MAKE A MOMENT

"Permisi Pak Dino." Ucap Bu Sari mengetuk pintu ruangannya.

"Tadi pagi Bu Naomi datang dan mengantarkan ini semua." Tambahnya.

"Naomi? Dimana dia?" Tanya Dino mencarinya. Dino lalu membuka sebuah kotak berisi semua kenangan mereka.

Dino, maafkan aku. Aku tahu seharusnya sejak awal aku yang mengakhiri ini. Maaf memaksamu. Maaf membuatmu sakit dengan hubungan kita. Maaf, karena aku telah merebut kebahagiaan kita bersama laki-laki lain. Selamat tinggal Dino.

"Kak Dino, ini Milka. Kak Dino, kalau kakak terima pesan aku. Aku lagi perjalanan ke Bandung. Aku mau mencari Bobby. Aku mau mengakui kesalahanku. Aku juga mau mengejar impianku. Aku gak mau penyakit ini justru akan membuatku kehilangan orang yang aku cintai." Ucap Milka di voice massage nya.

"Milka, kenapa kamu berani banget pergi ke sana." Dino langsung berlari ke Penthouse untuk mencari Naomi. Dia mengeledah semua ruangan dan mendapati semua barang Naomi kosong. Sementara, semua barang yang di belinya untuk Naomi tertinggal dan tertata rapi. Dino mulai kalut, ia tidak tahu harus mencari dimana. Hal yang paling dia takutkan adalah kehilangan Naomi. Ia mencoba menghubungi Naomi namun tidak diangkat.

"Arrggggg! Naomi! Bukankah kamu bilang kamu mencintaiku? Kenapa kamu memilih dia dan melupakan kebersamaan kita selama ini." Teriaknya meluapkan semua emosi.

"Baik Naomi, kamu bisa melepaskan semua. Aku juga bisa Naomi. Aku akan melupakan kamu, Naomi. I hate you!" Teriaknya lagi lalu keluar dari Penthouse itu.

Sepanjang perjalanan ia terus mengeluarkan air mata karena rasa sakit dihatinya. Ia terus mempercepat mobilnya hingga kecepatan tinggi. Dari arah berlawanan, mobil juga melaju dengan kecepatan tinggi.

"Milka, kamu dimana ?" Tanya Dino di telepon.

"Milka gak jadi pergi kak. Milka mau pergi sama kakak." Ucap Milka membalas panggilan sang kakak. "Kakak!" Teriak Milka sementara Dino sudah tidak sadar dan beberapa orang berusaha untuk membuka pintunya ditengah hujan.

"Dino!" Naomi terbangun dari tidurnya.

"Keadaan Dino sudah jauh lebih baik. Dimana Naomi? Ia terus memanggil namanya." Ucap Dodi pada Hendrik.

"Jangan sebut wanita itu. Dia telah menyakiti putraku." Ucap Hendrik.

"Aku pasti bisa membuat mereka kembali bersama." Janji Milka dalam hatinya.

"Milka, langitnya indah banget." Ucap Dino

"Kak, rindu sama kak Naomi?" Balas Milka.

"Kakak gak bisa memaksakan sesuatu yang bukan ditujukkan untuk kakak. Kakak sadar sekarang mungkin kami berdua tidak berjodoh." Balas Dino.

"Kak, besok kita sekeluarga bakal pindah ke Bandung." Ucap Milka membuat Dino kaget.

"Supaya proses pengobatan mu lebih cepat Dino." Ucap Ratih. "Dan kamu bisa melupakan semua." Tambahnya. "Dino sayang mama." Ia juga memeluk Milka.

Bandung,

"Selamat datang Bu Ratih, Pak Hendrik." Ucap Sumbi pembantu yang merawat rumah mereka selama ini.

"Sudah lama ya. Kita tidak menginjakkan kaki disini." Sapa Ratih kepada Sumbi.

"Pagi Tante." Sapa Santi.

"Suster." Tegur Dino. "Ngapain suster disini?" Tanyanya lagi.

"Dia akan membantu menjaga Milka." Jawab Hendrik. Ketika Dino mendengarnya, ia langsung berusaha untuk menutupinya agar Milka tidak drop.

"Aku disini juga untuk nemenin Mas Dino." Ucap Santi mendekat pada Dino.

"Stop! Aku gak butuh teman dalam hal ini. Aku bisa sendiri. Silahkan suster menjaga Milka." Dino menghindari Santi secepat mungkin.

"Dino, hargai dong Santi. Dia jauh-jauh kesini untuk kamu bukan orang lain." Bentak Hendrik.

"Aku gak pernah minta dia kesini pa." Balas Dino dingin tidak peduli pada Santi.

"Mulai hari ini papa putuskan Santi akan menjaga kamu." Hendrik secara sepihak memutuskan hal tersebut tanpa berdiskusi lebih dahulu. Dia tak ingin perintahnya di ganggu gugat termasuk itu oleh Dino anaknya.

"Jangan harap papa akan menerima wanita itu!" Ucapnya.

"Jangan pernah mendekati aku." Dino lalu berjalan keluar menikmati nuansa perkebunan milik keluarganya. Ia melangkahkan kaki menelusuri jalan setapak yang mengarahkannya ke sebuah bangunan tua dan tak berpenghuni namun tetap terawat. Maklum, rumah itu dijadikan pos pengawasan perkebunan.

"Rumah itu, mengapa aku merasa tidak asing?" Ucapnya dalam hati. Ia kemudian berjalan semakin dekat dengan rumah itu. Setibanya di depan rumah itu, ia memberanikan dirinya membuka pintu kayu di depannya.

"Den Dino!" Teriak Toleh salah satu mandor yang sudah bekerja lebih dari 30 Tahun di perkebunan itu. "Aden, ngapain disini? Kok bisa sampai disini? Ayo den kita kembali. Oma sudah menunggu." Ajaknya buru-buru membuat Dino bingung.

"Pak, bukannya ini tempat pengawasan perkebunan. Pak, tidak perlu kuatir. Beberapa bulan ke depan saya akan membantu Oma mengurus perkebunan ini." Dino menolak untuk meninggalkan tempat itu.

"Den, jangan!" Teriak Toleh melarang Dino.

"Pak, ada apa ini kenapa tidak boleh?" Tanya Dino

"Pak Toleh!" Teriak beberapa pemuda yang berlari kearah Toleh sambil membawa senapan.

"Siapa mereka pak?" Tanya Dino. Dino memutuskan untuk mendekat kepada mereka. Namun, tiba-tiba kepalanya pusing. Bayangan-bayangan aneh mulai menghantuinya. Kepalanya semakin sakit, di dalam otaknya muncul bayangan seorang pemuda berlari kearahnya sambil membawa senapan sedangkan mukanya ditutupi oleh penutup kepala berwarna hitam. Semakin banyak ingatan itu muncul, ia menjadi goyah.

"Den, ada apa?" Toleh mulai panik. Ia lalu mengusir semua pemuda itu. "Den, mereka orang baik kok. Bukan orang jahat. Mereka hanya sedang berburu di hutan dekat sini." Toleh coba menjelaskan kepada Dino.

"Iya pak. Saya cuman pusing sedikit aja." Ucap Dino lalu meminta Toleh mengantarnya ke rumah.

"Den, makannya jangan jalan-jalan kesini den." Ucap Toleh.

"Memang kenapa pak? Kenapa saya tidak boleh kesini?" Tanyanya.

"Ya supaya gak inget kejadian dulu den." Toleh langsung menghentikan ucapannya setelah dia sadar hampir membongkar sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.

"Peristiwa apa?" Dino mulai tertarik dengan pembicaraan ini sementara Toleh mulai gugup menjawabnya.

"Hmmm...perampokan Den." Jawabnya terbata-bata. "Den, jangan dibahas lagi, Toleh trauma kalau inget lagi." Toleh berusaha mengalihkan perhatian Dino agar tidak lagi membahas perkataannya. Dalam hatinya, Toleh untung aja gak keceplosan lagi. Bisa-bisa Oma marah.

Berbeda dengan Dino, Milka terus mencari tahu dimana Bobby. Ia meminta bantuan Jaka cucu Bi Sumbi yang dulu pernah satu sekolah dengannya dan Bobby.

"Jaka, kamu pernah liat Bobby dimana?" Tanya Milka.

"Dia ada dirumahnya. Temanku bilang Bobby dan kakaknya Sammy sudah kembali ke Bandung." Jawab Joko membuat Milka senang.

"Sekarang kita temui dia!" Ajak Milka beranjak dari tempat duduknya.

"Milka kamu baik-baik saja?" Tanya Joko setelah melihat darah keluar dari hidung Milka.

"Joko, pala aku pusing banget." Ucapnya

"Milka-milka" panggilnya.

"Kita perlu secepatnya menemukan orang yang bisa memberikan sumsum tulang ya untuk Milka harus secepatnya." Sebut Dodi sambil berjalan meninggalkan lorong.

"Pa, gak ada cara lain. Kita harus temukan Tante.." Hendrik memotong perkataan Dino.

"Jangan sebut nama wanita itu. Papa, tidak ingin mengingat wanita itu dalam hidup papa." Balas Hendrik

"Pa, dia adalah orang yang melahirkan Milka. Kita sebut aja Tante Cantika. Kalau papa terlalu sakit mendengar nama yang lain. Pa, kita perlu menemukannya dia harapan kita satu-satunya."

"Dino cukup papa tidak ingin menyakiti mamamu." Tambah Hendrik emosi.

"Kalau mama bisa maafin papa. Kenapa aku gak boleh pa?" Tanya Dino.

"Kamu berbeda papa gak mau kamu sama Naomi titik. Pa, tidak ingin kamu menderita nanti. Ingat lupakan Naomi titik. Papa gak mau dibantah!" Hendrik lalu meninggalkan Dino.

"Milka kakak akan berusaha untuk kamu." "Teguh Dino dalam hatinya.

"Kamu sudah menemukannya? Tanya Dino di dalam panggilannya. "Kirimkan alamatnya." Tambahnya setelah itu ia mendapatkan pesan masuk dari salah satu orang kepercayaannya.

Seminggu berlalu dan kondisi Milka terus memburuk. Milka semakin sulit untuk makan. Kemoterapi terus dijalankan. Ia berusaha kuat dan tegar.

"Pagi, Milka waktunya kita ganti baju." Santi melepaskan ember isi air ditangannya. Ia terkejut melihat tempat tidur Naomi kosong.

"Kak, aku ingin mengejar sesuatu yang aku inginkan. Aku ingin membuat moment yang indah bersama seseorang yang aku cintai." Ucapnya di voice note.

Dino langsung mengambil tindakan, ia mengendarai kecepatan tinggi menuju Bandung tempat ia akan membuat moment terindah dalam hidupnya.

Tok.. tok...

"Milka!" Sapa seorang perempuan cantik.

"Kak Naomi, boleh aku menginap disini." Tanya Milka lalu masuk ke sebuah rumah bernama Panti Asuhan Kasih Bunda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!