08

Hazel merapikan barang-barang yang ada di atas meja kerjanya, setelah memastikan tak ada lagi barang yang tertinggal. Hazel mengambil surat pengunduran diri miliknya itu, menatap amplop putih itu dan menghela napasnya dengan sedikit berat.

Masih butuh banyak biaya, Surya masih sangat membutuhkan ia. Namun saat ini, ia sudah tak lagi berdaya, apa mau di kata, semua sudah menjadi seperti ini.

Hazel mengambil napasnya dan berjalan menuju ruangan Ardan. Mengetuk daun pintu ruangan General Manager itu, namun tak ada jawaban. Hazel membuka pintunya perlahan, dan benar saja. Meja Ardan masih kosong.

Dengan langkah cepat, Hazel meletakan surat pengunduran dirinya, berjalan keluar setelahnya.

"Hazel, apakah kamu menyerah lebih dahulu sebelum malu?" ledek Issabel.

Tak peduli pada ejekan rival kerjanya itu, Hazel kembali melangkah menuju mejanya. Mengambil kardus barang-barang dan keluar perlahan.

"Mbak Hazel," panggil seorang gadis muda.

"Iya, Cha," jawab Hazel menoleh.

"Mbak Hazel mau resign? Kan penjualan kita meningkat, Mbak."

"Iya, aku mau resign. Kamu bisa kan gantikan aku. Aku sudah gak bisa kerja di sini lagi," ucap Hazel lembut.

"Tapi kenapa, Mbak? Mbak kan baik-baik saja selama ini?" tanya Echa.

"Aduh, Echa, yang benar saja. Sudah lama Hazel itu selalu buat masalah, jadi jangan urusi dia, urusi saja pekerjaanmu."

"Bisa gak sih? Mbak Ibel itu gak usah ikut campur, ini masalah aku dan mbak Hazel."

"Hey, Echa siapa kamu? Beraninya melawan aku?" tanya Issabel emosi.

"Siapa mbak Ibel? Kenapa aku harus takut?" tantang Echa.

"Sudahlah Echa, ssstt ..." ucap Hazel menengahi.

"Baguslah, lebih baik Hazel itu sadar diri. Dia sudah tak lagi berharga seperti dulu," sambung Issabel sengit.

"Tutup mulutmu!" sanggah Ardan yang berjalan melewati perkumpulan Hazel dan yang lainnya.

"Hazel, ikut saya ke ruangan. Yang lain, jika kalian tak bisa memperkerjakan mulut kalian dengan baik, keluar saja!" Ardan berjalan melalui mereka.

Tanpa menoleh sedikitpun, ia terus berjalan memasuki ruangannya.

Hazel meletakan kembali kardus yang berada di tangannya, berjalan mengikuti langkah besar Ardan.

Begitu Hazel sampai di depan Ardan, Ardan merobek surat pengunduran diri Hazel dan membuangnya ke tong sampah.

"Kamu menganggap perusahaan saya tong sampah?" tanya Ardan sengit.

"Tidak, Pak," jawab Hazel menundukan pandanganya.

"Luar biasa, Hazel. Kamu sungguh luar biasa. Kamu yang berbuat kesalahan, tapi kamu yamg mengundurkan diri, dan seakan-akan mencampakan perusahaan saya?"

"Saya gak bermaksud seperti itu, Pak. Saya tahu saya salah, karena itu saya mengundurkan diri."

"Kenapa kamu memilih meninggalkan perusahaan saya? Kenapa tidak kamu tinggalkan pekerjaan di cafe itu?" tanya Ardan dengan sedikit berteriak.

Hazel terdiam, ia menundukan pandangannya ke bawah.

"Apa perusahaan saya gak bisa memberikan gaji yang lebih tinggi dari cafe tempat kamu bekerja?" tanya Ardan kembali.

Hazel hanya menggelengkan kepala, tak ingin menatap dan juga melihat Ardan yang berada di hadapannya saat ini.

"Saya tidak mengizinkan kamu untuk resign. Jadi kamu tinggalkan pekerjaan di cafe itu."

"Tidak bisakah saya tetap bekerja di cafe itu, Pak? Saya akan bekerja lebih baik lagi."

"Kenapa saya harus memberikan pengecualian terhadap kamu, Hazel? Apa karena saya memperhatikan kamu, jadi kamu pikir kamu penting buat saya?" tanya Ardan angkuh.

"Apa?" Hazel mendongakan kepalanya seketika, saat mendengar pernyataan Ardan.

Ardan langsung menutup mulutnya, ia kelepasan berbicara.

"Saya tidak pernah merasa kalau Bapak memperhatikan saya. Saya hanya meminta izin, jika Bapak tidak mengizinkan saya resign, bisakah Bapak juga tidak menyuruh saya berhenti kerja di cafe?"

"Tidak! Kamu harus berhenti bekerja di cafe," sanggah Ardan ketus.

"Jika saya tidak mau?"

"Hazel, kamu bekerja di perusahaan saya, jadi kamu harus dengarkan saya!"

"Jika saya tidak mendengarkan Bapak, apa Bapak akan memecat saya?"

"Tidak!" sanggah Ardan keras.

"Kalau begitu, terima kasih." Hazel berbalik dan meninggalkan ruangan Ardan dengan cepat.

"Apa? Kenapa berterima kasih?" tanya Ardan kesal.

"Hei ... Hazel!" panggil Ardan lantang

Namun lebih cepat Hazel keluar dari ruangan Ardan. Ardan mengambil napasnya yang memburu kencang, menahan amarahnya yang meluap karena ulah wanita itu.

"Hazel, berani sekali kamu. Lihat saja nanti, kamu akan berlutut di hadapanku." Ardan mengenggam tangannya kuat.

Matanya menatap sengit pada gadis kurus yang berada di balik kaca ruangannya itu.

Kembali mengeluarkan barang-barangnya dan menyusunnya di atas meja.

"Kita lihat saja, Hazel. Siapa yang akan lebih dulu menyerah pada cinta?" ucap Ardan dengan tersenyum sinis.

Matanya terus terfokus pada wanita di balik kaca itu. Memperhatikan tangan kurusnya yang hanya tulang terbalut kulit.

"Aku bersumpah, Hazel. Bahwa aku akan membuat suamimu menghilang dari dalam hatimu," lirih Ardan kembali.

***

Hazel menumpuhkan dagu di atas telapak tangannya. Matanya berbinar saat melihat Surya yang sedang tertidur, wajah Surya begitu manis saat ia tertidur pulas.

Wajahnya yang mirip sekali dengan Iqbal--suami Hazel, membuat ia selalu merasakan kerinduan yang dalam setiap kali memandang wajah putranya itu.

"Hazel, kamu gak berangkat kerja?" tanya mbok Darmi.

"Sebentar lagi, Mbok. Lagi enak mandangi Surya," ucap Hazel dengan tersenyum.

"Hem, Mbok tahu ini. Kalau kamu sudah mandangi Surya terus, pasti kamu kangen sama Ayahnya Surya kan?" tanya mbok Darmi menggoda.

Hazel tersenyum lebar dan menganggukan kepalanya. Ia kembali membelai lembut pipi putranya itu.

Perlahan salah satu mata Hazel meluruhkan bebannya. Membiarkan tetesan yang lain ikut membasahi pipi putih pucatnya.

"Sudah dua tahun lebih, Mbok. Tapi mas Iqbal gak pernah pulang semenjak kepergiannya yang terakhir kali."

Hazel memandangi Surya dengan lekat, perlahan bibirnya kembali tersenyum lembut.

"Kesatuan masih mengirimkan gaji mas Iqbal, tetapi aku bukanlah lagi ibu persitnya. Mas Iqbal ... dia--"

Hazel menghela napasnya, berat untuk mengakuinya. Tetapi memang itulah kenyatannya.

"Dia tidak akan pernah kembali ke sisi kita lagi, Mbok. Sudah dua tahun, aku berharap bahwa ini hanya mimpi buruk saja. Tetapi, mas Iqbal memang sudah tiada, aku rindu. Aku rindu dia, Mbok." Hazel meluruhkan genangan air matanya.

Sesaat ia terisak, menangis dalam, melepaskan beban hatinya yang kian menyesakan dada.

Mbok Darmi berjalan mendekati Hazel. Mengelus punggung belakang wanita itu dengan lembut.

"Iqbal meninggal karena tugas mulia, Sayang. Jangan disesali lagi, Iqbal akan menderita nanti."

Hazel menghapus buliran air matanya dengan punggung tangan. Bibirnya kembali tersenyum, berusaha menunjukan diri, bahwa ia masih kuat menahan segalanya sendiri.

"Kalau gitu, Mbok ke warung bentar ya, beli sabun cuci," pamit Mbok Darmi.

"Eh ... Mbok, biar aku saja yang beli, sekalian aku mau beli yang lain."

"Oh, yasudah."

Hazel menghapus sisa air mata di sudut pipinya. Kembali tersenyum sebelum keluar dari rumah mungil peninggalan suaminya itu.

Hazel berjalan dengan sedikit tersenyum, menuju warung ujung di jalan. Beberapa lelaki yang sedang bersantai di bibir jalan, menyapa Hazel saat ia melewati mereka.

Walau bagaimanapun, Hazel masih tetap menggoda dengan statusnya saat ini.

Wajah cantik dan kulit putih seputih susu. Bola mata indah dengan lentik bulu menghiasi kelopak matanya. Hidung yang mancung kecil dan lancip. Dagu yang indah dengan sedikit belahan di tengahnya dan bibir kecil yang ranum, walau tanpa riasan warna sekalipun.

Ditambah dengan umur yang masih sangat muda walau dengan satu anak yang melekat pada jati dirinya.

"Hazel, tumben keluar? Mau kemana?" sapa seorang pemuda yang sedang santai di bibir jalan.

Hazel hanya tersenyum, membalas sapaan mereka. Tak jauh berjalan, ia sampai ketempat tujuannya.

"Pak, tolong sabun cuci, kecap manis dan minyak goreng kemasan," pinta Hazel langsung, saat berada di depan warung.

"Hazel, kok tumben belanja?" tanya seorang wanita paruh baya yang sedang belanja di situ.

"Iya, biasa Mbok Darmi yang selalu belanja," sambung salah satu yang lainnya.

"Oh, Mbok Darmi lagi jagain Surya di rumah," jawab Hazel dengan tersenyum lembut.

"Hazel kamu kerja apa sih? Kok tiap malam pulangnya larut sekali?"

"Aku kerja di cafe," jawab Hazel lembut.

"Bener hanya kerja di cafe? Gak kerja yang lainnya juga?" tanya Ibu itu kembali.

"Hazel, kamu gak kerja yang macam-macam kan? Kamu gak kerja yang aneh-aneh kan?"

"Insha Allah, saya kerja halal," jawab Hazel sendu.

"Halal menurut kamu, atau halal menurut agama?" sambung yang lainnya lagi.

Hazel menghela napasnya, ia tidak ingin menjawab. Percuma menjelaskan pada mereka yang selalu menjudge orang lebih dulu.

"Jangan-jangan ... Surya sakit begitu karena dia gak sanggup nangung dosa kamu lagi? Secara Ibunya pulang malam setiap hari."

Hazel memejamkan kelopak matanya saat mendengar ucapan pahit itu. Entah kenapa, sakit sekali, saat mereka membawa-bawa Surya. Surya adalah anugerah, bukan penembusan dosa.

Ia masih bisa menahannya saat dirinya difitnah. Namun jika Surya yang menanggungnya, bukankah itu tidak adil buat Surya?

"Berapa, Pak?" tanya Hazel saat barang belanjaannya sudah selesai dikemas.

"Hazel, apa kamu beli barang itu uang dari lelaki yang naik mobil itu?"

"Aku beli ini pakai hasil keringat sendiri, dan lelaki yang kalian bilang itu, aku sama sekali gak kenal."

"Alah, yang benar? Beberapa kali mobil lelaki datang, mereka sering bertanya tentangmu, masuk kedaerah sini, kalau bukan mereka pacar kamu, siapa lagi?"

Hazel hanya terdiam, ia tak ingin menjawab dan memperdebatkan. Saat ini, ia hanyalah melakukan segala sesuatunya dengan baik dan benar. Tak pernah berpikir untuk mencari jalan pintas, walau rintangan hidupnya tak pernah berakhir.

Setelah membayar sejumlah uang, Hazel beranjak pergi meninggalkan warung itu.

"Hazel, kamu sudah punya pacar kaya. Jadi jangan suka tebar pesona sama suami orang lagi ya. Malu sama almarhum suamimu yang pernah berjuang keras demi kamu."

Hazel menghela napasnya yang terasa sangat menyengal di dada. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena ucapan ibi-ibu tadi.

Semenjak status janda itu ia sandang, tak pernah habis cercaan dan fitnah yang menyerang dirinya. Menjadi janda dan menjadi ibu dari penderita Syndrom angelman, bukanlah pilihannya. Namun semua ini kehendak Tuhan.

Kenapa saat ini, ia seperti orang yang terkena kutukan dan selalu dikucilkan?

Bukan Hazel yang meminta, bukan Hazel yang mau.

Menjadi janda di usia muda, bukan ia yang mau. Jika ia bisa memilih, ia akan memilih untuk menjadi istri dari suaminya.

Hidup bersama dengan lelaki yang ia cintai. Berbagi beban dan bisa berkeluh kesah. Ada tempat untuk ia bersandar di kala lelah melanda.

Tidak seperti saat ini, sendiri menghadapi segalanya. Menahan derita, dan menanggung semua ucapan pahit dari para tetangga.

Dengan sedikit berlari Hazel kembali kerumahanya. Ia mengangkat tubuh lemah putranya yang baru terbangun dari tidur.

"Surya, kesayangan Ayah dan Bunda. Sudah bangun." Hazel menggendong badan putra semata wayangnya itu.

Memeluk seeratnya, mata Hazel terpejam, namun air mata terus mengalir dari mata letihnya.

Perasaan gagal kembali menghinggapi pikiran Hazel. Gagal telah menjadi ibu yang baik untuk Surya, gagal karena telah melahirkan Surya dalam penderitaan seperti ini.

Hazel terduduk di atas sofa, jemarinya lembut mengelus kulit Surya. Kembali air mata membanjiri pipinya.

"Surya, maafin Bunda. Maaf, seandainya Bunda tak melahirkanmu seperti ini, pasti kamu tidak akan menderita, Nak," ucap Hazel sendu.

"Maaf, maaf karena Bunda melahirkanmu seperti ini." Hazel memeluk badan Surya erat. Tubuh lemahnya bergetar karena menahan isakan yang semakin pecah.

"Maaf karena kamu harus lahir dari rahim Bunda, dan harus menerima ini semua."

Terpopuler

Comments

Dirah Guak Kui

Dirah Guak Kui

knp tdk pindah saja dari tempat tinggalnya,
atau terus terang aja ditempat kerjanya bahwa dia butuh uang yg banyak karna punya anak yg begitu

2021-08-12

0

Noor

Noor

sukses bikin mewekkk 😭😭

like mendarat lagi kak...

2021-01-18

0

Ratih Tiyawan

Ratih Tiyawan

kuat terus hazel.. km wanita tangguh.. baru bab brp udah menyayat hati sih thor.. jahara deh bikin mewek dari awal 😢😢😢

2021-01-18

0

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 Visual Karakter
74 73
75 74
76 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 81
83 82
84 83
85 84
86 85
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
205 204
206 205
207 206
208 207
209 208
210 209
211 210
212 211
213 212
214 213
215 214
216 215
217 216
218 217
219 218
220 219
221 220
222 221
223 222
224 223
225 224
226 225
227 226
228 227
229 228
230 229
231 230
232 231
233 232
234 233
235 234
236 235
237 236
238 237
239 238
240 239
241 240
242 241
243 242
244 243
245 244
246 245
247 246
248 247
249 248
250 249
251 250
252 251
253 252
254 253
255 254
256 255
257 256
258 257
259 258
260 259
261 260
262 261
263 262
264 263
265 264
266 265
267 266
268 267
269 268
270 269
271 270
272 271
273 272
274 273
275 274
Episodes

Updated 275 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
Visual Karakter
74
73
75
74
76
75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
81
83
82
84
83
85
84
86
85
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203
205
204
206
205
207
206
208
207
209
208
210
209
211
210
212
211
213
212
214
213
215
214
216
215
217
216
218
217
219
218
220
219
221
220
222
221
223
222
224
223
225
224
226
225
227
226
228
227
229
228
230
229
231
230
232
231
233
232
234
233
235
234
236
235
237
236
238
237
239
238
240
239
241
240
242
241
243
242
244
243
245
244
246
245
247
246
248
247
249
248
250
249
251
250
252
251
253
252
254
253
255
254
256
255
257
256
258
257
259
258
260
259
261
260
262
261
263
262
264
263
265
264
266
265
267
266
268
267
269
268
270
269
271
270
272
271
273
272
274
273
275
274

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!