KENYATAAN PAHIT

Ruang Rawat,

Matahari bersinar, Milka masih tertidur dengan kedua tangan terlipat diatas perutnya, selang infus juga menempel pada tangan kanannya.

"Selamat Pagi!" Sapa Suster Kepala lalu membuka gorden jendela, mengijinkan sinar matahari itu masuk ke dalam Ruangan. 

"Suster!" Ucap Dino lalu menyibakkan selimut yang di pakainya semalam. 

"Milka masih belum sadar, sus?" Dia mengelus rambutnya Milka penuh kasih sayang.

"Adikku yang cantik, bangun dong udah pagi sayang, masa tidur terus, gak lapar?" Kemudian mata Milka membuka kedua matanya perlahan dengan suaranya yang parau khas orang bangun tidur, dia memukul dada kakaknya pelan. "Masih ngantuk tahu!" ucapnya lalu melanjutkan tidurnya.

"Milka, bangun sekarang juga!"Mendengarnya Dino merasa lega, ia lalu menarik kedua tangan  Milka dan merapikan bantal, menaikan posisi tempat tidur agar adiknya itu bisa bersandar lebih nyaman untuk menikmati sarapan sebelum meminum obat yang diresepkan dokter. 

Keadaan Milka yang masih lemas membuat selera makannya hilang, ia terus menolak makanan yang diberikan karena rasa mual yang dialaminya. Tak kehabisan akal, bagaimanapun Milka harus makan demi kondisi tubuhnya.

Dino berusaha menyuapi Milka dengan sabar sambil sesekali membersihkan wajahnya dengan handuk basah lalu selanjutnya membersihkan wajah sang adik yang lusuh.

"Pinjem handphone" Milka mengulurkan tangannya sampai handphone diberikan padanya. Dino heran mengapa Milka meminta barang miliknya padahal ia sedang memegang ponselnya sendiri. Sebelum memberikannya, ia bertanya namun tak digubris oleh Milka yang sudah sibuk mencari contact seseorang di ponsel kakaknya.

"Sini kakak rapikan, kamu mau kakak ikat rambutmu dengan model apa?" Sisir dan karet sudah siap dikedua tangannya.

"Emang kakak hair stylish" Ledeknya tak percaya jika kakaknya bisa melakukan hal yang selalu dilakukan mama padanya.

"Saat kamu kecil, kakak yang ngurus kamu, kita beda umur 7 tahun jadi kakak bantu mama ngerawat kamu." Balas Dino mencubit Milka yang selalu membuatnya gemas. Semakin lama, kedua matanya memerah, air mata menumpuk dibawah matanya. Hatinya pedih setiap melihat rambut rontok Milka yang jatuh ke lantai. Di pandangnya wajah sang adik, senyumnya, tawanya, tatapan matanya mengiris hati Dino. Ketakutan, kecemasan menghantuinya.

Sudah lama, rasanya aku tidak menyisir rambutnya, ia sudah besar, bahkan ia sanggup meledekku. Kini ia tak mampu lagi menahan air matanya, tak kala sekali lagi ia melihat rambut Milka pada sisir yang dia gunakan.

Tidak! Tolaknya dalam hati. Ia tidak mungkin memiliki penyakit yang sama dengan tante Dina.

Tuhan, jangan biarkan itu terjadi pada adikku. Dino terus mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Lalu berusaha dengan sabar menyisir rambut Milka namun merasa kakaknya tidak bisa menyisir rambutnya dengan benar, ia lalu merebut sisir itu lalu berteriak.

"Oh My God!! kak kasar banget!! liat rambutku rontok semua, kalau aku botak gimana?" Keluhnya melihat rambutnya rontok dan menunjukan cara menyisir agar tidak rontok kepada sang kakak. Tak ada yang bisa disampaikan Dino pada adiknya, ia hanya bisa memandang setiap gerak gerik Milka yang mengemaskan. Berharap jika semuanya tidak akan pernah berubah karena rasa sakit yang mungkin harus ditanggung Milka diusia yang muda.

"Huts!! Milka kamu gak boleh ngomong gitu!!" Dino marah dengan apa yang dikatakan Milka.

"Milka, ada apa?" Dino terdiam ketika Milka juga terdiam melihat rambutnya juga rontok saat dirinya menyisirnya.

"Kak" ekspresi wajah Milka cemas, ia takut dengan kemungkinan yang kini ada di kepalanya. Mungkinkah? Ini terjadi padaku? Ucapnya menatap kedua mata sang kakak. Melihat isyarat dari mata Milka segera ia memeluk adiknya, mengelus adiknya. "Semuanya akan baik-baik saja Milka." Ia mengambil sisir ditangan Milka dan membuangnya jauh-jauh. Di seka nya air mata sang adik, "Jangan menangis." Ucapnya menenangkan. Isak tangis Milka, membuat dadanya semakin sesak, Tuhan, Apa yang harus dia katakana?

Ia kembali menyisir rambut adiknya namun hal yang sama masih di dapatkannya. Dino memeluk Milka dari samping, "Milka, ini cuman rontok biasa, ini namanya pertumbuhan rambut, itu berarti rambut kamu mau jadi hutan belantara" Ucap dino, sambil meledek adiknya.

"Tapi ini banyak banget kak, aku takut" Ia memeluk kakaknya erat. "Everything gonna be alright, Milka" Jawabnya berusaha menahan air matanya dan menguatkan sang adik.

Saat Milka tidur, ia membuang semua rambut rontok itu ke tempat sampah dengan tangannya.

"Maaf Milka, kakak bangunin kamu ya? Milka kakak ke kerja dulu, Bi Minah juga udah datang" Dino mengecup kening Milka. Please Tuhan jangan Milka, aku bersedia mengantikan, jalannya masih panjang.

"Sorry, Sorry!" Ucapnya yang tak sengaja menabrak suster Santi saat hendak keluar kamar.

"Kak, ini suster Santi, yang jagain aku selama 1 minggu disini. Kak, mama kapan datang?" Tanya Milka polos.

"Bentar lagi mungkin" Jawab Dino terburu sedangkan Santi terpaku melihatnya, dia terpesona oleh karisma Dino yang berwibawa, badan atletis dan tinggi yang sesuai pria idamannya.

"Kakak saya, udah punya pacar lo sus, cuman gitu ceweknya galak banget, sukanya marah-marah" Ucap Milka sambil tertawa meledek suster Santi dengan pipinya yang memerah.

"Hello, Milka" teman-temannya datang untuk menghiburnya dengan berbagai macam hadiah, pernak pernik, bahkan menghias kamar Milka dengan banyak tulisan.

"Suster keluar dulu ya, Milka"

"Saya Santi, suster yang akan menjaga Milka"

"Dino, kakaknya Milka" Balas Dino dingin.

...****************...

Ruang Kerja Dino,

Dino tak dapat lagi menahan tangisannya. Hatinya hancur, mukanya merah, air matanya tak henti mengalir di pipinya, tissue berserakan di lantai. Reihan masuk keruangan tanpa memperhatikan mengetuk pintu terlebih dahulu, ia kaget melihat Dino tak berdaya. 

"Din" panggil Reihan

"Reihan" Dino memeluk Reihan dan kembali menangis dipeluknya.

"Din, lo kenapa, malu, kantor ini, gw tau lo direkturnya, cuman ya lo kalau mau nangis, gak disini juga Din!" Reihan menepuk punggung Dino berharap dia akan berhenti

"Adik gw Rei, dia punya penyakit yang sama dengan Om Johnny." ucap Dino terbata-bata. Tak lama tubuhnya jatuh, terkulai dan lemas.

"Milka, dia bilang mau jadi designer. Kenapa Reihan, kenapa harus dia?" Dino memukul dirinya.

"Ini, salah gw yang gak perhatian sama dia. Empat tahun, gw tinggalin dia,kuliah di London." Reihan ikut menangis merasakan kesedihan Dino. Reihan sahabat Dino sejak kecil.

"Gw gak tau dia sakit, dia bilang dia sering pusing." Ucap Dino lagi

"Cuman gw gak peka, gw gak bisa jadi kakak yang baik!" Dino memukul dirinya sendiri.

"Udah!" Reihan mencoba menghentikan Dino.

"Gw benci diri gw!" Reihan yang juga mencoba menghentikan Dino menyakiti dirinya sendiri.

"Empat tahun yang lalu, om Johnny satu-satunya adik papa meninggal. Saat itu, Tante Dina hancur, sekarang gw gak sanggup, kalau itu Milka." Dino terus menangis, kepalanya bersandar di pundak Reihan.

"Udah stadium berapa?" Tanya Reihan pelan.

"Stadium 3, dokter masih mengecek kecocokan tulang sum mama, papa dan gw, Milka belum tahu" Jawab Dino

"Dia dimana sekarang?"

"Di rumah Sakit Asa Mulya" Reihan lalu beranjak berdiri.

"Mau kemana lo?"

"Ketemu adik gw lah, Milka" Reihan bergegas pergi ke rumah sakit, sementara Dino masih menangis di ruangannya.

"Din, hari ini aku izin gak bisa ke kantor. Aku ada persiapan Opera Kampus. Love you Dino." Pesan Naomi melalui Voice Note, ia lalu berlari kedalam pelukannya. "I need you, Naomi" sambil memandang foto keluarganya yang berada diatas meja kerjanya. 

"Dok, gimana hasilnya? " Hendrik kembali bertanya untuk kesekian kalinya kepada sahabatnya yang juga ayah Reihan. Direktur rumah sakit tempat Milka dirawat.

"Positif, Hendrik" Hendrik dan Ratih, terutama Dino terpukul mendengar hasil pemeriksaan Milka. Tina yang sangat lemah pingsan tak sadarkan diri di depan pintu kamar Milka,

Dino yang tak tahu harus berbuat apa, hanya bisa memandang bajunya yang terdapat darah Milka.

"Mencari pendonor yang sesuai itu salah satu cara yang tepat! " Perkataan Rudi, terngiang-ngiang di kepala Dino, Ia menangis di samping tempat tidur Milka.

"ma" Dino memanggil mamanya parau, dia melihat kembali hasil pemeriksaan, positif leukimia, stadium 3.

Dino tak bisa berkata apa-apa lagi, dia memeluk mamanya erat-erat, saat papanya ingin memeluknya. Dino menghindar dan berlari keluar ruangan. Dia ingat saat, Milka mengeluh kepalanya sakit ketika hendak pergi ke sekolah. dia berkata jika sakit di kepalanya sering muncul dan hilang.

Saat berlibur musim dingin di London, ketika mau main ski, Milka pernah mengeluh jika belakangan ini dia sering sekali pusing, beberapa kali ia sempat pingsan.

Dino sudah meminta papanya untuk membawa Milka ke dokter, cuman papanya sibuk dengan kerjaan dan Milka yang juga keras kepala.

 -------

Ruang Kerja Dino

"Dino" Sebut Dodi

"Pa, coba kalau kita tahu lebih cepat, milka gak mungkin jadi begini" kata Dino membuat penyesalan Hendrik semakin mendalam.

"Maaf papa terlalu sibuk dengan pekerjaan papa, Dino tapi ini semua untuk kalian" Ucap Hendrik.

"Pa, hanya uang dan uang, aku pergi ke London karena kemauan papa. Semua aku lakuin tapi kenapa Papa gak perhatikan Milka?" Kemarahannya memuncak. Sekarang semua udah terjadi, saling menyalahkan satu sama lain tidak ada gunanya pa. Ini terjadi karena kita tidak peka terhadap Milka. Uang gak akan bisa membeli semuanya.

"Papa ingat, saat kita sekeluarga pindah ke London untuk pengembangan bisnis kita. Milka selalu sendirian di rumah, dia selalu menghubungiku hanya sekedar untuk menemaninya makan, dia kesepian dan gak punya teman. Rasa kesepian dan sendirian itu yang papa anggap bahagia?" Dino menumpahkan kekesalannya.

"Stop!" Ratih menampar anaknya.

"Papa kamu melakukan semua itu demi memenuhi kebutuhan hidup kita, kamu dan Milka, supaya kalian bahagia dan tidak pernah merasakan sakit dan penderitaan seperti mama dan papa rasakan dulu! Kamu gak mengerti rasanya, gak ada orang tua yang mau anaknya sakit. Kamu akan tahu nanti ketika Dino sudah punya anak. Kami sayang kamu nak, mama juga sayang Milka." Ratih memeluk Dino erat.

"Din! Milka hilang! " Teriak Reihan terbata-bata

"Milka! where are you? Tanyanya dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!