PERUBAHAN

"Milka.. Milka" Hendrik mencoba membangunkan Milka.

"Milka, kamu pergi kemana? Kita semua cemas mencari kamu!" Ratih juga ikut bertanya pada Milka sedangkan Dino hanya berdiri melihat kearahnya.

"Selamat siang, sudah waktunya untuk Milka menjalankan pengobatan." Ucap Suster Santi, kemudian beberapa suster datang membantu dan mempersiapkan Milka untuk menuju ruang kemoterapi.

"Milka, selamat datang!" ucap dokter Beno, dokter kemoterapi Milka

"Dok, ini ruangan apa? kok gak ada namanya" Milka mencoba mencari nama ruangan itu tapi tak ditemukan.

"Ini ruang perawatan, Milka datang kesini untuk mendapatkan perawatan agar kamu bisa cepat pulih" Ucap Dokter Beno sembaring memapah Milka yang mulai lemas sedangkan Dino hanya diperbolehkan menunggu diruang rawat.

Apa yang sebenarnya terjadi? aku sakit apa? mengapa harus dirawat seperti ini? apakah ini wajar untuk penyakit biasa seperti kata kak Dino?  Apa ada yang disembunyikan? obat apa yang mereka suntikkan? tanya Milka dalam hatinya.

 -----

"Milka!" Hendrik dan Ratih menyambut anak mereka. Raut muka kesedihan tak lagi mereka pertunjukan. 

"Ini semua buat Milka?" tanyanya sambil memeluk boneka beruang besar menggunakan baju berwarna biru dan terukir nama Milka di sisi kanannya.

Melihat kebahagiaan putrinya, Ratih tak kuasa menahan tangisannya. Di peluknya Milka dengan erat, "Milka, mama sayang sama kamu dan akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu."

Suasana yang haru, "Ma, kak Dino mana?" ia tak melihat Dino di kamarnya sejak ia kembali. "Mungkin dia sedang bersama Kak Naomi." Ucap Milka kecewa. 

 ---

Deluxe Restoran

Suasana romantis, iringan biola, serta pemandangan indah lampu kota Jakarta terbentang luas dihadapan Naomi. 

"Din, makasih untuk surprise nya. Aku suka sekali." Ucap Naomi yang tidak digubris oleh Dino. Ia kembali memanggil nama sang kekasih dengan lembut.

"Kenapa" Balas Dino ketus. 

"Din, kenapa kamu tidak pernah memakai kemeja pemberian aku?" Dino masih tidak menjawab. "Kamu masih kamu simpan kemejanya?" Naomi coba kembali bertanya. "Apakah perbedaan kalau aku pakai atau tidak? kamu gak mau ketemu kalau aku tidak memakai kemeja itu? Kamu gak suka baju yang aku pakai?" Balas Dino dingin dan jutek. "Kalau gitu kita pulang aja." Dino langsung bersiap-siap. Ia meletakan alat makannya.

"Dino, it's ok! Aku suka apapun kemeja yang kamu pake." Balas Naomi merasa canggung dan bingung memulai percakapan dengan Dino. Naomi merasakan sikap dingin Dino saat ini. "Dino bagaimana penampilan aku malam ini?" Tanyanya lagi, ia ingin sekali membuat Dino menatapnya meskipun hanya sebentar. 

"Din!" Panggil Naomi, sembaring merapikan rambutnya yang terurai menutupi bahunya. Baju hitam dengan legan sabrina membuatnya tampak sangat cantik dan anggun.

"Cantik!" Ucap Dino meliriknya tanpa ekspresi dan tetap dingin. Oke Naomi menyerah.  

"Dino, besok hari pernikahannya Sasa sahabatku. Kamu bisa hadir?" Tanyanya menyodorkan undangan pernikahan Sasa dan Rocky.

"Sasa dan Rocky, pasangan yang cocok. Aku rasa mereka sudah saling menyukai semenjak kita sekolah dulu." Jawab Dino sambil fokus dengan steak-nya, ia membagi daging itu dalam beberapa potong.

"Cara makan kami unik banget Din. Kamu bagi dulu dagingnya baru dimakan? Aku baru

tahu Din." Naomi mulai mengomentari cara Dino yang baru ia sadari.

"Jangan cerewet cepat makan." Tegur Dino lalu menukar piringnya dengan Naomi. "Aku gak bisa menemanimu! Minta sahabatmu untuk menemanimu!" Balas Dino dingin.

"Biasanya, kamu gak izinkan aku pergi dengan yang lain!" Balas Naomi spontan.

"Sekarang  boleh! Aku yakin, kamu bisa jaga diri! Aku sibuk dan gak ada waktu!" Balas Dino. "Naomi, kamu gak pesan Spaghetti Fettucini kesukaan aku ya?" Tanyanya tanpa melihat Naomi. "Aku pikir, kamu akan suka menu baru ini" Sambil menunjuk piring Spaghetti Oglio with Scallop yang diracik secara khusus.

"Naomi, kamu pikir sangat mudah merubah kesukaan orang lain. Please jangan pernah merubah apapun! Baik itu menu kesukaan aku, dll" Bentak Dino dengan ketus.   

"Din, kamu kenapa harus marah-marah? Aku cuman mau kamu nyobain menu ini ." Naomi memegang tangan Dino, namun ia tidak menggubris, ia justru memalingkan wajahnya, sambil meminum segelas red wine yang telah disiapkan pelayan.

"Gimana kabar Milka?" Tanya Naomi santai.

"Hari ini, dia kemoterapi pertamanya." Jawab Dino berat dan singkat. 

"Baguslah kalau begitu, dia gak akan ngerepotin kamu!" Jawab Naomi tenang dan santai, namun ekspresi Dino tak seperti dirinya, ia membanting pisau dan garpu yang digunakannya, menarik tangan Naomi lalu sampai ia mengeluh kesakitan.

"Naomi! kamu bilang apa barusan? Jadi, kamu senang kalau Milka sakit?" Tanya Dino menekan nada bicaranya.

"Dino, aku itu sayang Milka. Kamu pikir aku orang yang seperti apa?" Jawab Naomi merasakan sakit dipergelangan tangannya. "Benar dong, bagus kalau dia udah mau menjalankan kemoterapi, berarti dia udah dirawat dengan baik dan pastinya ada kemungkinan dia untuk sembuh. Jadi kamu gak akan terus mikirin dia, dan lebih fokus dengan masa depan kamu dan hubungan kita!" Tambah Naomi, ia berusaha melepaskan genggaman Dino.

"Kita!" Balas Dino, matanya mulai memerah, genggaman itu melemah, perlahan Dino melepaskan tangan Naomi. 

"Ia kita! Dino! Kita sudah lama pacaran tapi gak ada kemajuan sama sekali. Din, jangan-jangan kamu punya wanita lain dibelakang aku." Kata Naomi dengan nada yang lebih tinggi. Dia marah dengan sikap Dino yang tidak pernah lagi memperhatikannya.

"Stop Naomi! Cukup! Aku gak mau mendengar apapun terutama pembicaraan kita hari ini." Dino tak ingin mendengarkannya lagi.  

"Lagian dia juga bukan adik kandungmu!" Tambah Naomi meluapkan kekesalannya, namun kalimat itu semakin membuat Dino geram.

"Naomi! Jaga kata-katamu!" Tegur Dino, ia lalu melempar sebuah kotak berwarna pink dihiasi pita diatasnya. Kotak itu sedari tadi disembunyikan Dino dibelakang nomor meja. Kotak itu sangat indah dan Dino memesannya secara khusus. 

"Dino apa-apaan sih! Kamu gak bisa kasih baik-baik harus melempar kayak gitu!" Teriak Naomi kesal dengan sikap Dino. Ia lalu meletakkan kotak itu diatas meja makan. Dino lalu bangkit berdiri dan mendekati Naomi. Ia meletakkan tangannya dipundak Naomi dan mendekati wajahnya. Dalam sekejap Naomi langsung menampar Dino. "Aku benci kamu, No!" katanya. 

Dino mengelus pipinya lalu mengambil kotak yang tadi dilemparkannya lalu memberikannya pada Naomi. "Kalau kamu gak mau, boleh kamu buang kotak ini ke tong sampah! Sekarang!" Dino memerintah Naomi, "kamu gak pantes menerima hadiah ini karena aku gak pernah mempersiapkan ini untuk perempuan berhati busuk seperti kamu!" tambah Dino membuat Naomi sakit.

"Kamu bilang apa! gak ada kemajuan?" Dino mendekati Naomi dan menatap matanya.

"Kamu lupa, semua ini karena kamu! bukan aku!" Naomi bisa merasakan hembusan napas Dino di wajahnya. Dino semakin mendekat kepada bibirnya. Naomi lalu memejamkan matanya, "Kamu ingat!" ucap Dino. Naomi segera membuka matanya setelah mendengar kata itu di telinganya. Tubuhnya mulai gemetar dan rasa takut muncul dalam hatinya. 

"Dulu aku pernah mengerjai Sammy hanya karena adiknya membuat Milka menangis. Aku juga bisa melakukan hal yang sama dengan kamu jika kamu berani berkata dia bukan adik kandungku!!" Ancam Dino di telinga. 

Dino tahu Naomi merasa ketakutan. Ia lalu melirik pada kalung yang digunakan Naomi, kalung emas putih dengan liontin kalung hati tanpa permata. "Kalung Ini gak cocok buat kamu!" Dino menarik kalung itu dari leher Naomi lalu dengan santai ia meminum segelas wine yang tadi dibawanya. 

"Dino, apa-apaan sih kamu!" teriak Naomi. "Itu kalung aku, Dino!" 

"Huttsss!! Gimana hubungan kamu dengan Gilang berjalan dengan baik? Kamu tahu alasan kenapa dia dikeluarkan dari kampus?" Tanya Dino yang membuat Naomi terdiam. 

"Kok kamu tahu No, jangan bilang kamu dibalik ini semua?" Tanya Naomi terbata-bata.

"Iya! Aku tahu hubungan kalian berdua, dia selingkuhan kamu! Kamu lupa aku asisten dosennya, jadi aku buang semua tugasnya ke tong sampah!" Dino lanjut memakan dessert puding karamel kesukaan Naomi yang baru saja diantar oleh pelayan.

"Delicious, it's your favorit dessert!" Ucap Dino sementara muka Naomi pucat tak menyangka dengan apa yang sudah dilakukan Dino pada Gilang.

"Kenapa kamu menghancurkan masa depan orang lain?" Tanya Naomi dengan mata yang mulai berkaca-kaca. 

"Masa depan orang lain? Aku udah bilang tadi alasannya, kamu gak ngerti? Tidak bisa bahasa Indonesia? Pikirkan ucapan aku tadi baik-baik!" Balas Dino.

Naomi menitihkan air matanya membuat ekspresi Dino sedikit berubah. "Naomi lebih baik kamu habiskan pastanya sampai habis, karena part terbaiknya adalah diakhir bukan ditengah." Dino berpindah ke sebelah Naomi lalu menyeka air matanya dan menyuapinya kemudian mengusap lembut bibir Naomi dengan tangannya. "Mau bertahan atau gak, itu pilihan kamu!"

"Dino!" Ucap Naomi parau. "Lebih baik diam sampai akhir, semuanya akan berjalan dengan baik, Na-omi." Naomi memakan pasta itu lagi. 

Tak lama setelahnya pelayan restauran mengantarkan cake kesukaan Chocolate mint kesukaan Naomi berserta lilin ulang tahun yang sudah dinyalakan. "Happy Birthday Naomi! Wish you all the best!" Dino mengecup pipi Naomi. "Santai Naomi, kelanjutan hubungan kita tergantung kamu.Aku gak pernah memaksa tapi jangan harap kalung ini akan ada dileher kamu lagi. Jadi buang kotak itu! paham!" Dino lalu meninggalkan Naomi sendirian.

"Dino, kamu mau pergi kemana?" Teriak Naomi. Dino berbalik dan berbisik padanya, "kamu yang buat aku pergi!" Naomi menitihkan air matanya. 

"Dino" Air matanya turun ketika dia melihat isi kotak itu sebuah cincin berlian berbentuk hati. Lalu sebuah kartu, Sorry Naomi, aku gak punya banyak waktu buat kamu. Maukah kamu berlibur bersamaku akhir tahun ini? I need you.

Dino duduk di dalam mobilnya sambil melihat kearah jamnya, tak lama Naomi masuk ke dalam mobil Mercedes hitam. "Din, aku mau pulang, bisa anterin aku?" Ucap Naomi dan Dino mengiyakannya.

"Din, ini mau kemana, ini bukan kearah rumahku?" Dino mempercepat mobilnya dan membuat Naomi takut. "Din, pelan-pelan." Pintanya.

Dino semakin menancapkan gas dan berhenti di depan rumah sakit tempat Milka dirawat. Dino menarik tangan Naomi dan membawanya untuk melihat Milka. Didepan ruang Milka, Dino menyuruh Naomi untuk melihat Milka yang sedang tidur dari jendela kecil di depan ruangan rawatnya.

"Dia adikku, adik kandungku. Dia sangat menyukai kamu kalau bukan karena dia kita gak akan pernah jadian. Kamu tahu, dia masih kecil dan dia bilang ke aku bahwa dia sangat menyukai kamu, dia mau kamu jadi kakaknya! Naomi!" Dino membalikkan badan Naomi menghadap padanya.

"Kamu lupa dulu kamu itu gak lebih dari cewek kutu buku yang selalu jadi bulan-bulanan anak satu sekolah bersama teman kamu Sasa. Kalian berdua itu sama, kamu ingat bagaimana awal dari hubungan kita?" Dino menatap tajam pada Naomi.

"Kamu nekat bohong ke semua orang, kalau kamu pacar aku padahal kamu gak kenal aku siapa. Kamu ingat surat yang kamu tulis buat aku?" Dino mendekat sementara Naomi mundur searah dengan langkah Dino.

"Asal kamu tahu" Dino menatap tajam pada Naomi, menarik tangannya dan mendorongnya ke  tembok. "Surat kamu itu, awalnya aku buang ke tong sampah tapi dia orang yang kamu bilang bukan adik kandung aku!" Dino menarik Naomi untuk melihat Milka, "Dia yang ambil dan memaksa aku untuk membaca surat kamu. Dia dan kakak sepupuku kak Nana, dan tante Dina yang maksa untuk balas surat kamu. Dia!!" Mendengar perkataan Dino, Naomi teringat masa lalunya dan menangis.

Naomi menangis membuat Dino ingin mengelusnya dan menenangkannya namun apa yang dikatakan Naomi, "Jadi, kamu terpaksa berhubungan dengan aku?" Tanya Naomi membuatnya mengurungkan niat itu. Ia juga menangis, ia marah, hatinya juga teriris. "I love you, Dino." Ucap Naomi.

"Dino" Ucap Naomi memeluk Dino, " Stop Naomi!" Dino menghempaskan tangan Naomi dan mendorongnya ke tembok, memegang wajah kecilnya dengan kedua tangannya dan menyuruhnya menatap kedua matanya. Kedua matanya diliputi kemarahan, "Dia itu adik kandung aku! Meskipun dia tidak lahir dari rahim ibuku, dia adik kandungku, Milka Bratayudha ingat itu!!!" Dino lalu memukulkan tangannya ke tembok menyebabkan luka di tangannya. Reihan yang melihatnya langsung menghentikan semua itu.

"Naomi pergi!!" suruh Reihan, dia mencoba menenangkan Dino.

Naomi kenapa kamu berubah? ucapnya dalam hati sambil menatap Naomi melangkah pergi menjauhinya.

Naomi berlari, ia mengingat semua kenangan masa lalunya bersama Dino. Semua kenangan indah dalam ingatannya. Ia ingat pertama kali ia bertemu dengan Dino. Saat itu penampilannya tidak seperti sekarang.

"Hei! Pergi kamu! Jangan ganggu dia!" Teriak Dino kepada segerombolan orang yang berusaha membuli Naomi.  

"Dino, dia itu pantas dibully, liat giginya pake behel, kaca mata tebal, rambut di kepang orang kampung." Teriak mereka 

"Hei, kalian pikir gak kampungan membuli cewek gak bersalah?" Dino membalas mereka semua. "Udah pergi gak!" Gertak Dino dan semuanya pergi. 

"Hei! Kaki kamu luka tuh!" Dino memakaikan plester di luka Naomi. "Besok jangan di kuncir lagi ya, kayak gadis kampung!" Balasnya sambil tersenyum. 

"Aku baru saja pindah dari Bandung. Nama kamu siapa? " Tanya Naomi kecil yang baru saja tiba di Jakarta. "Mau mangga? Ini baru aku ambil dari pohon." Ia lalu menunjuk keatas sambil memegang kucing kecil ditangan kanannya. Ia lalu memberikan mangga itu pada Naomi lalu melepaskan kucing kecil itu.

"hati-hati" tambah Dino.

SMP PUTRA BANGSA,

"Awas ya kalian! Aku gak takut!" Teriak Naomi membangunkan Dino yang tertidur disalah satu sudut Rooftop sekolah.

"Siapa yang berisik banget!" Teriak Dino. "Kamu lagi?" Tambah Dino.

"Kamu." Naomi kaget ada orang disitu. Semenjak itu mereka justru seperti kucing dan tikus. Naomi berkali-kali menyebabkannya masuk ke ruang BP karena memergoki Genk Dino berantem disekolah padahal hal ini untuk melindungi si lemah dan mengerjai yang jahat.

"Kamu mau ngapain?" teriak dia pada beberapa orang yang ingin membully-nya.

"Aku akan bilang ke Dino, pacarku." Ceplosnya.

"Apa pacar Dino?" Orang-orang itu kaget dan mulai menjauh. Dia membuat Dino masuk ke ruang BP namun disisi lain ia menjadikan Dino penyelamatnya. Ia tidak mengetahui bahwa Dino itu ada cowok yang dia benci karena tukang berantem.

"Syukur, mereka takut sama Dino. Aku harus ketemu dia dan minta bantuan." Naomi.

Flashback off,

"Kamu nyebelin Dino." Ucap Naomi dalam hatinya sendirian sambil berlari memeluk tasnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!