PERTEMUAN TIDAK TERDUGA

"Milka kamu dimana?" Tanya Dino sebelum Milka memutuskan panggilannya.

"Milka bisa-bisa kamu memutus panggilan kakak!" Ucapnya kesal.

"Aku perlu bantuan mu untuk mencari Milka. Cari dia sampai ketemu. Laporkan ke aku kalau ada hasilnya." Titah Dino pada Joko yang ternyata adalah kaki tangannya.

"Baik Dino." Joko menjawab dengan cepat dan sigap. "Cari Milka, Dino butuh info secepatnya." Perintahnya pada orang lain.

"Terima kasih pak." Ucap Milka. Ia keluar dari mobil, dia lalu berlari menelusuri perkebunan teh yang sangat luas. Di sana juga terdapat beberapa anak yang juga berlari seperti dia. Mereka sedang bermain sambil mengitari perkebunan teh milik keluarganya.

"Aku tahu pasti kamu disini, Bob." Panggil Milka sambil tersenyum menatap Bobby yang sedang melukis pemandangan kebun Teh.

"Milka" Sebutnya. Perlahan ia bangkit berdiri sambil meletakkan buku sketsa dan pensil serut miliknya diatas batu yang ia duduki tadi.

"Milka, kenapa kamu kesini?" Tanya Bobby. Aku merasakan getaran dalam hatiku setiap kali aku melihat Milka. Haruskah aku jujur padanya bahwa aku sudah menyukainya sejak kecil saat kami masih disekolah yang sama. Jika aku jujur sekarang apakah dia akan menerimanya? Dia bahkan memutuskan ku begitu saja tanpa mau mendengarkan penjelasan dariku. Aku ingin sekali melangkah memeluknya. Aku ingin mengatakan bahwa aku merindukannya. Tidak! Aku tidak boleh lemah di depannya.

"Milka, bukankah kamu tidak ingin bertemu denganku lagi?" Buat apa kamu datang kesini? Kamu bahkan tidak mau mendengarkan penjelasan ku." Bobby lalu beranjak pergi meninggalkan Milka.

"Bobby, aku minta maaf. Aku salah. Aku terlalu egois." Ucap Milka sambil memeluk Bobby dari belakang. Namun, Bobby tak lagi melihatnya dan beranjak meninggalkannya.

"Bobby, aku gak akan putus asa mendapatkan kamu." Tambah Milka membuat Bobby tersenyum.

"Hallo Bobby!" Sapa Milka.

"Kamu dengar gak ada suara bising?" Tanya Bobby pada anak-anak yang sedang belajar melukis dengannya.

Sebagian anak itu menunjuk pada Milka, "Mana kakak gak liat." Ledek Bobby namun tak menyulutkan semangat Milka.

"Kak, Aku mau menggambar gunung. Liat kak. Pertama buat garis melengkung terus dikasih matahari." Ucap Milka ingin merebut perhatian Bobby.

"Ini seperti gambar anak SD." Ucapnya.

"Kayak anak kecil. Bobby kamu!" Dia lalu mengejar Bobby untuk membalasnya.

Milka terus mengikuti Bobby. Bobby dengan sengaja menuntun sepedanya agar Milka bisa mengikutinya dari belakang. Tak lama, hujan turun, Bobby langsung berlari dan melindungi Milka dengan bajunya. Mereka akhirnya berteduh di saung.

"Gara-gara kamu Bob. Jadi kehujanan deh!" Milka menggerutu sambil mencubit Bobby.

"Kok, aku?" Balas Bobby, dia mengingatkan bahwa Milka yang mengikutinya.

"Bagaimana kabarmu?" Bobby memulai percakapan dengan Milka.

"Baik. Bob, kamu pake jaket aku dulu. Baju kamu basah banget. Kamu gampang banget sakit soalnya." Ucap Milka lalu menyelimuti Bobby dengan jaketnya.

"Kenapa kamu melihat aku seperti itu Bob?" Tanya Milka dari dekat.

"Karena aku menyukaimu." Jawab Bobby lalu mencium Milka. "Aku maafkan." Tambahnya bahagia. Begitupun Milka, "Jadi kita pacaran lagi?" tanyanya malu. Bobby mengangguk.

"Besok mau kemana?" Tanya Bobby pada Milka.

Di sebuah rumah tua, bertuliskan Panti Asuhan kasih Bunda. Dino duduk didalam mobilnya sambil mengamati situasi rumah itu. Beberapa kali ia mencoba untuk turun dan masuk ke rumah itu namun selalu diurungkan. Ia melihat ke kanan dan kiri sambil melihat jam yang menunjukkan pukul 11 Pagi.

"Naomi!" Dia melihat Naomi keluar dari rumah itu sambil membawa keranjang serta menaiki sepeda. Sambil menyalakan ipod ditelinga nya, Naomi asik mengayuh sepedanya. Sementara, Dino mengikutinya dari belakang.

"Mba Naomi, mau belanja apa?" Tanya seorang penjual kelontongan di pasar.

"Bu, ada pesanan dari Oma." Ia lalu memberikan kertas berisi pesanan bumbu dan kebutuhan dari Oma.

"Tunggu ya sebentar." Balasnya.

"Naomi, syukurlah kamu baik-baik saja." Ucap Dino.

"Terima kasih Bu." Ucap Naomi lalu kembali mengayuh sepedanya.

"Oma ini pesanan Oma." Naomi meletakkan semua belanjaannya di diatas meja dapur.

"Terima kasih nak, taruh saja di sana nanti Tante Rita yang akan masak." Ucap Oma sembaring menjahit pakaiannya yang robek.

"Terima kasih Naomi. Serahkan saja masakan hari ini pada Tante." Ucap Rita pada Naomi.

Tok..tok..!

"Mba, Apakah saya bisa bertemu dengan Naomi?" Tanya Dino langsung.

"Dino." Panggil Naomi. Ditangannya, ia sedang memegang baskom berisi wortel dan kentang yang akan dikupas.

"Naomi." Namun, ekspresinya berubah ketika ia melihat Rita keluar dan memanggil nama Naomi. Dia kaget, "mengapa wanita itu ada disini?"

"Tante Nesya." Sebutnya. Saat ini, ia merasa kaget sekaligus senang. Perempuan yang selama ini ia cari sudah ditemukan. Peluang Milka untuk sembuh akan semakin besar.

"Buat apa kamu kesini Dino. Bukankah kita sudah putus!" Naomi lalu mengusir Dino.

"Nom, kita bisa bicara baik-baik." Pinta Dino sambil melihat kearah Rita. Rita hanya diam saja, ia terlihat takut melihat Dino.

"Naomi buka pintunya. Aku perlu bicara." Pinta Dino. Tante Nesya, aku harus bertemu dengannya ucap Dino dalam hatinya.

"Kak Naomi.. Kak Naomi." Panggil Milka riang, ia berbunga-bunga setelah bertemu kembali dengan Bobby. Rasanya seperti di Surga.

"Milka!" Suara itu seperti tak asing di telinganya. Suara tegas seperti kakaknya.

"Kak Dino!" Ia tertegun melihat kakaknya berdiri di depannya. Matanya melotot seperti ingin memakannya. Kak Dino, abis lah aku setelah ini. Sekarang hanya ada satu cara, kabur!

"Hi, kamu! Mau kabur ya!" Dino buru-buru memegang kerah baju Milka. Ia sudah hafal betul apa yang di pikirkan adiknya.

"Milka." Panggil Rita. "Anak-anak sudah menunggu." Tambahnya.

"Milka, jadi selama ini kamu tinggal disini?" Ia kaget mengetahui kenyataan ini. Milka dan Nesya tinggal bersama. Apakah Nesya sudah menceritakan hubungan dia dengan Milka. Bahwa Nesya adalah ibu pengganti sekaligus. Ibu yang melahirkan Milka. Dino semakin kecewa kala ia tahu Naomi juga sudah mengetahui keberadaan Milka.

"Milka ikut kakak pulang!" Bentaknya menarik tangan Milka.

"Tidak mau kak, Milka mau disini!" Milka menolak namun Dino tetap menariknya dan memaksanya pulang.

"Dino, stop! Lepaskan dia!" Naomi membantu Milka

"Ini bukan urusan kamu Naomi. Milka adalah adikku. Satu lagi masalah kita belum selesai."

"Aku berhak! Karena aku anggota di rumah ini dan Milka juga penghuni rumah ini." Teriak Naomi.

"Naomi! Cukup! Aku gak mau berantem sama kamu. Aku cuman mau bawa Milka pulang." Pinta Dino.

"Dino! Kamu mau Milka juga merasakan apa yang kita rasakan? Tersiksa kehilangan orang yang dia cintai!" Teriak Naomi. Mendengar hal ini Dino berbalik dan menata Naomi. Milka langsung berlari kebelakang Oma Murni. Ia meminta perlindungan seperti anak yang baru tertangkap melakukan kesalahan.

"Sakit? Tersiksa? Aku tanya sama kamu, siapa yang mulai duluan. Siapa yang mendua lebih dulu? Aku ? Kamu salahkan aku?" Tanya Dino bertubi-tubi. Amarahnya mulai memuncak sedangkan Naomi menahan air matanya.

"Jawab Naomi!" Bentak Dino.

"Dino!" Teriak Oma Murni lalu menamparnya. Ia tidak terima cucunya diperlakukan seperti itu.

"Jangan bentak dia! Saya tidak pernah membesarkan dia hanya untuk dibentak sama kamu. Saya tidak pernah membiarkan dia pergi jauh ke negeri orang jika akhir hanya untuk di hina oleh kamu! Jangan sakiti cucuku." Bentak Oma Murni sementara Dino meneteskan air matanya. Rasa sakitnya menusuk hatinya.

Ia mengingat kejadian ketika dirinya memergoki Naomi bersama Gilang keluar dari toko musik. Ketika itu, Naomi menolak menemani Dino karena ada project yang harus diselesaikan dengan temannya. Padahal hari itu, adalah hari ulang tahun Adam sahabatnya. Orang yang ingin dikenalkannya pada Naomi.

Di depan mata, jelas nampak Naomi dan Gilang berjalan sambil tertawa melintas dihadapannya. Ia pun meneleponnya, dan mendapati jawaban yang berbeda dengan keadaan sebenarnya. Naomi berbohong jika ia berada di kampus.

Di saat itu, Dino dan teman-temannya juga sedang berdiskusi tentang project akhir disebuah cafe, letaknya dekat dorm Naomi. Esoknya tak lama setelah kejadian itu, ia juga melihat dari dalam mobilnya, Gilang menunggu Naomi pulang dari kerja part timenya. Sesuatu yang tidak diketahui Dino. Ia tidak tahu bahwa Naomi mengerjakan lebih dari satu part time diluar kuliahnya.

Sambil berjalan pulang, mereka tertawa bersama saling memuji, makan malam bersama disalah satu ritel di dekat pertigaan dorm Naomi. Hati Dino hancur, mengapa Naomi harus membohonginya. Apa salahnya? Ia tak dapat lagi menahan rasa sakit itu. Ia sadar ia belum sepenuhnya pulih dan bisa melupakan semua itu. Ia belum sepenuhnya memaafkan Naomi. Kini, ia diliputi amarah dan kebencian pada Naomi dan Gilang.

Ia juga mengingat setiap kebohongan-kebohongan yang dibuat Naomi hanya untuk menutupi hubungannya dengan Gilang.

"Oma, Naomi selingkuh." Ucapnya sambil menitikkan air mata. Kalimat yang terucap dari bibirnya membuat Oma Murni shock. Ia menatap Naomi. Apa yang terjadi, bagaimana ini bisa terjadi?

"Dia mengkhianati cinta Dino." Tambahnya lagi menahan air matanya.

"Aku bukannya gak ingin Milka meraih cita-citanya tapi dia juga harus peduli pada dirinya." Tambahnya.

"Milka, kakak sayang sama kamu. Kakak lakukan semua untuk kamu. Jadi, ayo kita pulang. Kamu sudah melewati 2x pengobatan mu." Ucap Dino lalu berbalik arah mengusap air matanya.

"Milka! Ayo!" Panggilnya lagi sambil menunjukkan tangannya.

"Ok. kakak pulang!" Tambahnya. Milka tahu jika kakaknya berkata seperti itu. Berarti kakaknya sangat kecewa. Kakaknya tidak pernah menyerah.

"Kak, tunggu! Milka ikut!" Jawab Milka menghampiri Dino.

"Pake seatbelt-nya." Dino mengusap air matanya. Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Milka.

"Kak, belum pernah ada orang yang bilang kalau menangis itu dilarang bagi laki-laki." Ucapnya dewasa.

"Aku tahu kakak menangis sendirian." Tambahnya sambil memberikan tissue pada Dino.

"Kak, kalau aku minta kakak balikkan lagi dengan Kak Naomi gimana?" Tanya Milka

"Yang berlalu biarlah berlalu. Ada saatnya kita harus menghadapi masalah itu dan membiarkannya berlalu dari hidup kita." Balas Dino.

"Kak Naomi bukan masalah yang bisa berlalu aku yakin itu. Dia masih memiliki 100 persen hati kakak. Saat kakak mabuk, hanya nama Naomi yang kakak sebut." Balas Milka.

"Kakak benci penghianatan." Balas Dino.

"Tapi kakak memilih bertahan untuk itu kan? 5 Tahun kak." Ucap Milka

"Kakak bertahan .. untuk kamu. Karena kamu sayang banget sama Naomi. Kakak gak mau ngeliat kamu kecewa." Mendengar itu Naomi justru kecewa.

"Oh ya kak. Sekarang kebahagiaan itu jadi semu kak. Kalau kakak mau bahagiakan Milka, kakak harus bahagia dulu. Kalau gak kesannya hanya seperti kebahagiaan yang kosong." Setelah itu Milka memilih pura-pura tidur. Ia melihat kakaknya, bersedih setelah pembicaraan mereka tadi.

"Kakak gak tahu caranya Milka. Papa memutuskan untuk menjodohkan kakak dengan anak rekan bisnisnya." Ucap Dino. Ia lalu memeluk Milka erat.

"Kak, kebahagiaanmu hanya Naomi." Ungkap Milka dalam hatinya.

hingar bingar lampu terus berputar ditambah suara musik elektronika yang membuat orang-orang ingin menari. Dino duduk sambil memegang ponselnya dengan wallpaper Naomi.

"Naomi! Kamu dimana?" Teriaknya. Sementara Naomi terdiam mendengar suara Dino.

"Kamu mabuk? Kamu dimana?" Tanya Naomi.

"Aku? Mas" Panggil Dino mabuk.

"Tolong kasih tahu dia, saya dimana." Pintanya dalam kondisi mabuk. Ia lalu jatuh dalam ketidaksadarannya.

"Din!" Panggil Naomi yang datang menghampirinya.

"Naomi!" Ia sadar sambil tersenyum sendiri. "Pacarku ya?" Dino langsung memeluknya dan mengecup pipinya.

"Tahukah, kamu bertapa aku merindukan kamu?" Dino menatap Naomi dengan sendu.

"I Miss you." Dino langsung memeluknya erat dan tidak ingin melepaskannya. Seperti anak kecil yang takut kehilangan ibunya.

"I Miss you too." Balas Naomi. Naomi lalu memapahnya kembali ke Penthouse.

"Naomi, aku punya hadiah buat kamu." Ucapnya sambil berjalan sempoyongan mencari hadiah yang ingin dia berikan pada Naomi. Sebuah boneka beruang yang bisa bersuara. Ia lalu mengambilnya dan memberikan hadiah itu langsung pada Naomi.

"Buat kamu." Ucapnya sambil tertawa. Ia lalu berjalan menuju refrigenerator. Ia mengeluarkan seluruh makanan yang ada di dalamnya.

"Naomi, sini!" Panggilnya. "Ini semua makanan kesukaan kamu, Yogurt, Strawberry, Almond Milk, Oatmeal." Ia lalu memanggil Naomi lebih dekat dan menyuruhnya duduk di bangku meja makan. Ia lalu membuka Yogurt Strawberry miliknya, "Kamu tahu gak aku benci banget sama strawberry karena aku geli liat kulitnya. Tapi, kamu suka sama buah ini jadi aku juga suka." Ucapnya sambil menyuapi Naomi.

Naomi, menitihkan air matanya. Ia ingat dulu dia memaksa Dino makan Strawberry. Dino berpindah ke sebuah Almond Milk. Ia mengambil gelas lalu menuangkannya hingga tumpah.

" Tumpah maaf." Sambil tertawa. "Minum, tiap pagi kamu selalu minum susu kan?" Sambil mencubit pipi Naomi yang membuatnya gemes. "Kamu mau apa lagi?" Dino berjalan kearah Refrigenerator lagi. Dia mengambil acak makanan dan minuman di sana. Melihatnya dari belakang, Naomi mulai menghampirinya untuk membantu Dino.

"Ini masih banyak ..." Dino berbalik arah, lalu menitihkan air matanya. Naomi mengecup bibirnya. Dino langsung menghempaskan Naomi lalu masuk ke kamar mandi.

Didalam, ia mencuci mukanya. "Sadar, Dino." Ucapnya berkali-kali sambil mencuci mukanya dengan air.

Sementara, diluar Naomi mengambil hadiah itu lalu menekan tombol yang ada di tubuh boneka itu dan terdengarlah suara Dino.

Naomi, aku gak bisa bilang langsung ke kamu. Selamat Ulang Tahun ya. Semoga kamu mendapatkan impianmu. Maaf, aku gak bisa menemani kamu karena aku ada rapat penting. Mengenai pertunjukkan mu, aku pasti akan datang. Naomi, i love you.

Naomi menitihkan air matanya. Dia yakin Dino masih sangat mencintainya. "Naomi, kamu kok nangis?" Tanya Dino sambil mengusap air matanya. Naomi lalu mengecup bibir Dino. "I love you" Ucapnya.

Dino terdiam memandang Naomi. "Aku menginginkanmu malam ini" Ucap Dino. Naomi lalu mengecupnya lagi tanpa berkata apapun sambil melepaskan satu per satu kancing baju Dino. Malam itu mereka habiskan bersama.

"I love you, Naomi" Ucap Dino lalu mengecup punggung Naomi yang terlelap dalam tidurnya sebelum Dino pergi meninggalkan Naomi sendirian.

Keesokan harinya, Naomi terbangun dalam kondisi hanya tertutupi oleh selimut putih. Sementara, semuanya berantakan.

"Dino!" Panggilnya namun tak ada balasan. Ia mulai mencari masih dalam keadaan hanya selimut putih itu yang dipegangnya erat untuk menutupi tubuhnya. Tak ada Dino disudut manapun. Tak ada kata perpisahan atau pesan yang tertinggal.

"Kenapa Dino! Kamu membohongi dirimu!" Teriak Naomi membiarkan air dari shower mengalir membasahi tubuhnya.

2 Minggu berlalu,

Dino mencoba menghubungi Naomi, setibanya dia di Jakarta. Ia terus menghubungi Naomi namun selalu berada diluar area.

Ia, selalu tinggal di Penthouse. Tiba-tiba, ia menerima email dari Naomi.

"Din, jangan temui aku lagi. Aku rasa kita gak akan mungkin bisa bersama lagi. Aku gak mau jadi beban mu. Aku sangat membencimu" Naomi.

Dino yang fokus pada kata terakhir itu, ia kaget dan tak tahu harus mempercayainya atau tidak.

Apa yang terjadi? Mengapa ia membenciku?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!