh keliatan sakit, aku bukan cewek penyakitan, ini hanya sakit biasa dan bukan sakit parah" Milka keluar dengan palanya yang masih terasa sakit, "Milka!" Panggil sang kakak.

"Iya, kak" Ia mencoba menutupi rasa kakinya. Sudah cukup bagi Dino, dia tidak ingin menambah bebannya. 

"Yuk, kita pulang" Ajak Dino mengulurkan tangannya yang disambut oleh Milka lalu mengandeng tangan itu hangat.

"Mama tadi ke kantor temenin papa, gak papakan pulang sama kakak" tanya Dino

"Ice cream" balas Milka dan Dino mengiyakannya. Milka mengenakan sabuk pengamannya lalu mereka meluncur ke tempat favorit mereka, ice cream cafe. 

Dimalam hari, seperti biasa, Dino begitu asik dengan pekerjaannya, banyak file tertumpuk di mejanya sementara ia asik duduk didepan meja gambar mutoh. Lembar woodfree writing paper membentang hampir disepanjang meja itu. Musik jazz berkumandang mengisi hari-nya.

Di atas meja kerjanya terdapat bingkai foto 2 sisi yang dapat diputar. Dalam bingkai itu, salah satunya adalah foto dirinya dan Naomi saat mereka lulus SMA. Tepat didepannya terdapat ponsel Dino yang terus bergetar, tertera nama Naomi di layar. 

Dino fokus menggambar, tangan kirinya memegang pencil dan satunya pengaris khusus, beberapa kali dia memegang wajahnya yang masih sakit karena luka. Sementara Naomi berulang kali meneleponnya. Setelah kesekian kali tak diangkat akhirnya Naomi menyerah dan meninggalkan ponselnya diatas sebuah tas olahraga. Ia membunyikan musik classic lalu mulai menari ballet di sebuah studio yang dikelilingi oleh kaca-kaca besar. Ia menarikan tarian temporer. Tarian itu semakin cepat mengikuti ritme lagu dan juga luapan emosinya. Semakin cepat dan akhirnya dia terjatuh. Ia menitihkan air matanya, "Dino untuk kesekian kalinya, kamu begini" Ucapnya. Dia lalu mencoba untuk menari lagi dan terjatuh lagi, dia merasakan kakinya sakit dan terluka. 

Dia terus mengingat semua ucapan Dino, Reihan dan bahkan kata-kata tentang Milka adalah alasan hubungannya dan Dino terjadi. Kesedihan menguasai hatinya, pedih dan tertekan, ia tahu salahnya. Kebohongan yang ia buat, ia sadar melukai Dino.

"Dino akankah kamu terus memperlakukanku seperti ini." Ia terus memegang kakinya yang keseleo. Tak lama, seseorang datang lalu mengulurkan tangannya, ia membayangkan sosok Dino, tetapi yang datang justru Gilang. Dia adalah alasan terbesar perubahan sikap Dino padaku. 

"Kamu gak papa?" Ucap Gilang sembaring memijat kaki Naomi yang bengkak. Naomi mencoba menahan rasa sakitnya. "Luapkan saja semua kekesalanmu, Naomi" tambah Gilang. 

"Aaaaaaaa" Teriak Naomi lalu menangis, "I miss him, i Love him" Teriak Naomi, melihatnya Gilang dengan cepat memeluk Naomi yang tak henti-hentinya menangis. Naomi memeluk lengan Gilang erat, ia mengingat moment yang sama saat dia jatuh waktu di SMA. 

Saat dia sedang belajar tennis untuk acara sparing partner. Lapangan tennis kosong saat itu,  Naomi yang terpilih mewakili kelas dalam perlombaan Tennis mencoba memberanikan diri untuk latihan tennis. Dia mulai melempar satu bola dengan bola lainnya, tak ada satupun bola yang bisa dia pukul dengan benar selalu meleset.  Sementara Gilang yang juga adalah anggota club tennis sekolah yang saat itu sedang main terpesona untuk pertama kali pada Naomi dan mengajaknya untuk bermain bersama. Ia mengajarkan teknik-teknik dasar bermain tennis hingga Naomi sedikit demi sedikit bisa paham.  

"Naomi!" Panggil Dino yang berdiri dipintu masuk lapangan. "Dino, sini main" Aja Naomi sementara Dino menatap tajam pada Gilang yang disadarinya. "Naomi awas!" Teriak Dino, ia langsung berlari menghampiri Naomi yang terjatuh karena smash dari Gilang. "Are you oke?" Gilang mendekat. "Stop, don't touch my girlfriend" Sebut Dino dengan lantang menyingkirkan tangan Gilang yang bahkan belum sempat menyentuh Naomi. "Terima kasih karena kamu mau ngajarin pacar aku, tapi seharusnya kamu tahu, pukulan kamu tadi bisa buat Naomi terluka. Lebih baik kamu latihan untuk pertandingan." Dino lalu mengendong Naomi dan merawatnya. 

"Auuu" Teriak Naomi. "Nom belum dipegang" Balas Dino. "Aku takut! Dia mencoba menarik kakinya yang dihalangi oleh Dino. "Pegang tangan aku kalau kamu kesakitan!" Dino meletakkan tangan Naomi dilengannya. "Aduh, Naomi!" Dino kesakitan karena Naomi memang sengaja mencubitnya. "Kamu, tuh ya" Dino menepuk hidung Naomi lembut, ia lalu merawat kaki Naomi dengan lembut dan sabar. 

Sejak hari itu Dino selalu menemani Naomi berlatih sampai Naomi bisa. "Bukan begitu Naomi, sini!" Panggil Dino kesal dengan Naomi yang selalu salah. "Naomi ayo latihan dulu!" Pinta Dino saat Naomi mulai lelah. Dino lalu memeluknya dari belakang dan menunjukkannya pada Naomi. Setelah lama berlatih, akhirnya Naomi bisa. "Thank you, No.. " Ucap Naomi memeluk Dino erat. "Iya Nom.. Everthing for you.. Besok kalau kamu butuh sesuatu ngomong ke aku. Kamu gak tahu pacar kamu ini ketua team Tennis." Ucap Dino pura-pura ngambek.

" Aku tahu kamu yang terbaik, besok anterin aku ke sanggar ya?" Balasnya lalu menganggukkan kepala Dino. "Kapan emangnya aku bisa nolak, kaki kamu gak papa udah bisa nari?" Dino lalu merangkul Naomi. "Aku mau nasi goreng, kamu?" Tanya Naomi. "Up to you!" 

"Aku yang nyetir boleh?" Ledek Naomi. "Jangan! Kamu masih mau jadi istri aku kan?" Ledek Dino balik. Dia mengendong Naomi di punggungnya. "Minggu depan kita ajak Milka ke kebun binatang yuk!" 

"Let's go" Teriak Naomi. Sementara Gilang dari jauh melihat mereka dan mengepalkan tangannya. 

-----

"Din, ini susunya." Panggil Tina. 

"Makasih ma." Balas Dino lalu mencium sang ibu dengan penuh kasih sayang. 

Dia lalu melihat sekilas file-file yang menunggu untuk ditanda tanganinya. Disela-sela file itu, terdapat satu amplop merah kecil berisikan sebuah kartu cantik berwarna putih. Happy anniversary Dino by Naomi. Ekspresinya berubah. 

"Din, tadi kata bibi ada kiriman bunga dan kue dari Naomi. Bunga dari Naomi udah mama masukkan ke dalam vas sementara kuenya ada di kulkas." 

"Iya Ma" Jawab Dino singkat. Ranti lalu menunjukkan sebuah kartu merah dimeja kerja Dino. Kartu itu membuatnya berhenti sejenak dari rutinitasnya, dia kembali berpikir tentang Naomi dan pertanyaannya saat bersamanya di Toilet tempo hari. Dino lalu membuka lacinya, dan mengambil sebuah kotak kecil yang ingin diberikannya dulu saat di Inggris pada Naomi dan juga kalung yang dirampasnya saat mereka berantem di restauran. Digenggamnya erat kalung itu ditangannya lalu ia membuka kotak itu. Sebuah kotak musik, bertuliskan happy anniversary Naomi. Teriris hatinya, mengingat semua kejadian itu. Ratih terdiam melihat perubahan pada wajah anaknya. Ia mendekat lalu memeluk anak lelakinya itu. 

"It's ok jika kamu ingin menangis untuk meluapkan semua. Gak ada yang bilang seorang laki-laki tidak boleh menangis." Ucapnya penuh haru membelai lembut rambut Dino. Dino memeluknya. 

"Ma, aku gak bisa bohong. I love her." Ucapnya sambil menangis seperti anak kecil.

Dino pov

Happy anniversary terdengar menyakitkan bagiku, aku bersamanya selama hampir 14 tahun lebih, tapi dia juga memiliki yang lain hampir 5 tahun belakangan ini bahkan terus  mempertahankannya hingga saat ini. 

Aku sangat mencintainya, aku tidak bisa hidup tanpanya. 

Hati ini sakit, sungguh sakit, aku tidak pernah ingin merasakannya tapi kenapa harus aku, kenapa bukan yang lain, kenapa harus Naomi yang dia pilih untuk dimilikinya, bahkan saat dia tahu Naomi milikku.

Dino menegakkan badannya lalu bergerak dengan kursinya menuju ke sebuah lemari penuh dengan laci tepatnya menyimpan beberapa benda yang diperlukannya untuk mendesign dan mengambil sebuah amplop berisi foto-foto yang didapatkannya, beberapa jam sebelum dia makan malam dengan Naomi hari itu. Disitu terlihat Naomi sedang makan siang bersama Gilang dengan bahagia dan penuh tawa. Dino lalu melempar semua foto itu, sekali lagi dia melihat anaknya begitu emosional dan sakit.

"Kenapa dia gak bisa lepas dari laki-laki itu." Ucapnya sambil menangis.

Ia mengambil semua foto itu dan membuangnya ke tempat sampah. Sementara Dino terpaku dimeja kerjanya dahinya menempel pada kedua tangannya yang terlipat.

Ratih lalu memeluk Dino. Dino menyenderkan kepalanya pada ibunya. "Jangan pernah menyimpan hal-hal yang membuatmu sakit Din" ucap Ratih dan membuat Dino menangis kejar.

Hatiku hancur, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya bisa memeluk mamaku dengan erat.

"Ma, hari ini tanggal jadian aku dengan Naomi, terakhir kali aku merayakannya 5 tahun yang lalu, sejak itu aku tak pernah merayakannya lagi, mengucapkannya atau bertemu dengannya ditanggal ini, tapi hari ini aku bertemu dengannya, memeluknya, menciumnya, dan itu membuatku sakit, sangat sakit"

"Aku ingin membalasnya." Ucap Dino penuh emosi. "Aku membencinya!" Tambah Dino

Ratih langsung memotong pembicaraan Dino "Tapi Kamu mencintainya?" tanyanya

"Dino, terkadang kita perlu belajar melepaskan untuk bisa hidup dengan tenang. Semakin kamu genggam erat. Itu akan semakin menyakitkan." Ratih kembali memeluk anaknya. "Mama tahu kamu sangat mencintainya."

Dino lalu mengeratkan pelukannya, "Aku takut ma, aku takut kehilangan dia, aku benci, aku muak, aku ingin dia pergi tapi hatiku menahannya, aku menginginkannya tapi dia memiliki yang lain, aku harus gimana ma?" Ratih mengeratkan pelukannya sambil mengelus punggung anak laki-lakinya itu. Dari matanya terlihat bahwa ia juga menyesali sesuatu, matanya begitu hancur seakan dia berada dalam dua dilema. 

"Hubungi dia dan ucapkan happy anniversary." Dino menolak.

"Jangan memulai sesuatu yang pada akhirnya akan kamu sesali" Jawab Tina lalu meninggalkannya sendiri. Dino pun akhirnya menelepon Naomi, "Hallo" suara Naomi terdengar ditelinganya. Aku benci suara ini, aku benci Naomi tapi aku ingin bertemu dengannya.

"Happy anniversary, terima kasih untuk kuenya. Naomi jangan temui aku, saat aku tidak membutuhkanmu." dia lalu berhenti berbicara. Dari ponselnya Dino bisa mendengar jika Naomi menangis. Ia ingin menutup teleponnya tak kuat rasanya ia menahan rindu pada Naomi, sebelum menutup teleponnya, ia mendengar suara laki-laki menyebut nama Naomi. Ia menyakini itu suara Gilang. "Naomi, saat ini kamu masih bersama dia, keterlaluan kamu!" Dino emosi. 

"Dino aku bisa jelasin." 

"Naomi! jangan pernah mengirimi kartu gak penting dan mengotori meja kerjaku!" Dino menghentikan panggilannya begitu saja. Hati Naomi sakit begitupun hatinya. Dino lalu melempar semua barang didepannya, semua barang itu berserakan di lantai sementara dia menangis kejar. "Dino, aku pasti bisa mendapatkan hatimu kembali." Ucapnya memeluk sebuah kartu bertuliskan happy anniversary dari Dino. Ia juga mencium bunga mawar putih yang diberikan Dino untuknya. Ia mencoba tersenyum.

Ia melihat Naomi dan Gilang berpelukan tadi siang di studio. Ia lalu membuang satu bouquet bunga mawar putih yang ada ditangannya.

"Naomi, apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku menyingkirkan dia? Aku menjauhkan dia dari Gilang di sisi lain aku membiarkan dia pergi bersama dengan laki-laki itu. Apa yang harus aku lakukan hati ini terlalu sakit untuk menerima kenyataan dia tak hanya milikku.

Naomi POV

"Pak makasih atas bantuannya" Ucapnya pada Pak Purna karena sudah membantunya mendapatkan kunci cadangan rumahnya. Pak Purna adalah salah satu tetangga Naomi di rumah susun tempat dia tinggal dulu sebelum dia pindah ke Penthouse bersama Dino.

"Naomi, dijaga baik-baik ya." Balas Pak Purna. 

Naomi mulai membereskan rumah tersebut dan memasukkan beberapa helai bajunya ke lemari. Setidaknya, rumah ini bisa mengingatkanku pada Oma di Bandung. Ia lalu menghubungi Oma-nya dan berbicang dengannya. Setelah selesai dengan Oma, ia kembali termenung "Dino, apakah aku hanya sebuah mainan yang hanya diinginkan saat dibutuhkan? Apa kamu tidak akan pernah memaafkan aku setelah apa yang telah ku berikan padamu? aku hanya cemburu dan takut kehilanganmu, aku mencintaimu, aku hanya ingin denganmu." Air mata ini tidak dapat ku bendung, hati ini sakit sangat sakit. Dia tidak mencintaiku lagi, tapi kenapa aku tetap ingin bertahan dengannya. Ada apa denganku ?

"Sejak kapan Dino tahu aku bersama dengan Gilang?" tanyanya pada dirinya sendiri

Apa yang harus aku lakukan, aku tak ingin kehilangan dia, tapi aku tidak ingin berbohong ada sisi lain dalam diri Gilang yang membuatku bahagia, kekosongan yang ditinggalkan Dino untuk waktu yang lama. Aku egois, sangat egois, haruskah ku katakan pada Dino? apa yang harus aku lakukan dengan hubunganku dan Dino. Telepon berdering dan itu dari Gilang, namun Naomi tidak menggubrisnya dan pergi tidur dengan mata yang sebab.

Dino dan Naomi sama-sama memandang foto mereka berdua saat lulus SMA dengan baju penuh coretan yang terbingkai ditempat tidur mereka masing-masing. Dino memasukkannya ke laci lemari yang berada di samping tempat tidurnya. Sementara Naomi meletakkannya diatas meja kecil di samping tempat tidurnya yang kecil lalu mereka sama-sama tertidur.

----

"Dino, aku cinta sama kamu" Naomi mengelus rambut Dino

"Hmmm" Dino lalu membalikkan badannya dan tidur memunggungi Naomi. Naomi lalu berjalan menuju jendela untuk memandang bintang-bintang yang bertebaran dilangit.

"Naomi" panggil Dino memberikan secangkir coklat hangat, Naomi memeluk Dino dan mulai menghitung bintang-bintang itu, sedangkan Dino terus menghujaninya dengan ciuman di pipinya. "love you" ucap Dino di telinganya. 

"Thanks for everything, Naomi" Bisik Dino. Naomi lalu mengecupnya lembut. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!