19

Hazel berdiri di depan pagar rumah bercat merah itu. Walaupun mbok Darmi melarangnya, tetapi ia tidak bisa berhenti begitu saja.

Hanya harapan ini yang ia punya, hanya ini yang tersisa. Walau harus mengorbankan seluruh harga dirinya, ia tidak akan menyerah.

Seorang lelaki paruh baya keluar dari rumah itu, dengan seragam kerjanya ia mulai memasuki mobil sedan berwarna silver itu.

Saat mobil itu keluar dari perkarangan rumah, Hazel berlari ke arah mobil itu. Mencoba menyetop laju mobil itu.

Seorang lelaki gagah keluar dari dalam mobil, melihat Hazel dengan segala amarahnya.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu mau mati?" tanya lelaki itu ketus.

"Bang, kasih aku kesempatan. Aku ingin bicara dengan Ayah," pinta Hazel lembut.

"Ayah? Siapa yang kamu panggil Ayah?" tanya lelaki itu.

"Bang, aku mohon. Bantulah aku, mohon izinkan aku bicara sama Ayah."

Lelaki itu mendacakan tangannya di pinggang, membuang pandangan ke sisi kosong.

"Ikram! Ada apa ini? Cepatlah sedikit, Ayah masih harus piket." Lelaki paruh baya itu menurunkan kaca jendelanya.

Melihat lelaki itu, Hazel langsung berlari mendekati pintu mobil. Mengetuk kaca jendelanya.

"Ayah, aku mohon. Kasih aku kesempatan untuk bicara," pinta Hazel lembut.

Lelaki paruh baya itu hanya memandang kosong ke depan. Tidak menggubris sedikitpun panggilan Hazel.

"Ayah, kumohon dengarkan aku. Aku mohon Ayah," pinta Hazel melas.

"Jangan panggil saya seperti itu. Dulu saya sempat menaruh kasih padamu. Tetapi sampai kamu menghilangkan anak sulung saya, kamu bukan lagi menantu keluarga ini. Hazel, saya tahu kamu ingin apa? Saat ini saya benar-benar sadar, saya menyesal karena telah membelamu dulu."

"Ayah, dengarkan aku dulu. Ayah salahpaham, aku tidak seburuk itu."

"Ikram, ayo pergi. Ayah tidak ada waktu mendengarkan celoteh wanita ini," perintah lelaki itu tanpa menoleh sedikitpun ke arah Hazel.

Lelaki muda itu mengangguk dan menginjak pedal rem dengan kuat. Melajukan mobil dengan kencang, tidak mempedulikan wanita yang berusaha mengetuk pintu mobil mereka.

Berlari mengejar rasa iba mereka, namun terkadang hati bisa lebih keras dari baja. Bisa berbuat lebih kejam dari serigala.

Hazel mengambil napas dengan memburu kencang saat laju mobil itu tidak lagi terkejar. Mengusap wajah dengan kasar, kembali menatap rumah bercat merah itu.

Ia hanya ingin memperjuangkan anaknya, apakah dia salah jika harus mengemis dengan cara seperti ini?

Perlahan Hazel berjalan memasuki perkarangan rumah itu. Menemui wanita paruh baya yang sedang duduk dengan segelas teh di sebelahnya.

"Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya wanita itu ketus.

Hazel langsung bersimpuh di bawah kaki wanita itu. Memeluk betis wanita yang pernah melahirkan suaminya dulu.

"Ma, aku mohon. Berikan aku sertifikat rumah itu."

Wanita itu tersenyum sinis, ia mengangkat kakinya dengan sedikit kasar.

"Hanya demi harta, bahkan harga diripun tidak lagi kamu pedulikannya? Dasar wanita serakah!"

"Terserah Mama mau mengatakan aku apa. Tapi setelah Mama puas memaki aku, mohon berikan sertifikat rumah itu, Ma. Aku mohon," pinta Hazel mengiba.

"Hem, jangan mimpi! Sekarang pergi kamu dari sini!" Wanita itu bangkit dan menghempaskan betisnya yang di peluk oleh Hazel.

Memasuki rumahnya dan menutup daun pintu dengan keras.

Sedikit terkejut, Hazel memejamkan matanya saat mendengar dentuman keras itu. Seperti hatinya yang terbanting kuat, kini kepingan itu hancur tanpa sisa.

Hazel bangkit dari teras rumah itu perlahan. Berjalan sempoyongan meninggalkan rumah berwarna merah-biru itu.

Sesekali tangisan Hazel pecah, ia tidak lagi peduli saat ini berada di mana. Mau di tengah jalan atau di tengah keramaian sekalipun.

Rasanya kaki ia sudah tidak sanggup lagi berdiri. Menahan segala beban hati yang kian berat mendera. Lara tanpa asa, seperti bermimpi tanpa memejamkan mata.

"Tuhan, kumohon. Berikan aku jalan," lirih Hazel pahit.

***

Hazel meletakan tasnya di atas meja kerja dengan sedikit membanting. Ia menghidupkan komputernya, tetapi pandangannya kosong menatap layar datar itu.

Kemanapun ia memandang, dalam penglihatannya selalu tergambar wajah Surya yang sedang menahan kesakitannya.

Ia hidup, namun rasanya ingin mati saja. Bahkan walau mati sekalipun, ia masih tetap merasakan sakit, karena masih ada Surya yang ia tinggalkan di dunia kejam ini.

Perasaannya bingung, kalut, sakit dan perih. Bercampur menjadi satu. Tidak ada tempat untuk mengadu dan mengeluh, hanya bisa menikmati setiap sayatan yang terasa kian memerih setiap detiknya.

"Hazel," panggil Ferdi.

Hazel mengalihkan pandangan, setetes air menetes dari salah satu matanya.

Cepat ia menghapus dengan punggung tangan. Mencoba menyembunyikan keadaan dari atasannya itu.

"Ayo keruangan rapat. Kamu sudah menyiapkan konsep untuk majalah edisi bulan depan, kan?"

"Sudah."

"Baguslah. Saya tunggu di ruang rapat."

Hazel menganggukan kepalanya, ia menyiapkan beberapa berkas yang akan ia bawa ke dalam ruangan rapat.

Sudah ada beberapa Manager yang menunggu ia di sana. Termasuk Ardan, lelaki yang selalu berusaha untuk ia hindari. Namun juga menjadi jalan terkahirnya saat ini.

"Silahkan, Hazel. Mulai presentasenya!" perintah Ferdi lembut.

Hazel mengangguk, ia mulai menampilkan konsep yang ia buat beberapa hari ini. Walaupun pikirannya terus bercabang oleh Surya. Tetapi ia tetap harus bekerja. Setidaknya inilah satu-satunya pemasukannya yang bisa ia dapatkan ini.

Setelah melakukan presentase selama empat puluh lima menit. Hazel menutup presentasenya, diakhiri applause dari para peserta rapat yang lainnya.

"Bagus, saya suka idenya," puji Ferdi sembari memberikan applause untuk wanita itu.

"Ardan, ada yang ingin kamu tambahkan?" tanya Ferdi melirik ke arah Ardan.

Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya, memainkan pena di jari tangannya.

"Baiklah, kalau begitu rapat berkahir sampai di sini. Terima kasih, Hazel," ucap lelaki berkacamata tipis itu mengakhiri.

Satu persatu peserta rapat meninggalkan ruangan. Hazel merapikan beberapa dokemennya dengan cepat, bersiap untuk meninggalkan ruangan itu juga.

"Hazel," panggil Ardan lembut.

"Iya, Pak."

"Taruh laporannya di atas meja saya. Kamu tunggulah di sana, saya ingin berbicara sama kamu sebentar."

"Baik." Hazel membawa dokumen itu, berjalan menuju ruangan Ardan.

Sementara Ardan masih terdiam, memandangi wanita itu memasuki ruangan miliknya. Ardan menghela napasnya, perasaannya benar-benar kacau saat ini.

Terus terang ia menjadi merasa bersalah, pernah menempatkan Hazel dalam sebuah masalah.

Ia tahu wanita itu sedang terluka, tetapi ia malah menyiram cuka di atasnya.

Ardan menghela napas dan menyandarkan bahu di kursi. Mengusap wajahnya dengan sedikit kasar.

"Sebenarnya perasaan apa ini?" tanya Ardan bingung sendiri.

.

Ardan membuka jasnya sembari berjalan mendekati Hazel. Ia mengeluarkan sebuah cek dan mulai menuliskan nominal yang diminta oleh Hazel.

Mungkin, ia tidak seharusnya bermain-main dengan wanita ini. Kali ini ia ingin membantu tanpa meminta sesuatu darinya. Iba, ada rasa yang muncul dalam hatinya saat melihat wanita itu terseduh di tengah malam saat itu.

Sedang Hazel tidak bisa berhenti memandangi wajah pria itu. Ia terus meremat kedua jemari tangannya, tidak tahu ini jalan yang terbaik atau bukan.

Tetapi yang ia tahu, hanya jalan inilah yang menyambutnya saat ini. Entah hanya sebuah jebakan atau permainan takdir yang menyakitkan.

Entahlah, saat ini berhenti juga tidak bisa.

Ia tidak punya pilihan. Surya masih membutuhkan banyak biaya, kali ini dia akan mengorbankan dirinya, bahkan walau harus terjebak seumur hidup, ia rela.

Walau harus mendengar banyak hinaan setelah ini, atau judge yang akan semakin mengoyak hati. Apapun itu, mungkin ini adalah beban seumur hidup yang harus ia jalani.

Takdir pahit yang mungkin akan berakhir luka.

"Pak," panggil Hazel lirih

"Hem," jawab Ardan tanpa memalingkan wajah.

"Saya terima," ucap Hazel lirih.

"Terima apa?" tanya Ardan masih sibuk pada cek yang ia tulis.

"Saya akan lahirkan anak untuk anda."

Seketika gerakan tangan Ardan terhenti sebelum ia sempat menyelasaikan cek itu. Ia langsung menatap Hazel yang ada di hadapannya.

"Saya ... akan lahirkan anak untuk anda. Dan anda harus berikan saya uang dua ratus juta itu. Seperti itukan perjanjiannya?"

Ardan terdiam, ia masih mencerna ucapan Hazel. Baru saja ia akan memberikan uang itu secara cuma-cuma. Kenapa saat ini wanita itu sudah menyerah?

"Kenapa?" tanya Ardan sembari meremat kertas cek itu.

"Karena saya butuh uang, dan anda butuh anak, bukan? Apa yang harus saya lakukan? Anda katakan saja, setelah itu, berikan saya uangnya."

Ardan menarik napas, tangannya terus meremat kertas itu dengan kuat. Kenapa saat ini Hazel terlihat sama saja seperti wanita serakah di luar sana? Rela menukar harga dirinya dengan uang.

"Kamu yakin?" tanya Ardan sekali lagi.

"Iya," jawab Hazel pasrah.

Ardan kembali terdiam, ia menatap wajah Hazel dengan lekat dan dalam. Saat ini dia sudah tidak lagi tertarik untuk memainkan wanita ini.

Tetapi malah semakin ingin memiliki, sebenarnya apa ini?

'Entah kenapa? Aku sama sekali tidak bahagia. Melainkan merasa terluka saat melihatnya seperti ini? Apa aku benar-benar gila? Dia, ternyata sama saja seperti wanita pada umumnya.'

Terpopuler

Comments

Yovi Zakaria

Yovi Zakaria

ardan jangan salah menilai seseorang kenali jiwa hazel

2021-03-20

0

New R

New R

next

2020-10-25

0

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ

jangan salah paham dong Ardan...Hazel terpaksa

2020-07-09

2

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 Visual Karakter
74 73
75 74
76 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 81
83 82
84 83
85 84
86 85
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
205 204
206 205
207 206
208 207
209 208
210 209
211 210
212 211
213 212
214 213
215 214
216 215
217 216
218 217
219 218
220 219
221 220
222 221
223 222
224 223
225 224
226 225
227 226
228 227
229 228
230 229
231 230
232 231
233 232
234 233
235 234
236 235
237 236
238 237
239 238
240 239
241 240
242 241
243 242
244 243
245 244
246 245
247 246
248 247
249 248
250 249
251 250
252 251
253 252
254 253
255 254
256 255
257 256
258 257
259 258
260 259
261 260
262 261
263 262
264 263
265 264
266 265
267 266
268 267
269 268
270 269
271 270
272 271
273 272
274 273
275 274
Episodes

Updated 275 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
Visual Karakter
74
73
75
74
76
75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
81
83
82
84
83
85
84
86
85
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203
205
204
206
205
207
206
208
207
209
208
210
209
211
210
212
211
213
212
214
213
215
214
216
215
217
216
218
217
219
218
220
219
221
220
222
221
223
222
224
223
225
224
226
225
227
226
228
227
229
228
230
229
231
230
232
231
233
232
234
233
235
234
236
235
237
236
238
237
239
238
240
239
241
240
242
241
243
242
244
243
245
244
246
245
247
246
248
247
249
248
250
249
251
250
252
251
253
252
254
253
255
254
256
255
257
256
258
257
259
258
260
259
261
260
262
261
263
262
264
263
265
264
266
265
267
266
268
267
269
268
270
269
271
270
272
271
273
272
274
273
275
274

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!