WHY NAOMI?

Naomi aku harap kamu bisa menemani Milka- Dino. Tulis Dino sebelum meninggalkan kamar Naomi.

"Milka jangan terus baca komik, nanti mata kamu sakit, sambil tiduran lagi"

"Udah deh ma, dia itu emang bandel gak bisa di bilangin" Dino mengecek semua ruangan agar tidak ada yang tertinggal dirumah sakit.

"Gimana perasaanmu?" Tanya Mama dan tiba-tiba Milka merasa ingin muntah.

"Mil.. Milka, Dino ambil wadah kosong! Milka mau muntah!" Dino berlari memanggil suster untuk memberikannya wadah yang bisa digunakan untuk Milka. Ia menarik ember di kamar mandi yang masih berisi air sehingga semua air tumpah dan mengenai kemejanya. Sementara Milka mencoba menahan dengan tangannya agar tidak keluar sebelum Dino membawa tempat untuknya. Ratih terus mengelus punggung Milka untuk membuatnya tenang. Milka sangat lemah, nafsu makannya juga berkurang.

"Sudah lebih baik Milka?" Tanya Ranti memeluk sang putri.

Di dalam kamar mandi, Dino sibuk membersihkan rambut adiknya yang ada di sisirnya, ia tidak ingin Milka mengetahui kerontokan rambutnya yang semakin parah. Terkadang ia tak bisa menahan kesedihannya. Ia mengusap air matanya sambil terus menyikat sisir itu.

"Aku harus kuat demi Milka dan juga mama." Ucapnya melihat bayangan dirinya di kaca.

"Selamat siang." Sapa Santi. Suster yang membantu Milka.

"Tadi saya dengar, Milka muntah lagi? Saya bawakan handuk untuk membersihkan badannya Milka."

Ratih lalu mengambil handuk itu,"Terima kasih suster." Ucapnya sambil menerima panggilan penting dari salah satu klien perusahaan.

"Hallo.." Jawabnya, tak lama setelahnya ia memanggil Dino, "Dino, tolong mama sebentar ada panggilan penting dari kantor." Pintanya.

"Ma" kata Dino tak ingin mamanya pergi meninggalkan Milka.

"Sorry sayang, ini penting, sayang, kamu gantiin mama sebentar saja." Ratih lalu memberikan handuk itu kepada Dino lalu keluar mencari tempat yang cocok melanjutkan untuk panggilan tersebut. Dino bingung, apa yang harus ia lakukan. Ia melihat kedua tangannya, tangan kiri dengan selimut sementara satunya terbalut oleh perban."Bagaimana bisa aku membantu Milka sementara tanganku masih terluka?"

"Saya bantu!" Ceplos Suster Santi melihat ekspresi bingung diwajahnya.

"Gak perlu suster, biar saya saja." Dino merasa risih. Namun, Milka langsung mengambil handuk itu dan memberikannya kepada Santi.

"Udah, suster aja, kakak pasti gak bisa, liat tuh tangannya" dia menunjuk pada tangan Dino yang masih diperban. "kamu, kakak bisa gunakan tangan kakak yang satunya." Dino membela dirinya lalu meledek Milka dengan menarik hidung Milka seperti menyerupai hidung babi, "Kakak jangan dong. Hidung aku ini aset.Benarkan suster" Dino lalu mengelus rambut Milka.

"Iya-iya kamu jagonya kalau soal begitu ya." Balas Dino.

"Suster liat nih, kakak Dino resek banget." Ia mengadu pada Santi yang tersenyum malu pada Dino. Ia terpesona pada Dino sejak pertama kali ia melihat Dino dulu. Ia tahu bahwa Dino orang yang baik.

"Kok bisa ya, Kak Naomi suka sama kakak." Ceplos Milka, "Heh! kakak punya banyak fans loh." Balasnya.

"Iya, salah satunya aku mas Dino" Ucap Santi pelan.

"Sorry Suster tadi ngomong apa?" Tanya Dino membuatnya kaget dan bingung harus membalas apa.

Aduh ngomong apa nih? Malu aku kalau sampe mas Dino tahu aku suka dia. "Enggak Mas, pacar mas gak pernah datang kesini jenguk Milka ya?" Tanya Santi namun Dino hanya tersenyum.

"Dia sibuk, gak tahu kapan punya waktu!" Jawab Dino sambil mengelus rambut Milka.

"Kenapa kamu ngeliatin kakak kayak gitu?" Balas Dino ketika Naomi tiba-tiba cemberut dan melipat kedua tangannya didada.

"Telepon kak Naomi sekarang" Pinta Milka.

"Milka, kak Naomi sibuk!" Jawab Dino, Milka semakin cemberut. Ia akhirnya menyerah.

"Ok, kakak akan telepon Naomi. Kakak gak bisa liat kamu cemberut kayak gitu." Ketika Dino mengeluarkan ponsel, ia mendapatkan panggilan masuk dari salah satu temannya Adam yang sudah landing di Bandara Soeta.

"Halllo Dam" Sapa Dino dengan suara bass-nya. Gaya Dino yang maskulin membuat Santi semakin terpukau. Ia seperti melihat pangeran kuda putih yang tersenyum padanya. Yaampun ganteng banget si mas Dino, calon suami idaman.

"Kakak aku memang seperti itu orangnya. Dia jaim tapi baik kalau suster suka, hmmm kayaknya butuh perjuangan super extra soalnya Kakak aku suka banget sama kak Naomi. Jadi suster lebih baik sama Kak Reihan, dia juga baik kok" Ucap Milka tersenyum melihat Santi terus menatap Dino dari belakang.

"Gak, aku mau sama yang ini aja" Jawab Santi keceplosan membuat Milka tersenyum geli.

"Hello suster! Suster seharusnya mengelap tangan Milka.Suster gak fokus sampai baju adik saya basah semua." Dino melambaikan tangannya lalu menepuk pundak Santi yang sedang melamun. "Suster" Panggil Dino, hal ini membuat Santi sadar bahwa sedari tadi dia mengelap baju Milka bukan tangannya.

"Aduh, maaf" Santi merasa malu.

"Kak, ini udah 10 menit sejak kakak terima panggilan itu" Milka tertawa sendiri sambil menunjuk posisi Dino berdiri dan memberikan kode kepada kakaknya tentang ketertarikan Santi padanya. Kedipan mata Milka membuat Dino mengerti dan mulai berjalan mendekati Santi. Pipi Santi merah, jantungnya berdebar dengan kencang.

"Suster liatin saya?" Tanya Dino mendekat pada Santi. "Suster berniat bikin adik saya masuk angin ya?" Tambahnya membuat Milka ketawa geli.

Dino memegang tangan Santi lalu mengambil handuknya. "Kalau gitu biar saya aja, suster boleh bantu saya ganti air nya?" Suster Santi lalu buru-buru ke kamar mandi dan keluar dengan baskom kecil berisi air yang baru.

"Kamu itu jangan suka ledekin orang kayak gitu." Ucap Dino pelan menepuk dahi Milka lembut.

"Dia suka sama kakak. Aku tahu dari sikapnya, seperti waktu Kak Naomi dulu." Ucap Milka.

"Dia bukan Naomi! Naomi ya Naomi, Santi ya Santi, aku menginginkan Naomi bukan Santi, are you understand!" lalu mendorong dahi Milka dengan telunjuknya.

"Auuu, Iya" Milka mengusap dahinya.

"Ini airnya" Dino tak sengaja menyentuh tangan Santi dan membuatnya sontak menumpahkan air ke celana Dino.

"Maaf!" suster Santi memberikan handuk yang baru.

"Oke, no problem" Tiba-tiba Naomi datang dan merebut handuk itu. "Biar aku aja! minggir!" perintah Naomi galak pada Santi. "Heh, anda siapa?" Balas Santi.

"Naomi!" sebut Dino dengan suara tegas dan berat. Naomi tak mengindahkannya lalu mengelap tangan milka, "Minggir!" Naomi lalu menyelengkat kaki Santi yang sedang memegang ember berisi air bersih yang di minta Dino dan membuatnya hampir terjatuh. 

"Udah biar saya aja, udah tugas saya sebagai suster!" Ucapnya jutek. Santi berusaha merebut handuk itu dari Naomi, "Aku aja!" Jawabnya. "Sa..ya" Dino tiba-tiba memegang tangannya lalu menggelengkan kepalanya dan menariknya menjauh dari Naomi. "Suster biar saya aja. Suster bisa bantu siapkan air nya untuk Milka." 

"Milka gimana kabar kamu? Maaf ya kakak gak bisa datang soalnya kakak kamu nih" Ucap Naomi yang membuat Santi terbakar cemburu.

"Hey, sekarang dari pada kamu  sibuk nyalain aku mending bersihin semuanya. Kamu tadi berebut sama suster Santi." Dino memberikan handuk itu pada  Naomi. Dia terus menatap Naomi.

"Kamu gak takut terpesona melihat aku terus?" Ledek Naomi

"Siapa yang ngeliatin, aku udah bosen ngeliatin kamu terus!" Jawab Dino ketus namun sikap dan perhatiannya berbeda dengan bibirnya. Ia tetap membantu Naomi meskipun tangannya juga terluka.

Dasar! Cewek galak! keluh Santi dalam hatinya. Ia terbakar api cemburu melihat kedekatan mereka berdua.

"Ini airnya Mas Dino." Tak tahan melihat kemesraan mereka. Ia ingin sekali mengalihkan perhatian Dino. Ketika Santi berjalan menuju Milka. Naomi dengan sengaja menyelengkat kaki Santi dan membuatnya kehilangan keseimbangan hingga hampir terjatuh. Beruntung Dino dengan sigap meraihnya sehingga membuat kedua mata mereka saling bertatapan. Santi kembali terpesona dengan tatapan mata Dino yang berbinar-binar. Dilihat dari kedua matanya, Santi bisa merasakan kehangatan dari kedua mata Dino. Dalam hatinya, ia yakin lelaki di depannya bukanlah lelaki kasar seperti kata-katanya tetapi seorang yang sangat penyayang.

"Naomi, kamu apa-apaan sih!" Bentak Dino didepan semua orang dan menyalahkan Naomi atas kejadian itu. "Santi, are you Ok? Tanya Dino memastikan kondisi Santi dan membantunya untuk kembali berdiri. 

"Saya tidak apa-apa kok Dino!" Balasnya manja sengaja memanfaatkan kesempatan. Hal ini, membuat Naomi geram dan terbakar api cemburu. Menjijikan! ungkapnya. Naomi tak ingin dia dekat dengan Dino, ia langsung mendorong Santi menjauh dari kekasihnya. Perbuatannya menyebabkan semua air yang tersisa dalam ember itu tumpah dan membasahi baju Dino didepannya. Santi kaget sementara Dino shock dengan apa yang terjadi, bajunya basah kuyup. Sebelum Dino marah Santi langsung mendorong Naomi sehingga ia  terjatuh diatas sofa yang cukup keras. Naomi jatuh dengan posisi dahi mengenai pinggiran sofa. Dia juga ingin Naomi malu.

"Auuu" Teriak Naomi mengeluh kesakitan pada dahinya. Ia terus mengelus dahinya.

"Kak Naomi." Teriak Milka. Dino yang awalnya marah langsung berubah panik mendengar Naomi yang mengeluh kesakitan.

"Naomi mana yang sakit Naomi." Dino panik.

"Dino, kasih tahu suster itu jangan genit sama kamu! Dasar wanita genit!" Teriak Naomi tak menghiraukan Dino karena terbakar api cemburu.

"Mba duluan yang dorong." Balas Santi dan akhirnya mereka terlibat pertengkaran yang membuat amarah Dino memuncak, ia sudah tak tahan lagi dengan keberadaan mereka berdua. Keduanya hanya membuatnya pusing!

"Berhenti kalian berdua! Ini rumah sakit bukan ring tinju, Milka butuh ketenangan!" Kalimat akhirnya keluar dari bibirnya. Ia berbalik arah berusaha keras menahan emosinya namun gagal. Dino berulang kali mengolah napasnya untuk mengatur emosinya.

"Naomi!" Panggilnya namun tak direspon karena mereka sibuk bertengkar. Lama kelamaan Naomi merasakan pusing di kepalanya, sementara Dino masih berdiri membelakangi Naomi.

"Kak Dino, Kak Naomi mau pingsan." Milka turun dari tempat tidurnya menghampiri Naomi.

Tak ada balasan, membuat ia semakin kesal. "Naomi..!!" mengarahkan pandangannya kepada Naomi, ia kaget melihat Naomi yang sedang duduk sambil memegang kepalanya.

"Naomi, kamu kenapa?" Tanyanya.

"Apa peduli kamu? Cuman bisa marah aja!" balasnya lebih sinis lagi.

Ia kesal mendengar perkataan itu, hatinya betul-betul kuatir, "Ka-mu!!" Ucapnya bernada tinggi. Rasanya dia ingin melempar handuk itu dan menyuruh salah satu dari mereka untuk pergi.

"Jangan-jangan kamu ada apa-apa ya sama Suster satu ini. Dino karena dia kamu jadi dingin? Udah berapa lama hubungan kalian? Setahun dua tahun?" Naomi terus saja berbicara ngelantur. Dino tidak tahan mendengar ucapan Naomi yang sangat menyakiti hatinya.

"Aku punya hubungan dengan Santi? Kenapa kalau ia? Kamu mau marah? Kamu gak bisa menghalangi aku. Kalau aku mau dari dulu kita udah berpisah karena aku benci perselingkuhan!." Ucap Dino menohok. "Dengar itu, sekarang kamu keluar dari ruangan ini!" Tambahnya mengusir Naomi didepan Santi meskipun Milka melarang, ia tetap bersikeras.

"Keluar." belum juga kalimat itu selesai wajah Dino berubah, ketegangan diwajahnya ketika ia melihat darah keluar dari luka di dahi Naomi. Naomi juga mengeluhkan pusing di kepalanya sambil terus meringis kesakitan. Dino langsung mengendong Naomi ke UGD.

"Aku bawa kamu ke UGD ya." Dino dengan sigap melempar handuknya dan berjalan melewati Santi menuju Naomi. Dimatanya hanya Naomi, ia langsung memeluknya erat.

"It's ok" Ia lalu menatap kedua mata Naomi, "Coba aku lihat luka kamu." Kalimatnya yang dingin terdengar hingga telinga Naomi. Naomi menatap kedua Dino, sementara dari kedua matanya Dino ingin memberitahunya bahwa yang dia inginkan hanya keselamatan Naomi.

"Naomi, tenangnya." Dino mengelus rambut Naomi dan memintanya untuk tenang. Naomi yang tidak tahan dengan sakit, terus berteriak kesakitan. Ia juga fobia dengan darah.

"Sakit dok" keluh Naomi. Diluar Dino terus bolak-balik sambil menunggu keadaan Naomi.

" Suster, bagaimana keadaan Naomi?" Tanyanya setiap kali ada suster yang keluar.

"Anda siapanya pasien?" Tanya salah seorang suster orang ke delapan yang Dino tanya.

"Saya pacarnya." Balas Dino tidak ragu.

" Luka ringan, sudah ditangani dokter." Balasnya .

"Syukurlah" Balas Dino. Ia melihat Naomi tertidur dan akhirnya memutuskan menunggu hingga ia bangun. Setelah Naomi bangun keadaan kembali dingin. Dino kembali cuek,

"Are you..?" kalimatnya terhenti dan memilih meninggalkan ruangan itu. Ia tahu Naomi mengikutinya kembali ke kamar Milka. Selama diperjalanan ia kembali teringat tentang masa lalu mereka. Sementara hatinya sakit mengingatnya dan melihat kondisi Naomi yang kadang masih meringis kesakitan. Ia mendapatkan luka jahitan.

"Naomi, Jangan disentuh" Ucapnya sigap menahan tangan Naomi mengingat ucapan dokter. Dino akhirnya membuka mulutnya sekejap dia mengesampingkan amarahnya sehingga sikapnya mulai melunak.

Sebelum menuju ke Milka, Dino mengajak Naomi untuk cuci tangan terlebih dahulu.

Dino memeriksa bagian tubuh Naomi yang lainnya, apakah ada luka lain.

Ia ingin memastikan berulang kali jika wanita yang berada di sampingnya itu, baik-baik saja.

"Naomi kamu.. " Naomi langsung memotong pembicaraannya dengan jutek menjawabnya, "Kenapa, kamu mau bilang aku cengeng iya!" Balas Naomi dengan jutek.

"Kak Naomi, Kak Dino gak bermaksud bilang kakak cengeng seperti itu!" Milka langsung membela Dino dan menanyakan keadaannya sekarang. Namun, Dino hanya terpaku melihat Naomi dengan mata yang berkaca. Terasa sakit berada bersamanya. Ia tidak mampu menahannya, dan juga keinginannya untuk memeluk Naomi.

"Aduh" Teriak Santi dan semua terahlikan kepadanya. "Mas, baru sakit sekarang."

"Suster, maaf ya" Dino membantu Santi. Dia Semakin ingin membuat Naomi panas, Ia memegang tangan Dino dengan manja.

"Suster!" Kembali mendorong suster itu.

"Naomi!!!" Bentak Dino mencoba menahan amarahnya.

"Lebih baik kamu pergi dari sini! Dari pada kamu membuat kekacauan! Dino menatap tajam mata Naomi.

"Kamu ngusir aku? Dino?" Tak percaya Dino dapat melakukan hal itu padanya.

Apa salah aku? Aku hanya mencoba mempertahankan kamu. Aku takut kehilangan kamu Dino! Naomi menyeka air matanya, sekali lagi menatap Dino yang masih memandang dirinya. Amarah tergambar dari kedua mata Dino.

Naomi, kenapa sih kamu harus melakukan ini didepan Milka! Mata berkaca.

Sementara suster Santi merayakan kemenangan atas Naomi. Dia menang karena Dino lebih membelanya dibandingkan wanita yang kini berdiri dihadapannya. YES! Aku menang, liat Dino lebih membela aku! Oh jadi ini toh yang namanya Naomi. Gaya boleh keren, sepertinya dari atas sampai bawah semua branded tapi aku gak kalah cantik kok lirik Santi melihat Naomi dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Tapi kayaknya wanita ini berkelas ya tapi sayang cantik-cantik kok galak. Ini sih lewat, Dino milikku! Ucap Santi dalam hatinya, tersenyum kecil di ujung bibirnya.

"Keluar tunggu apa lagi! Cepat!" Naomi terpukul dan segera mengambil tasnya lalu berlari keluar, "Naomi!" panggil Dino lagi

"Iya!" Jawab Naomi ketus.

"Beresin dulu, air yang tadi kamu tumpahin!" Naomi tidak percaya dengan yang ia dengar, dia terdiam. Hatinya sakit mendengar semua itu. Dino kamu anggap apa aku? Di depan dia kamu perlakukan aku seperti itu.

"Kak" Bela Milka.

"Stop! Jangan membela dia! Nangis! Cuman itu yang bisa kamu lakukan! Ayo bersihin, Ayo cepat." Bentak Dino.

Santi tertawa bahagia dalam hatinya, menang sekali lagi atas Naomi. Penanda adanya angin segar untuk mendapatkan Dino.

Dino memberikan handuk itu pada Naomi dan mengarahkan matanya ke bawah. Dino menyuruh Naomi membersihkannya. Naomi tidak terima dan melempar handuk itu padanya, "Suruh suster kamu itu yang kerjain" lalu berjalan keluar. Dino mengikuti Naomi dan menariknya dan mendorongnya masuk ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

"Ngapain kamu kunci? Buka gak! Aku benci sama kamu!" Naomi memukul Dino dengan kedua tangannya.

"Nom" Panggil Dino namun kali ini tak ada rasa amarah. Sekejap Naomi terdiam dengan panggilan itu, tangisnya semakin kencang. Nom! Dino panggil aku nom, ini pertama kalinya setelah 5 tahun terakhir. Dia menundukkan kepalanya, tak sanggup menatap Dino. Ia sangat membenci Dino saat ini, namun ada kerinduan yang tak bisa dia bendung lagi. Dino mengelus pipi Naomi lalu mengangkat dagunya. Naomi memejamkan matanya, dan Dino mengecup kedua kelopak matanya yang basah karena air mata. Sangat lembut.

"Nom, liat aku, berhenti menangis" Dino meminta Naomi memandang wajahnya. Namun Naomi tak mengindahkannya dan malah membelakanginya. Dino menghela napasnya, berjalan mendekati Naomi lalu memeluk pinggangnya dari belakang. Dia menciumi leher Naomi hingga membuatnya risih.

"Dino!" Dino semakin menguatkan pelukannya, tak berkata apapun dan hanya menciumi lehernya. "Din" Ucap Naomi.

"Please, stop!" Mata Naomi berkaca-kaca, Dino lalu mengecup bibir Naomi lembut lalu menyeka air mata dan bibir Naomi dengan lembut.

"Kamu anggap aku apa? Aku cuman mainan buat kamu atau aku cuman orang untuk kesenangan kamu?" Tanya naomi.

"Menurut kamu?" Balas Dino tersenyum, dia lalu menarik tangan Naomi kemudian melingkarkan tangannya pada pinggang wanita dihadapannya dan menciumnya lagi, memeluknya erat sambil saling membalas ciuman itu.

Naomi mendorong Dino, "Why Naomi?" Tanya Dino.

"I miss you, Dino" Ucap Naomi namun Dino tak meresponnya dan menarik wajah Naomi mendekat padanya lalu melanjutkan ciuman itu. Dino melepaskan semua kerinduannya pada Naomi. Setiap sentuhan jemarinya menandakan rasa cintanya untuk Naomi begitupun sebaliknya. Naomi tak pernah ingin melepaskan Dino.

"Nom!" Ucap Dino menghentikan semua hal yang terjadi.

"I miss you" Ucap Naomi lagi. Dino hanya tersenyum sambil melipat lengan hoddie rajutan berwarna putih yang dipake Naomi lalu mengendongnya duduk diatas meja westafel didepannya.

"Auu" Teriak Naomi kesakitan.

"Sorry Nom, tahan dong, belum juga dikasih udah teriak!" Dino menjitak pala Naomi pelan.

"Kata Reihan, kamu cuman.." Dino mengecup dahinya.

"Kamu percaya orang lain? Kamu ingat yang aku ucapkan malam itu? Percayai, hanya percaya pada apa yang ingin hati kamu percayai." Balas Dino sambil membereskan kembali P3K. "Besok jangan berantem lagi ya." Ucap Dino miris melihat luka yang ada ditangan Naomi. Ia tahu Naomi terluka saat jatuh tadi namun ketika dia ingin melihat luka itu, Santi berteriak membuat Naomi menarik tangannya dari Dino.

Naomi langsung menarik leher Dino ingin menciumnya, "Nom!" Keluh Dino. Naomi lalu mengecup lagi bibir Dino. Dino membalasnya. Tiba-tiba ia teringat apa yang pernah dilakukan Naomi dulu.

"Naomi!" Ia menjauhkan tubuh Naomi dari dirinya. Hatinya sakit mengingat itu semua, dia menahan air mata dan amarahnya.

"Dino!" Naomi heran tiba-tiba Dino menjadi dingin dan membelakanginya. Naomi turun dari posisi ia duduk lalu memeluk Dino dari belakang. Memeluknya dengan sangat erat namun sebaliknya tak ada balasan untuk Naomi. Dino membuka kemejanya yang basah lalu berganti dengan kemeja yang baru. Naomi berinisiatif membantu Dino tapi ia melarangnya. Naomi hanya bisa memeluk punggung Dino saat ia sedang merapikan kemejanya.

"Lebih baik kamu pulang aja dan jangan buat kekacauan! Ok?" Dino keluar dan meninggalkan Naomi begitu saja tanpa kata-kata.

"Din" Ucap Naomi tak percaya dengan perubahan sikap Dino yang menjadi sangat dingin.

"Kamu tahukan pintu keluarnya?" tambah lelaki itu. Dino langsung keluar dari kamar Milka tanpa berkata apapun padanya.

"Milka, kakak mau jemput Adam " Teriaknya sebelum keluar pintu. Sementara Naomi masih berada di kamar mandi sambil membunyikan keran dan menggigit handuk di mulutnya. Ia berteriak dalam diam untuk meluapkan semua emosi yang tak bisa dia ungkapkan. Dino aku benci kamu, apa aku ini mainan!

"Dino, kamu berubah, kamu bukan lagi Dino yang dulu" Ucap Naomi meneteskan air matanya mengingat Dino memalingkan wajahnya, menghempaskan tangannya lalu pergi meninggalkannya. Dia memeluk erat tas yang dia bawa, dan mengingat ucapan Dino saat mereka candle light dinner.

"Bagaimana hubunganmu dengan Gilang?"

"Kelanjutan hubungan kita tergantung padamu? Aku bisa melakukan apa yang aku lakukan pada Sammy dan Gilang, terhadapmu!" Air mata Naomi semakin banjir dan hatinya semakin sakit.

"Kak Naomi" Panggil Milka dari Luar. Naomi membuka pintunya dengan wajah yang merah dan mata yang sembab. "Kakak balik duluan ya, Milka".

Sepanjang lorong ia tak pernah berhenti menangis dan mengingat semua hal tentang Dino, "Aduh maaf mba, saya gak sengaja" Ucap salah satu pengunjung rumah sakit yang tak sengaja menabraknya. Tak kuasa berjalan dia memilih untuk duduk di salah satu bangku taman.

"I love you, Dino" Ucapnya manja sambil merangkul lengan Dino. "Yes, i know" Balas Dino yang sedang membaca buku lalu mengelus rambut Naomi dan mencium kening serta bibirnya. Kenangan itu tercipta 7 tahun yang lalu saat mereka sedang asik duduk di taman sambil menunggu jam kelas. Lokasinya berada di sebuah Taman yang sangat dekat dengan kampus Dino di Yorkshire, England.

Dino asyik membaca buku, ini adalah hobinya yang utama sementara Naomi berbaring di pangkuannya. Dia terus mengoda Dino, dia mengelitikinya. "Nom" Balas Dino risih.

"Lagi baca apa kamu?" Naomi bangkit dan meletakkan dagunya diatas pundak Dino, "Ini, aku lagi cari beberapa refrensi studi kasus untuk thesis aku." Jawab Dino sambil mengelus pipi Naomi.

"Eh Dino, tangan kamu bukannya abis pegang sampah!" Keluh Naomi.

"Oh ya, aku lupa!" Ledek Dino tambah memeluk Naomi.

"Hey jangan Dino!!" Teriak Naomi saat itu musim semi baru saja dimulai di England.

Tangis Naomi semakin kencang, takkala ia mengingat apa yang sudah dilaluinya dan diberikannya untuk Dino. Dia memukul dadanya yang sesak.

Dino masihkah kamu menginginkanku?

"Auu" Kata Dino merasa sesuatu memukul dadanya. Ia langsung mengingat Naomi, matanya langsung berkaca. Suatu moment terlintas dipikirannya, ketika mereka berciuman tadi dan beberapa ingatannya saat di England. Dino menghentikan mobilnya dipinggir jalan. Berkali-kali ia melampiaskan kekesalannya pada stir mobil Maserati Lavante Putih yang dikendarainya. Dadanya sesak, rasa sakit itu semakin menghantuinya. "Naomi bagaimana caranya aku menghadapi mu? Aku benci melihatmu namun aku sangat merindukanmu?" Ucapnya terisak-isak oleh air mata.

England, 8 tahun yang lalu.

Musim Dingin, Universitas Yorkshire-England

"Nom, gak usah jauh-jauh di dekat sini aja!" Ucap Dino.

"Gak mau! Mau nya di cafe itu!" Balas Naomi merengek pada Dino. "Ok kita ke situ ya" Balas Dino memeluk Naomi yang mulai kedinginan.

"Two, Hot Chocholate please!" Order Naomi sementara Dino membuka laptop dan buku-buku yang bawanya. Naomi yang bosen membaca novel yang diberikan Dino padanya dan berpikir untuk mengusik Dino. "Din" Sebutnya, belum sempat berkata lebih Dino mengajukan pertanyaan yang sulit dibalasnya. "Gimana akhir kisahnya, apa yang terjadi dengan si Robert?"

"Hmm.. Dia kembali bersama keluarganya." Balas Naomi spontan. "Salah, aku gak mau kasih tahu jawabannya karena kamu harus baca lagi sampai selesai." Jitak Dino lalu melanjutkan kegiatannya. "HUUU!" Balas Naomi.

"Din kenapa kamu suka sekali buku ini? Bukunya tebal banget, aku gak suka baca." Tanya Naomi menutup buku itu.

"Naomi ini udah yang ke 10x kamu tanyakan. Aku kasih kamu buku ini sudah 1 bulan dan kamu belum menyelesaikannya juga. Kamu akan tahu alasannya, jika kamu baca buku itu sampai habis." Balas Dino

"Bosan!" balas Naomi

Tak kehabisan ide, Naomi membuka satu sachet brown sugar dan menuangkannya pada kopi Dino tanpa sepengetahuannya. Beberapa menit kemudian Dino mengambilnya dan merasa terkejut dengan rasanya, manis sekali.

"Nom" panggil Dino dengan suara bassnya dengan lembut, "Manis banget, kamu yakin nanti mau jadi istri aku? Ngapain kamu tambahin lagi gulanya? Aku bisa diabetes kayak gini!" Keluh Dino.

"Supaya kamu tambah manis!" Mendengarnya membuat Dino terdiam, "Naomi, jijik dengarnya" Balasnya sambil senyum-senyum malu kemudian melanjutkan pekerjaan dengan hati bahagia.

"Mual aku dengarnya, Naomi" balas Dino singkat.

"Kalau gitu kenapa mau pacaran sama aku?" Tanya Naomi duduk berpindah ke sebelah Dino sambil mengelus tangan Dino membuat lelaki itu melirik padanya.

"Aku terpaksa, aku takut kamu bunuh diri kalau aku tolak!" Naomi langsung mencubit Dino kemudian kedua tangannya memegang kedua pipi Dino, "Justru kalau kamu gak mau nikah sama aku, aku akan buat kamu menyesal karena kita gak akan pernah ketemu lagi untuk selamanya." Ucapnya.

"*Naomi jangan sembarangan" Dino memotong pembicaraannya.

"Aku cuman berandai-andai." Balas Naomi.

"Kalau aku gak tambahin brown sugarnya, pacarku yang pendiam dan super kaku ini gak akan menoleh dan ngomong ke aku" Ucap Naomi manja*.

"*Naomi udah deh, aku mual tahu denger kamu ngomong kayak gitu, biasa aja." Dino mencoba melepaskan tangannya. Naomi pasrah, dia hanya ingin Dino sedikit berekspresi.

"Dino, makan tuh laptop!" Ucap Naomi kesal sambil sembarangan memencet tombol di laptop Dino*.

"*Naomi ! kenapa kamu tekan tombol itu, kamu delete semua tugas aku naomi!" Dino kaget hingga tak bisa berkata apapun setelah ia melihat senyum Naomi yang meluluhkan hatinya.

"Sorry-sorry!" Sambil menghangatkan tangannya dari cuaca dingin yang ekstrem*.

Dino langsung memegang kedua tangan Naomi. "Naomi! Jangan ganggu aku! Kita bicara lagi setelah aku selesai mengerjakan ini semua." Dino memasukkan kedua tangan Naomi ke kantong jaketnya yang cukup tebal.

"So, please calm down!" Dino memakaikan slyer wol dan sarung tangan tebal padanya. Menaruh buku bacaan untuk Naomi lalu membukakan halaman pertama untuknya. "Baca buku yang ini, cerita nya menarik." Ucapnya. Ia buat kamu aku gak balas Naomi dalam hati.

Din, gimana kalau misalnya aku gak bisa lulus pendaftaran pertukaran mahasiswa dengan Cambrige. Hal ini spontan membuat Dino terdiam.

"Kamu pasti lulus. Kalau gak aku akan mengundurkan diri dan tinggal bareng kamu." Balas Dino

"Kamu yakin banget bakal lulus, Dino." Ledek Naomi.

"*Pastilah, namaku sudah diumumkan. Aku sudah mendapat suratnya tinggal kamu." Kini Naomi yang terdiam.

" Kenapa kok diam." Balas Dino sambil mengetik beberapa tugasnya.

" Gak papa, aku hanya beradai-andai." Balas Naomi*.

"Kamu suka banget ya sama aku. Sampai mau mengundurkan diri ?" Dino hanya tersenyum mendengarnya.

"Gimana kalau kita putus?" Balas Dino.

"Din, aku gak mau putus." Balas Naomi ekspresinya berubah.

"Aku terlalu menyukai kamu." Balasnya dengan ekspresi takut. "Jangan bilang gitu." Pintanya

"Jangan berandai-andai sesuatu yang belum terjadi." Balas Dino.

*Selanjutnya setiap Naomi mencolek tangan Dino secara otomatis ia akan membantunya membalik halaman selanjutnya. "Hey Dino!" Sapa salah satu temannya dari Indonesia.

"Lagi sama Naomi?" Sebutnya lagi*.

"Iya, sama siapa lagi." Ia membelai rambut Naomi. "Ngobrol bentar yuk!" Ajak orang itu.

"Naomi, aku ngobrol bentar ya!" Ucap Dino lalu mengecup kening Naomi. Maklum Dino adalah wakil presiden perhimpunan pelajar disana. Dino terkenal dengan prestasi dan kecerdasannya.

*Dilorong kampus, Dino sedang asik mengobrol dengan Naomi.

"Naomi, it' s ok. Jika kamu belum berhasil masih ada kesempatan selanjutnya. Kami gak perlu memaksakan diri." Dino memeluk Naomi, " Aku gak akan pergi." Tambahnya. "Kamu harus pergi." Balas Naomi.

"Kamu yakin gak masalah aku tinggal sekitar 2-3 bulan?" Tanya Dino*.

"Aku baik-baik saja." *Ucap Naomi.

"Good Nom" Seperti biasa Dino mengecup dahinya. Tiba-tiba handphone Naomi bergetar dan ia langsung meninggalkan Dino setelah menerima panggilan itu.

"I have class, see you" Naomi lalu pergi meninggalkan Dino, Adam dan Reihan*.

"Do you love her?" Tanya reihan, Dino hanya diam dan tak pernah menjawabnya.

Dino keluar dari mobilnya dengan sebuah kotak kue ditangannya. Hari pertama salju dan kemungkinan adanya badai info dari sebuah situs berita di England. "Aku harus sampai secepat mungkin." Dino lalu mempersiapkan beberapa hal yang harus dia bawa sebelum jalan kaki menuju ke dorm Naomi yang berada didalam gang kecil sehingga ada larangan parkir bagi yang memiliki mobil.

Ketika sampai ia masih melihat jendela kamar Naomi gelap. Ia menghubungi Naomi tapi tidak diangkat sementara dia tahu ini masih terlalu sore bagi Naomi untuk istirahat. Ia akhirnya menunggu diseberang dorm milik Naomi terdapat cafe kecil disana. Setelah menunggu cukup lama, bertapa kagetnya dia melihat Naomi baru saja pulang diantar seorang laki-laki yang mengendarai sepeda motor. Wajah lelaki itu tampak familiar, belati seperti menghujam jantungnya, ia melepaskan kue yang ada ditangannya. "Naomi! Gilang!" Ucapnya parau.

Gilang adalah teman satu team Tennis Dino di SMA. "Gilang, ada di inggris?" Air matanya pun tumpah melihat pemandangan yang menyakitkan didepannya. Ia melihat Naomi memeluk Gilang bahkan mencium pipi Naomi. Perih, bisu bagai tertusuk belati.

Ia pun membuang hadiah serta kue yang dibawanya untuk Naomi. Air mata menetes melihat apa yang terjadi didepannya.

"AHHHHHHHHH!!!" Teriak Dino memukul stir mobilnya.

Mengingat itu membuat Dino menitihkan air matanya. Hatinya kembali tercabik mengingat peristiwa itu, WHY NAOMI? WHY?

"Naomi kenapa kamu lakukan itu padaku, aku cinta kamu Naomi! Kamu satu-satunya untuk aku. Masihkah cintamu untuk aku Naomi?" Ia menangis sejadi-jadinya.

Naomiiiiii!!!!!!!!!!!!!!!!!! kenapa!

Terpopuler

Comments

Sunny

Sunny

makin seru

2022-12-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!