NovelToon NovelToon

Only You

MY HEART

Aku ingin dari ribuan harapan yang aku miliki tentang hidup ini, keinginanku tentang dirimu adalah harapanku yang utama. Aku berharap kita bisa selalu bersama...

Aaaaaaa!!!!!! Teriak seseorang pemuda, hatinya hancur, tepatnya dunia-nya yang hancur. Tak lama, muncul seorang wanita dengan dress hitam polkadot berlari kearahnya, menyebutkan namanya dengan penuh penyesalan..

"Dino! Dino! Please! kasih aku kesempatan.." ucapnya memohon kepada Dino. Dino sudah sangat kecewa dengan semuanya. Ia menghempaskan, tangan wanita itu. Ia meminta wanita itu berdiri dan menatap matanya.

"Jika itu aku! Apakah kamu akan memaafkan aku!" bentaknya.

"Din, Apakah jika aku melakukan hal itu, kamu akan memaafkan ku?" ucap Naomi ...

Aku menatapnya dengan amarah yang begitu besar dengan mudahnya mengatakan itu. Aku benci kata-kata itu keluar dari mulutnya. Aku tak ingin mendengarnya. Aku tak ingin dia berbicara apapun yang membuat hati ini goyah.

Dino tak pernah membayangkan hal ini terjadi dalam hidupnya. Dua kenyataan pahit dalam hidupnya. Kehilangan seseorang dan sebuah kenyataan pahit yang menghancurkan hatinya. Kepedihannya tak sampai disitu ketika suatu rahasia terkuak, ia justru akan kehilangan sesuatu yang selama ini dipertahankannya. Apakah rahasia itu?

 ------

SMA PUTRA BANGSA.

"Din, apa yang akan kamu lakukan kalau kita udah dewasa nanti?" tanya Naomi semaring memandang kertas ulangannya yang penuh dengan coretan spidol merah sementara lembar ujian Dino terlihat sangat bersih tanpa ada cela yang ada hanya angka 100 dikotak nilai.

"Aku mau kuliah, kerja, terus meneruskan usaha papa aku." Balasnya santai tanpa sambil memutar pulpen yang ada ditangannya.

"Terus kita gimana?" Celetuk Naomi yang kini mengarahkan seluruh pandangannya pada Dino yang masih sibuk melihat LKS Fisikanya.

"Kelanjutan hubungan kita No." Naomi menggoyangkan tangan Dino.

"Apa sih Nom." Dino risih, lalu berbalik menatap kepada Naomi. Dia mengetuk dahi Naomi dengan pulpen yang ada di kanannya. "Besok pulang sekolah aku bantu kerjakan ulang soal ini." Naomi kesal dengan jawaban yang diterimanya. What! Nanya apa dibalas apa? Dino nyebelin banget sih. Naomi mulai memasang tampang bete pada Dino. Dino lalu menepuk bahu Naomi seperti orang yang sedang menawarkan challenge.

"Kalau mau jadi my future wife, gak boleh dapat nilai 40 kayak gini." Dino lalu membalikkan kertas ulangan Naomi.

"Baca baik-baik soalnya dan ulangi cara kerjanya. Baca buku catatan aku." Dino lalu memberikan buku catatan matematika pada Naomi.

"Dino!" Balas Naomi kesal. Dia lalu menarik lembar ujiannya untuk merobeknya. Dia paling benci pelajaran matematika sementara pacarnya adalah salah satu peserta olimpiade MIPA.

"Bisa sih kamu jadi pacarnya?" tanya salah satu murid cewek di sana.

"Belajar ya ng bener jangan bikin malu Dino!" tambah yang lain. Ucapan-ucapan itu harus selalu diterima Naomi semenjak ia melangkahkan kakinya di sekolah paling ternama di Jakarta, SMA Putra Bangsa. Kenyataan ini harus diterimanya karena dia adalah pacar dari Dino cowok paling populer karena kepintaran dan sikapnya yang baik, sopan namun dingin. Hal ini menjadi daya tarik dia bagi cewek-cewek disekolah. Tak hanya adik kelas bahkan kakak kelas sementara dia terkenal sebagai cewek yang berbeda 360 derajat dari Dino. Dino yang tinggi harus berusaha menyeimbangi Naomi yang pendek dan kecil. Dino juga harus menyiapkan waktu khusus untuk mengajari Naomi beberapa pelajaran yang berhubungan dengan hitungan. Namun Naomi punya satu hal yang gak dimiliki oleh orang lain, dia mahir membuat tembikar dan menari. Dia masuk kedalam kelompok teater di sekolahnya.

"Lo ngelakuin apa sampai Dino mau jadi pacar Lo?" tambah yang lain.

"Stop ya! Kalian iri ya karena Dino pacar aku!" Teriaknya melawan mereka semua. Salah seorang dari mereka kemudian mendorongnya dari belakang kemudian mengambil kertas ulangan itu lalu menjadikannya lelucon.

"Gila 40 cuy!" Ledek salah satu dari mereka lalu merobeknya menjadi 4 bagian. "Nih ambil kertas ujian Lo!" Ucap Meisye cewek yang sok populer, ia adalah salah satu kakak kelas yang mengejar Dino. Ia melemparkan kertas itu kearah Naomi. Tak disangka ternyata di kertas ulangan itu ada pesan yang ditulis Dino untuk Naomi. Ketika melihatnya Naomi meneteskan air mata, mengapa aku harus diam seperti ini?

Ia mengambil potongan kertas itu dan memasukkannya kedalam kantong celananya lalu mendorong Meisye sehingga pertengkaran pecah di perpustakaan.

"Din, cewek lo berantem tuh di Perpustakaan sama si Meisye." Ucap Dika salah satu orang paling comel disekolah sambil menghela napasnya setelah berlari jauh mencari Dino.

"Naomi berantem?" Dino langsung berlari meninggalkan kertas pengumuman yang seharusnya dia tempel di papan pengumuman OSIS.

" Vi, liat Naomi katanya tadi dia diruang BP tapi pas aku datang dia udah gak ada?" Tanya Dino panik mencari Naomi.

"Gak tahu, Dino" Balas Vivi yang adalah sahabat Naomi. Mereka berdua sama-sama kutu buku. "Thanks ya!" balas Dino lalu pergi mencari Naomi ke setiap lorong sekolah.

"Nom, akhirnya aku ketemu juga sama kamu." Ia melihat Naomi sedang membersihkan lantai sekolah dengan sapu, ember berisi air dan juga tongkat pel yang masih menempel di salah satu sudut dinding.

"Kamu kenapa berantem Nom?" tanya Dino namun tak digubris oleh Naomi, dia terus menyapu lantai berulang kali di posisi yang sama. Dino kembali bertanya namun tak digubris. "Aku yang salah jadi aku pantes menerimanya." balas Naomi dingin dan ketus padanya. Dino tahu Naomi sangat kesal.

Mendengar itu, Ekspresi Dino berubah dari kuatir menjadi sedikit bete. Dino paling tidak suka dengan jawaban Naomi yang jutek padanya. Dino datang untuk membantu Naomi, ia sangat menghawatirkan pacarnya. Ia tahu Naomi marah dari pada mereka berantem lebih baik ia memberi Naomi waktu sendiri, sebelum pergi "Nomi, yang aku tanya kenapa kamu berantem bukannya penyataan rasa bersalah kamu yang konyol seperti itu. Kalau kamu benar memang harusnya kamu lawan tapi bukan dengan tindakan konyol berantem di sekolah."

"Mereka, bilang aku gak pantas untuk kamu Din." Dino lalu berbalik dan mengambil kain pel itu lalu membantu Naomi.

"Selesaikan ini sebelum aku masuk kelas." Dino meminta Naomi memegang tongkat pel.

"Hari ini sampai jam berapa?" Tanya Naomi.

"Sampai jam 4, tunggu aku di Perpustakaan ya." Naomi mengangguk lalu mereka kembali bekerja.

Dino menghampiri Naomi yang tertidur di Perpustakaan setelah lama menunggu Dino. Kedua matanya saling bertatapan wajah Dino dan Naomi hanya terpaut 15 CM. Dino lalu mengecup dahinya. Naomi bisa merasakan hembusan napas Dino serta tubuhnya yang menjadi hangat karena jaket Dino yang menyelimuti tubuhnya lalu wajah itu lama kelamaan menghilang.

"Dino" teriak Naomi.

Ia melihat jamnya dan sudah menunjukkan pukul 6 sore. "Aduh! Gawat jangan-jangan Dino udah pulang. Kertas yang robek tadi kok ilang." Naomi mencari robekan kertas ulangannya.

"Kamu cari ini! sudah mimpi sampai mana?" Balas Dino.

"Eh Dino" Naomi tersenyum malu. "Aku tadi mimpi kita menikah Dino." Balas Naomi malu.

"Cepat, aku udah lapar!" Bentak Dino.

 ------

"Din, kita ke bukit bintang yuk!" Ajak Naomi menarik tangan Dino yang dalam keadaan lapar berat.

"Kamu kenapa sih marah terus. Abis ini kita cari makan deh. Udah lama kita gak kesini No." Ucap Naomi sambil memeluk tangan Dino.

"Aku lapar! Malah kesini! Nyetir aja udah buang energi." Balas Dino ketus.

"Ahh, kamu gitu. Kamu tahu gak tadi waktu berantem sama Meisye, aku ingat waktu kamu bilang kalau aku memiliki kamu." Ucap Naomi sambil berjalan ke menuju bagian depan mobil BMW X5 milik Dino.

"Aku bilang kamu milik aku selamanya." Teriak Naomi. "Aaa! Aku suka dan cinta sama kamu Dino." Naomi menunjuk ke Dino. Dino lalu menghampiri Naomi, "Nom, kamu harus hilangin kata-kata ini dalam hidup kamu. Aku tidak pantas karena kamu lebih dari pantas." Dino langsung mengendong Naomi keatas engine hood mobilnya lalu mengatakan, "Jangan takut, Nom aku akan mewujudkan mimpi kamu karena aku paling suka Naomi." Dino lalu mengecup bibir Naomi lembut.

"Kenapa muka kamu merah gitu?" tanya Dino mengakhiri kecupan manis itu. Seolah tak sabar Dino lalu mendekatkan wajahnya ke Naomi seperti ingin melanjutkan apa yang terputus. Naomi lalu menutup matanya, "Ayo kapan mau beli makan? Aku lapar!" Ucap Dino lalu meninggalkan Naomi untuk masuk ke mobil.

Selalu merusak suasana ucap Naomi dalam hatinya. Dino menekan klakson mobilnya, "Ayo!"

"Iya!" teriak Naomi

Sesampainya di Panti asuhan, tempatnya tinggal bersama dengan 20 anak lain dari rentang usia 5-18 tahun. Ia kembali membuka kertas yang sudah di sambung kembali dengan selotip meskipun tidak sempurna. Ia tersenyum tak kala membaca kalimat yang tulis Dino untuknya.

"Semangat Naomi, kalau kamu tidak berbakat dalam bidang ini ketika kamu sudah berjuang tapi kamu akan berhasil di bidang yang lainnya." kalimat ini tertulis dekat kotak nilai ulangannya. Diakhir kalimat itu juga ada anak panah yang mengarah ke angka 40 dan emoticon senyum dan orang semangat.

Dihalaman selanjutnya, Dino menyelipkan kertas isinya ada gambar emoticon semangat dan tertulis. Be yourself!

Naomi sangat senang, ia menjadi bersemangat. Tak lupa ia memeluk foto yang selalu dipajangnya. Foto dia ketika lulus SMP bersama Dino. Di foto tersebut juga ada Oma asuhnya (pemilik panti), keluarga Dino dan juga Milka adik kesayangannya.

--- flashback

"Nom, kenapa kamu nangis?" Tanya Dino mengenakan seragam soccer sekolahnya bertuliskan SMP Putra Bangsa." Naomi memperlihatkan sebuah tempat makan kosong yang berada dalam pelukannya.

" Kok gak ada isinya?" Tanya Dino bingung sambil mengelap keringat di kepalanya.

"Jatuh tadi karena tersandung." Balas Naomi. Dino lalu memeriksa tangannya lalu tersenyum sambil menghela napasnya. "Jangan belajar jadi pembohong." Ucapnya sambil membersihkan lutut dan tangan Naomi dari sisa tanah menempel.

"Siapa yang dorong kamu?" Tanya Dino langsung. "Bukan aku jatuh sendiri terus lutut aku kena." Bela Naomi

"Sampai rok belakangnya kotor? Sampai kacamata kamu rusak begini?" Dino mengeluarkan kacamata yang dia temukan didekat bangku taman sebelum ia menghampiri Naomi yang duduk sambil menangis.

"Nom, kamu gak perlu nangis buat mereka yang iri sama kamu. Kamu itu berharga, meskipun kamu gak menonjol dalam pelajaran sekolah pasti ada talenta lain yang hanya kamu yang bisa. Kamu memiliki aku. Aku gak akan biarkan mereka mengulanginya lagi. Lawan mereka kalau kamu gak pernah melakukan hal buruk pada mereka." Dino lalu mengusap air mata Naomi lalu memeluknya.

"Dino jangan pernah tinggalkan aku ya." Pinta Naomi.

"Sampai sekarang belum kepikiran, Mom." Ucap Dino. Naomi kembali menangis, " Makan ice-cream yuk!" Ajak Dino, ia lalu mengandeng tangan Naomi pergi dari taman itu.

"Selamat ya, aku liat kamu berhasil memasukkan bola 2X ke gawang 8C." Ucap Naomi. "Auu! Silau banget, Din" keluh Naomi tiba-tiba bayangan Dino menghilang.

Ia mulai bergeliat, jendela kamarnya juga terbuka secara otomatis sehingga cahaya matahari masuk dan menerangi kamarnya. Tak lama jam alarm berbunyi, jam menunjukkam pukul 07.30 pagi. OMG! Ini siang!

"Naomi, jam tangan aku mana ya?" Tanya Dino sambil merapikan bajunya. Ia juga bertanya pada Naomi, warna dasi apa yang kira-kira cocok dengannya.

"Ini Din. Biru Dongker cocok." Naomi memberikan jam tangan yang Dino letakkan di meja makan setelah makan malam kemarin.

"Kamu mau sarapan dulu?" tanya Naomi masih mengunakan baju tidur hitam yang ditutupi kimono.

"Gak perlu, aku bisa sarapan di kantor." Jawabnya dingin sedingin kulkas dua pintu.

"Din, Minggu depan Vivi married. Kamu bisa datang bareng aku?" Ucapnya.

"Aku sibuk, kamu pergi sendiri aja." Dino lalu menutup pintu sebuah penthouse dan meninggalkan Naomi dengan segala kemewahan yang kosong.

Waktu terlalu cepat berlalu, kini aku tak lagi merasakan kehangatan saat itu- Naomi

KENANGAN ITU

Dino tiba di ruangan Direktur setelah beberapa jam melakukan pemeriksaan dan beberapa meeting tanpa Naomi. Padahal Naomi adalah sekretaris tetapi dia tidak pernah membawanya ketika meeting. Tetapi sebagai gantinya, ia harus selalu siap sedia dan mengetahui segala hal yang diminta Dino.

"Naomi, aku minta tolong kamu untuk re-schedule meeting kita siang ini. Aku ada janji makan siang sama Milka." Pinta Dino pada Naomi tanpa melihat wajahnya, ia terus melangkah dengan pasti membuka pintu ruangannya. Dia terlihat sangat dingin. Ia langsung masuk tanpa mengindahkan Naomi, ia belum sempat untuk sekedar berkata hai padanya.

"Boleh aku ikut? Aku udah lama banget gak ketemu sama Naomi." Pinta Naomi lewat pesan singkat pada Dino. Tak lama, Dino memanggil Naomi ke ruangannya. "Naomi laporan yang kemarin aku minta tolong kamu pelajari 30 menit ikut aku visit ke perusahaan itu."

"No, bolehkah aku ikut makan bersama Milka?" ia menahan tangan Dino namun lelaki itu menghempaskannya.

"Gak perlu Naomi. Aku bisa sendiri. Kamu bukannya masih banyak kerjaan? Barusan aku baru minta kamu pelajari materi itu, sudah kamu kerjakan?" Dino lalu menarik tangan Naomi lalu memintanya duduk di bangku kerjanya.

"Laporkan semuanya hari ini!" Sebutnya dingin lalu meninggalkan Naomi.

"Kamu gak perlu tunggu aku Naomi. Kamu langsung pulang aja, kita ketemu besok di Imperial buat meeting sama PT. JJ Advertising." Tambah Dino sebelum benar-benar meninggalkan Naomi sendirian di depan ruangan bertuliskan Dino Bratayudha - President Director

"Happy birthday kak Dino!" teriak Milka antusias yang mengintip dari pintu masuk ke sebuah ruang private. "Sendirian aja kak? Kak Naomi mana kak?" Tambah Milka.

Tak lama setelahnya Tante Dina yang merupakan adik perempuan satu-satunya dari ayahnya Hendrik Bratayudha pemilik perusahaan PT. BI Konstruksi, Tbk. yang berpusat di Indonesia. Sementara Dino adalah anak laki-laki satu-satunya yang akan meneruskan semua usaha milik keluarga Bratayudha. Sejak kecil ia memang dipersiapkan untuk mengemban tugas berat ini.

"Dino, ini ada kado dari papa dan mama kamu. Mereka belum bisa balik karena proyek pembangunan di New York." Dina memberikan sebuah kotak perhiasan yang dititipkan Ranti kepada anak tercintanya itu.

"Tante, ini apa?" Dino bingung ketika melihat isi dari kotak tersebut. "Tante, aku ini laki-laki dan gak pernah pake barang seperti itu." Dino menutup lalu memberikan itu pada Milka.

"Hutts!" Dina menepuk tangan Dino.

Ia membuka kotak itu lalu mengambil sepasang anting berbentuk bunga dan berlian ditengahnya. Dina lalu mendekat dan merangkul pundak Dino, "Anting ini adalah anting turun-temurun di keluarga kita. Anting ini selalu diberikan kepada menantu perempuan pertama di keluarga." Dina coba menjelaskan kepada Dino keponakannya yang terkenal sangat dingin pada wanita.

"Baik tante, paham akan aku berikan ke calon istri Dino." Dino langsung memasukkan kotak perhiasan itu ke kantong Jasnya. Dia langsung membuat permohonan dan meniup lilin itu. Usianya, kini 24 Tahun.

"Cheers!" Dina menawarkan gelas wine-nya kepada Dino. "Cheers!" balasnya.

"Hubungi dia."Balas Dina mengetahui Dino tampak murung bahkan dihari ulang tahunnya. Ia tahu Dino memikirkan Naomi saat ini. Sementara itu Dino terus teringat ketika ia merayakan ulang tahunnya dengan Naomi lima tahun yang lalu dan mengingat permohonannya tahun itu. Saat itu, ia memohon pada Tuhan untuk 3 keinginannya. Pertama, ia ingin lulus secepat mungkin. Kedua, ia ingin menjadi pemimpin yang bijaksana ketika harus meneruskan usaha keluarganya. Ketiga adalah membangun keluarga bersama Naomi.

Ia menitihkan air mata mengingat hal itu. Dino dan Naomi telah bersama cukup lama yang hampir 10 tahun sejak kelas 1 SMP hingga saat ini. Naomi gadis cantik dan berbakat. Ia adalah wanita pertama yang bisa mendapatkan Dino dengan segala keunikannya. Dia cukup modis dan baik hati. Tubuhnya mungil, tingginya hanya 160 cm, berbeda 15 cm dari Dino yang lebih tinggi darinya. Ia adalah sekretaris Dino, ia juga menjadi guru Balerina di Mapan University. Beberapa anak mahasiswa sangat mengidolakannya. Dia adalah dosen favorit di kampus seni tersebut. Kampus itu adalah bagian dari usaha Bratayudha.

"Dino, apa wish kamu tahun ini?" tanya Dina melihat Dino terus diam sambil melihat foto Naomi di wallpaper ponselnya.

"Aku gak ingin menolak takdir Tan. Aku berdoa agar Tuhan selalu menjaga hatiku." Balasnya lalu menghabiskan anggur yang ada didalam gelasnya. Ia melewati malam itu tanpa Naomi hanya bersama dengan Milka dan Dina.

Dino keluar menggunakan baju piyama berwarna Biru dan berbaring diatas ranjang berukuran king size. Sebelum tidur, ia kemudian menekan tombol remote yang ada diatas meja kecil disebelah tempat tidurnya. Remote itu berfungsi untuk membuka atap plafon kamarnya. Sambil berbaring ia melihat bintang dan langit yang membentang di depannya.

"Dino, kenapa kamu suka banget sama bintang? " tanya Naomi yang berbaring di pelukan Dino.

"Bintang itu gak pernah berpindah tempat. Di siang hari, ia tertutupi oleh awan. Di malam hari, ia bisa bersinar dengan terang." Balas Dino mengeratkan lagi pelukannya.

"Kayak kamu ya. Siang galak kalau malam bisa sweet gitu." Ledek Naomi.

"Aku galak Nom?" balas Dino heran. Ia langsung menggelitik Naomi.

"Ia, sorry. Aku yang selalu ganggu kamu. Btw, aku suka banget sama dorm mu yang sekarang bisa liat bintang lebih jelas." Ucap Naomi

"Aku harap kita bisa kayak gini terus ya. Naomi cuman suka sama Dino" Naomi lalu mengecup lembut bibir Dino.

"Emang mau kemana? Kita baik-baik aja kan?" Tanya Dino heran. Naomi lalu mengambil selimut lalu menyelimuti tubuhnya dan Dino.

"Baca buku ini yuk Dino." Naomi lalu menunjukkan sebuah buku berjudul cinta dan perbedaan*.

"Kamu suka baca buku ini?" tanya Dino sambil memutar balikkan buku itu.

"Aku suka, kita baca aja yuk!" pinta Naomi tidak sabar. Mereka lalu membaca buku itu berdua.

Air mata Dino mulai menetes dari kedua ujung matanya. Ia lalu membalik badannya kearah kanan menatap sisi itu yang kosong. Tak lama, ia terlelap.

Disisi lain Naomi duduk diruang tamu yang begitu besar dan sunyi. Ia memandang fotonya bersama dengan Dino lalu mengalihkan pandangannya kearah jendela. Ia melihat bintang yang sangat bersinar hari itu.

"Happy birthday Dino. Wish you all the best. I love you." Ucapnya lalu meniup lilin ulang tahun dan sebuah kue coklat mint yang ia buat sendiri.

Maaf nomor yang anda hubungi sedang berada diluar area.

"Why?" teriak Naomi menangis sendirian di ruangan sebesar itu. Sementara Dino mendengarnya dari luar.

Aku ingin membencimu namun aku terlalu mencintaimu- Dino Bratayudha.

DINO, KAKAK TERBAIK

"Ayo Milka, kita naik ke bukit itu!", Ajak seorang pangeran berkuda putih lengkap dengan pedangnya sambil mengulurkan tangannya kepada Milka. Milka tersipu mendengarnya, "Pangeran" Ucapnya malu. Milka lalu menyambut uluran tangan sang pangeran sambil tersipu-sipu memegang ujung dress-nya.

"Milka!"

"Pangeran" Ucap Milka

"Milka .. Milka... Milkaaaaaaaaaa!!!" Teriak Dino yang sedari tadi mencoba membangunkannya.

"Milka... Milka!" Teriaknya lagi. Teriakkan itu, terdengar begitu nyata di telinga Milka namun ia tetap tidak bergeming. Tangannya tetap terpaku memeluk guling kesayangannya lalu menarik selimut merah jambu untuk menutupi tubuhnya yang mengenakan baju tidur hello kitty.

"Susah banget sih bangunnya!" Keluh Dino kesal

"Milka!!! Milka!!!!" Teriaknya lebih kencang sambil menarik selimut yang menutupi wajah adik perempuannya itu. Teriakkan itu membangunkan Milka dari mimpinya.

"Siapa sih!" Teriak Milka kesal melempar boneka pisang yang ada disampingnya.

"Surprise!" Dino mencubit pipi adiknya itu lalu menunjukan kue ulang tahun miliknya.

Wajah Milka berubah menjadi penuh suka cita, ia langsung bergegas meniupnya dan seperti biasa membuat insta story di IG-nya. "My sweet 17" Teriaknya gembira.

"Eits!!, Make a wish dulu dong!" Ucap Dino.

"Done!!" Teriak Milka meminta kuenya.

"Entar dulu, nyanyi dulu!" Ledek Dino pada adik kecilnya itu.

"Ih!! Gak mau!! Tolak Milka mencubit lengan kakaknya dan merebut kuenya, meniup lilinnya dan memotong kuenya. Ia lalu menyuapi mama, papa dan kak Dino secara bergantian kue ulang tahunnya dan sebaliknya Dino juga menyuapi Milka.

"Happy Sweet 17, My Little Milka!" Ucap Dino sambil memeluk Milka dan tiba-tiba Ranti dan Hendrik muncul memberi kejutan

"Papa, mama!" Ucap Milka.

"Iya, minggu depan kita akan menetap di Indonesia untuk seterusnya" Ucap Hendrik.

"Serius pa, bakalan menetap di Indonesia? Asik!!" Ia langsung memeluk Dino dengan erat.

"Milka udah, aku gak bisa napas!" Dino mencoba melepaskan pelukan adiknya yang sengaja terus manja padanya. Hendrik tak mau kalah dengan kedua anaknya itu, menempelkan kue ulang tahun yang penuh dengan krim ke wajah Dino dan Milka.

"Pa, muka Dino!" Ucap Dino kesal, ia mengedipkan matanya memberi kode kepada mamanya untuk bekerja sama membalasnya. "Pa!" Dino langsung mengejar Hendrik dan memeluknya diikuti oleh yang lain.

Dikamar Dino, 

"Iya Naomi, udah disampaikan" ucap Dino lalu meletakkan ponselnya begitu saja di atas meja tanpa speaker.

"Kak Dino." Milka mengetuk kamarnya.

"Hi, Milka." Dino lalu memeluk Adiknya itu. "Belum tidur kamu anak kecil." Tambah Dino sambil melihat dokumen diatas mejanya.

Melihat itu Milka langsung memeluk Dino, "Milka sayang banget sama kakak." Ucap Milka memeluk Dino erat, hal ini membuat lelaki itu heran dan kaget. "Kak aku punya hadiah buat kakak" Milka menunjukkan sebuah jaket putih biru kepada Dino.

"Kak, jangan kerja melulu." Ia menyingkirkan semua dokumen kantor dari meja Dino dan menaruh jaket itu diatasnya. Warna jaket itu, dipilihnya sesuai dengan warna kesukaan Dino biru dan putih.

"Kak tanggal lahir kita cuman beda 5 hari aja, apa kak Naomi sesibuk itu sampai dia gak bisa datang?" Ucap Milka sedih.

"Milka, makasih ya kakak suka sekali cuman warnanya. Milka gak perlu sedih soal Naomi" belum juga menyelesaikan kalimatnya. Milka sengaja memotong pembicaraan sang kakak. Ia tahu hubungan kakaknya sedang tidak baik-baik saja.

"Warnanya sesuai kesukaan kakak kan?" tanyanya singkat.

"Tenang kakak sebagai adik yang dari Dino Bratayudha, aku kelas tahu warna kesukaan kakakku."

"Lihat, nih kamar kakak aja penuh dengan warna biru dan putih. Sprei putih, warna dinding biru. Sayangnya warna meja kerja Kakak nih gak sesuai gak senada." Tunjuk Milka sambil memperlihatkan ekspresi ia tahu.

"Iya, Milka" Dino memberi adiknya jempol sambil menggeleng dan tersenyum melihat sang adik yang selalu bersemangat jika mengomentari sesuatu. 

Milka lalu mendekat lagi pada kakaknya yang hendak membuka laptopnya. "Kak, kalau suruh pilih, Milka atau Kak Naomi, siapa yang akan kakak pilih?" Tanya Milka yang membuat Dino bingung.

"Memangnya kenapa harus pilih salah satu?" Balas Dino sambil memangku adiknya yang tiba-tiba menjadi detektif.

"Kakak! harus pilih aku karena Kak Naomi itu cerewet kak!" Ceplos Milka.

Dino lalu heran dengan sikap adiknya yang selalu meledek Naomi tapi juga mencarinya. Ia lalu meladeni pembicaraan adiknya sehingga membuat adiknya semakin asik meledek Naomi tanpa ada pembelaan apapun darinya.

"Dino!" Teriak Naomi.

Mendengar panggilan Naomi, membuat keduanya kaget, "Kak Dino!" Ucapnya berbisik.

"Dino, kamu lagi gak ngomongin aku kan?" Tanya Naomi.

"Gak kok!" Jawab mereka kompak.

"Kamu lagi sama siapa? Ada Milka ya?" Tanya Naomi sambil membuat resep pasta baru untuk Dino.

"Naomi, aku mau istirahat dulu. Kita lanjutin lagi besok" Dino lalu menutup panggilan itu.

"Milka sana balik ke kamar kamu. Kakak ada rapat besok pagi." Pinta Dino segera bergegas naik ke tempat tidurnya dan menarik selimutnya. Ia lalu melepas kacamatanya dan menaruhnya didalam kotak yang dia keluarkan dari laci disebelah kiri tempat tidurnya.

"Loh! Milka, kamu ngapain disini? Cepat, balik ke kamar kamu!" Ceplos Dino kaget melihat Milka berbaring di sampingnya dan menarik selimutnya menutupi kepalanya.

"Milka tidur sini ya?" Pinta Milka manja.

"Gak balik sekarang! Kamu itu udah besar! Milka sudah 17 Tahun."

"Pokoknya mau tidur disini!" Paksa Milka.

"Ok, jangan ngiler tapi." Dino tak bisa menolak keinginan sang adik. Dino lalu mematikan lampu dan membiarkan Milka tidur disebelahnya.

Milka terus menganggu Dino, "Ada apa sih milka?" Milka gak bisa tidur lalu memberikan buku dongeng 3 babi dan serigala.

"Kamu udah besar Milka ?" Tak lupa, Milka juga memberikan boneka tangan Babi dan Serigala pada Dino.

"Ok, setelah ini tidur ya!" Jawab Dino lalu mulai mendongeng. Dino memeluk adiknya agar adiknya bisa tidur dengan nyaman.

"Kak, aku harap, tahun depan kita masih bisa seperti ini ya" Ucap Milka terlontar begitu saja.

"Maksud kamu Mil? " Tanya kakaknya heran namun Milka sudah tertidur pulas dalam pelukannya.

"Memangnya kamu mau kemana?" Tanya Dino

"Milka gak mau kemana-mana, Milka berharap tahun depan kak Naomi ada disini di samping kakak." Milka lalu memeluk Dino erat.

"Amin" Balasnya.

Di ruangan kerja Dino,

"Naomi, berkas kemarin udah beres?" tanya Dino

"Sudah" Naomi membantu Dino merapikan kemejanya. "Happy birthday, Din." Naomi lalu membuka kotak makan berisi pasta Fettucini kesukaan Dino.

"Thanks" Dino lalu duduk dan mencoba masakan itu.

"Delicious" Dia lalu menyuapi Naomi untuk ikut mencobanya.

"Ini enak banget Naomi." Naomi langsung mencium Dino.

"Sorry, Dino" Dino menatapnya tajam. Dino lalu berdiri seperti ingin marah pada Naomi. Sejak awal, Dino selalu memisahkan hubungan kerja dan pribadi. Namun, kali ini Dino menariknya dan mengecupnya. Ia memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut bibir Naomi.

Kring!!!! Ponsel Dino bergetar. Setelah mendengarnya wajahnya langsung berubah pucat. Ia lalu berlari meninggalkan ruangannya dan juga Naomi sendirian. Ia kalut, sambil mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Dino, Milka pingsan. Sekarang ia ada di rumah sakit. Mama dan Papa sudah disini. Kamu cepat kemari ya."

Dino berlari menuju sebuah ruangan yang dipenuhi oleh bilik-bilik tempat orang-orang bertahan untuk hidup. Ia lalu memeluk sang ibu, "Semua akan baik-baik saja, kita akan mencoba yang terbaik untuk Milka." Ucap Dodi salah satu dokter keluarganya.

"Ma, Milka sakit apa?"

Detik demi detik berlalu, ketakutan semakin terpancar di wajah Dino. Tak hanya dia, namun juga seorang wanita yang berdiri disampingnya.

"Kamu yang tenang ya. Kita bisa lewati ini demi Milka!" Ucap Hendrik menepuk pundak Dino.

"Ma, itu penyakit yang diderita om Johny?" tanyanya tak berdaya.

"Kalian hanya bisa liat dari luar untuk sementara" Ucap Dodi menepuk bahunya.

"Pengobatan terbaik akan dilakukan untuk Milka kamu tenang aja." Tambahnya mencoba menguatkan.

Perlahan namun pasti, ia melangkah mendekati sebuah jendela besar, penghubung antara ruang tunggu dan ruang rawat intensive. Di sebuah ruang khusus, Milka sedang tertidur dengan begitu banyak alat medis di sekujur tubuhnya.

"Milka.." Panggilnya, air mata tak tertahankan

"Jangan tinggalin kakak. Aku akan lakukan yang terbaik untuk kamu. Semampu aku." Ucap Dino sambil menangis tersedu mengetahui penyakit sang adik.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!