BERTEMU UNTUK SEMBUHKAN LUKA

Pagi itu terasa sunyi. Dino, Ratih, dan Hendrik masih tetap berdiri di depan ruang Intensive Unit Care sambil menunggu hasil pemeriksaan kondisi Milka yang baru. Disitu tampak juga Bobby yang ikut menemani mereka. Ia tampak tidak tenang melihat kondisi Milka.

"Kak Dino, gimana kondisi Milka?" Tanyanya berulang kali. Dino tak bisa menjawab, ia hanya mampu memberikan surat hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa kondisi Milka sudah parah dan memasuki masa kritis.

"Apa yang bisa kita lakukan Kak, Om, Tante?" Bobby bertanya sekali lagi. "Apakah masih ada jalan untuk kesembuhan Milka." Tambahnya.

Dino menitihkan air matanya melihat kondisi Milka yang terbaring lemah. Seluruh tubuhnya penuh dengan alat. Ia bahkan tidak sadarkan diri sudah seminggu. Ia ingat kondisi Milka yang sangat ceria sebelum dia sakit. Dia tidak pernah mengeluh. Ia rindu, ketika Sang Adik berkata, "Jadi orang jangan kaku kak nanti Kak Naomi berpaling loh!" Kalimat sederhana yang kini menjadi kenyataan.

"Milka, bangun. Katamu itu betul. Naomi sudah berpaling dek. Kakak harus bagaimana sekarang? Kamu harus kuat Milka. Kakak akan berusaha untuk mendapatkan sumsum tulang belakang itu." Ia berjanji pada dirinya.

"Ma, Dino pergi dulu." Ucap Dino sebelum pergi meninggalkan mereka disusul oleh Bobby yang terburu-buru.

Tok!Tok!

Dino terus mengetuk meskipun tidak ada jawaban dari dalam. Diketuknya pintu itu sekali lagi. Namun, kali ini bukanlah sapaan yang diterimanya melainkan lemparan garam oleh Bi Menur.

"Bi, stop. Kenapa bibi melemparkan garam ada saya. Saya datang dengan baik-baik."

"Kamu itu sudah menyakiti hati Naomi. Jangan lagi kamu berharap mendapat tempat disini."

"Naomi yang meninggalkan saya. Dia memilih bersama laki-laki lain." Balasnya membela diri.

"Stop berhenti! Datang juga Lo!" Teriak seseorang menyapanya dengan kasar. Ia kenal suara itu, dia adalah kakak tiri Naomi, Aska. Anak dari ayah Tiri Naomi yang tiba-tiba muncul.

"Maaf, kamu siapa? Adik? Kamu Kakaknya Naomi?" Tanya balik Dino. Lelaki itu mengangguk. Badannya penuh dengan tato dan juga bekas luka.

"Sejak kapan kamu punya Kakak Naomi? Naomi kita perlu bicara, ada sesuatu yang ingin aku beritahukan padamu." Tanya Dino heran. "Setau dia, Naomi hanya punya satu kakak kandung tapi dia sudah meninggal.

"Aku baru tahu kemarin, Kak Aska datang dan membawa foto ayah aku. Dia kakak tiriku." Ucap Naomi percaya.

"Kamu percaya begitu saja?" Ucap Dino, ia punya feeling yang jelek terhadap Aska.

"Diam Lo, banyak omong!" Dia langsung menghajar Dino namun berhasil di elaknya.

Aska, Orang yang selama ini tidak tahu rimba nya dimana karena sejak SMP dia sudah kabur dari rumah sebelum ayahnya bertemu dengan Ibu Naomi. Ia sangat kasar dan dia sangat materialistik dan menilai semua dengan uang bahkan cara pandangnya pada Naomi sangat berbeda. Dia bahkan bersikap kasar dan mendorong Naomi.

"Jadi Lo yang nyakitin adik gw? Berani Lo datang kesini? Tapi kayak nya Lo anak orang kaya, baju bagus, mobil bagus, duit pasti banyak kan?" Ucapnya sambil melihat dari atas ke bawah penampilan Dino yang selalu rapi.

"Mau ngapain Lo? Mau balikan sama adik gw? Bayar dulu? 200 juta lah!" Tambahnya memeras.

"Saya tidak ada urusan sama kamu." Jawab Dino, ia tidak ingin membuang waktu. Ia harus bertemu dengan Tante Nesya. Tak terima dengan jawaban Dino. Ia langsung menghajarnya, "Berani Lo!"

"Kenapa! Aku gak takut sama laki-laki seperti kamu. Jangan halangi jalan aku." Namun Aska dengan sengaja menghalangi jalan Dino. Kesal dengan sikap angkuhnya, ia memilih untuk menghajar laki-laki itu. "Gw! Gak peduli lo siapa! Gw tahu Lo bukan laki-laki yang baik!" Ia terus menghajar Aska tanpa ampun.

"Lo berani, gw bisa rusak hidup cewek Lo!" Ancam Aska semakin membuat Dino membabi buta menghajarnya.

"Stop, Dino!" Teriak Oma Murni.

"Kak, stop kak. Jangan sakiti dia kak." Teriak Naomi mencoba melerai pertengkaran mereka. Dino yang memang jago taekwondo tidak takut menghadapinya. Bahkan beberapa kali ia menang dan berhasil menyerang.

"Diem Lo!" Teriak Aska. Ia benci kekalahan. Ia benci direndahkan. Tidak peduli siapa yang dihadapinya. Dia mendorong Naomi hingga terjatuh. Tak terima dengan perlakuannya, ia langsung menghajar Aska.

"Jangan sakit Naomi!" Ucapnya sambil menghajar Aska dengan tangan kosong.

"Jangan sentuh dia!" Tambahnya. Suasana semakin memanas. Bi Menur yang tidak menyangka akan situasi ini mulai berpikir, apa yang harus dilakukan. Air! Itu yang muncul di kepalanya.

"Ahhhhh!" Teriak Aska marah ketika Bi Menur menyiram air padanya. Ia semakin membabi buta dan tidak lagi memandang siapa yang dia hadapi. Ia memarahi Bi Menur hingga dia ketakutan.

"Stop Kak!" Naomi mendorong Aska sampai tersungkur ke Tanah. "Sialan kamu adik tidak berguna!" Ia langsung berlari untuk membalas Naomi. Lepas! Ucapnya sambil mengerakkan tangannya yang terkunci tangan Dino.

"Jangan sakiti Naomi atau siapapun disini. Dia adalah adikmu dan Bi Menur adalah orang yang harus kita hormati." Ucapnya dengan nada tegas.

"Tangan Kak Dino berdarah!" Teriak salah satu anak panti. Benar! Darah dari tangan Dino menetes meninggalkan jejak di lantai halaman panti.

"Banyak anak kecil! Jadi berhenti melakukan kekerasan." Ucapnya lagi lalu berbisik, "Atau aku akan hubungi polisi sekarang juga." Ucapannya kali ini membuat Aska mundur. Dia tidak ingin masuk penjara lagi. Ia lari menghindari Dino.

"Awas Lo!" Ancamnya. Dia langsung kabur dari rumah. "Gw bakal balas dendam ingat itu Dino Bratayudha!" Ancamnya.

"Dino, darah dari tangan kamu banyak banget." Naomi langsung memeluknya erat. Dino lalu membalasnya, mereka terlihat masih saling mencintai. Ternyata, Dino menahan pisau yang ingin dilayangkan Aska pada Naomi.

"Aku baik-baik saja. Nom.." Dino memeluk Naomi namun tak lama ia pingsan tidak sadarkan diri.

"Dino!" Naomi panik dan bingung.

"Beruntung lukanya tidak terlalu dalam." Ucap dokter yang datang ke Panti. "Kalau nanti malam dia panas, segera berikan obat ini." Sambil memberikan obat kepada Naomi.

"Naomi!" Sebut Dino mengigau. "Aku disini gak akan tinggalkan kamu Dino." Naomi lalu merebahkan kepalanya di samping tempat tidur Dino.

Kukuruyuk!!!

Suara ayam berbunyi menunjukkan pagi telah tiba. Hal yang sangat wajar mendengar suara ayam berkokok karena letaknya yang juga dekat dengan Desa.

"Hmmm! Udah pagi." Naomi menggeliat.

"Naomi kamu ngapain disini!" Teriak Naomi kaget melihat Dino tidur disebelahnya. Ia melihat keadaan sekitar, mereka berdua tidur di lantai. Ia juga tidur dalam pelukan Dino. Dino masih sangat pulas dengan tangan kirinya yang luka berada diatas dadanya.

"Syukurlah panasnya sudah turun." Ucap Naomi sambil mengecek kondisi Dino. setelah itu, Naomi beberes untuk segera keluar kamar.

"Pasien gak boleh ditinggal." Ucap Dino menarik Naomi dalam peluknya. "Kamu, apakah ada yang terluka, Nom?"

"Aku baik-baik saja." Ucap Naomi malu. Ia lalu mencium bibir Dino. "Makasih sudah melindungi aku." Ucapnya manis.

"Sudah kewajiban aku untuk melindungi sesama. Bukan hal yang istimewa Naomi." Ucapnya membuat Naomi drop. Ia malu di hadapan Dino yang hanya meledeknya. Mendengar itu diapun langsung berlari keluar kamar. Dino tersenyum, "Bidadari kecilku.." ucapnya melihat Naomi.

"Nom, tunggu!" Dino lalu mengejar Naomi. Namun tidak disengaja bertemu dengan Nesya, seseorang yang selalu ia cari.

"Tante tunggu, aku minta maaf jika awalnya pertemuan kita di sini bukan moment yang baik." Dino membuka percakapan.

"Saya perlu bicara dengan Tante. Hal ini penting Tante." Tambahnya sambil menahan Nesya.

"Singkirkan tanganmu dari aku. Tangan dimana mengalir keturunan Bratayudha. Aku jijik mengingatnya!" Nesya membalas dengan sinis niat baik Dino padanya.

"Tante, maaf Tante atas perlakuan keluarga saya. Saya mewakili papa minta maaf." Tambahnya.

"Maaf, kamu pikir semua akan berubah. Hidup saya hancur akibat ulang ayah kamu. Dia merayu lalu meminta saya untuk menjadi ibu pengganti bagi calon anak perempuannya. Lalu, sekarang kamu datang minta maaf setelah hampir 17 tahun lebih keluarga kamu menghancurkan saya dan mata pencarian ku." Tambahnya memaki Dino.

"Saya terima Tante, keluarga saya salah melakukan itu. Tapi saya butuh bantuan Tante." Dino memohon.

"TIDAK AKAN PERNAH. Kamu pikir saya bodoh!" Balasnya. "Saya tahu keluarga Bratayudha dan kamu hanya memanfaatkan Naomi. Setelah kalian mendapatkan mau kalian, kamu akan membuangnya!" Semakin sinis Nesya yang dikenal Rita pada Dino. Ia lalu berjalan meninggalkan Dino, "Jangan berharap aku akan membantu kalian!"

"Tante, Milka sakit. Dia kritis dan setiap jam adalah kesempatannya untuk hidup." Dino berlutut. "Saya mohon Tante, Milka sakit leukimia dia perlu sumsum tulang belakang. Hanya Tante ibu yang melahirkannya yang kemungkinan besar memiliki kecocokan dengan Milka." Tambah Dino.

Di balik dinding, Naomi mendengar semuanya. Ia paham mengapa Dino ingin sekali bertemu dengan Tante Rita.

"Aku sudah tahu trick kalian, aku tidak akan percaya!" Ucap Nesya meskipun dalam hatinya ia mulai kuatir.

"Itu semua betul Tante, Milka memang sakit." Naomi membenarkan.

"Naomi, kamu jangan ikut campur urusan Tante. Kamu akan merasakan seperti yang Tante rasakan. Mereka bukan keluarga yang baik." Balas Nesya lalu masuk ke kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat.

"Din, pasti ada cara." Naomi menghapus air mata Dino. "Nom, aku berharap bisa melakukan yang terbaik untuk Milka." Jawabnya sambil memeluk Naomi erat dengan posisi berlutut.

"Tidak mungkin Milka sakit, anakku tidak boleh sakit." Ucap Nesya dalam hatinya. Dalam hatinya, ia juga memiliki hati seorang ibu yang kuatir ketika anaknya sedang sakit.

"Aku harus cari menghubungi Hendrik untuk memastikan ini semua."

"Hendrik! Apa betul Milka sakit?" Tanyanya terbata-bata.

"Buat apa kamu menghubungi aku? Bukankah sudah ku bilang jangan pernah ganggu aku dan Ratih lagi!" Jawab Hendrik sebelum mengakhiri panggilan itu. Ia kesal dengan Hendrik tapi dia lebih cemas dengan kondisi Milka. Ia buru-buru keluar karena mendengar suara mesin mobil.

"Dino! Tunggu!" teriaknya memanggil Dino yang melaju cepat.

"Ratih, kamu yang sabar. Pendonor itu pasti datang dan Milka pasti sembuh." Ucap Dodi yang selalu memberinya harapan.

"Ratih!" panggil seseorang dengan suara yang sangat identik. Suara khas yang 17 Tahun bergema di telinganya mengakui hubungan gelapnya dengan Hendrik dan memintanya untuk mengizinkan dia menjadi istri kedua CEO tempat Dino kini menjabat sebagai presiden direktur.

"Nesya.." sebut Ratih. Lukanya kembali terbuka namun harapan muncul diantara luka itu.

Flashback

"Naomi, dimana Dino?" Tanyanya, lalu melihat kearah jalan mobil Dino bergerak meninggalkan Panti.

"Dino! Tunggu! Tunggu!" Teriaknya.

"Tante Nesya." Panggil Dino yang berdiri dibelakangnya dari tadi.

"Kamu ada disini bukan di dalam mobil tadi?" Tanya Nesya.

"Tadi sekretaris saya Tante. Mobil saya perlu di Service jadi dia datang untuk ambil dan mengantarkan ke Bengkel. Ada apa Tante?" Tanyanya langsung.

"Dimana rumah sakit tempat Milka dirawat?" Tanyanya to the point.

Terkadang kita harus memiliki keberanian yang lebih besar dari pada ketakutan karena mengalami pahitnya rasa sakit dan kecewa. Terkadang kita perlu melangkah untuk bisa menyadari bahwa ada kalanya suatu masalah harus dibiarkan berlalu untuk memulai penyembuhan luka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!