02

"Bagaimana semua paham?" tanya Ardan, bangkit dari kursi.

"Paham, Pak," jawab peserta rapat serentak.

"Saya berharap perusahaan ini akan semakin meningkat saat di bawah kendali saya. Mohon bantuan dan kerja samanya," ucap Ardan mengakhiri rapat perdana, semenjak ia menjabat sebagai GM di anak perusahaan milik keluarganya.

"Pak Derik," panggil Ardan saat melihat Derik yang ingin berjalan keluar dari ruang rapat.

"Saya, Pak Ardan," jawab Derik sambil menundukan pandangannya.

"Bisa kita bicara sebentar."

"Baik, Pak," jawab Derik sambil membuang bokongnya kembali ke kursi.

"Langsung terus terang saja ya, Pak Derik. Jadi saya berharap Pak Derik bisa bekerja lebih keras, karena jabatan yang pak Derik tempati saat ini adalah jabatan yang sangat penting di perusahaan ini," ucap Ardan tegas.

"Pak Derik tahu kan, divisi promosi adalah ujung tombak perusahaan ini. Jadi saya harap, Pak Derik bisa paham apa yang saya maksud," sambung Ardan kembali, tegas.

"Baik, Pak. Saya paham," ucap Derik sambil menundukan pandangannya.

"Baiklah, kalau begitu Pak Derik bisa keluar sekarang."

"Saya permisi, Pak."

Ardan hanya mengangguk pasrah, sesaat setelah Derik keluar Ardan menghela napasnya. Ia menyandarkan kepalanya ke belakang sisi kursi.

Mata Ardan menerawang jauh ke langit-langit kantor. Semenjak pertama kali ia bertemu dengan Hazel, bayangan Hazel terus bermain di pelupuk matanya.

Ardan tersenyum getir dan menggeleng pasrah. Menertawai dirinya yang telah terpaut oleh istri orang.

"Konyol sekali kamu Ardan, sekali ada yang mampu menarik perhatianmu, malah istri orang. Bodoh!" ucap Ardan sambil tersenyum simpul.

****

"Hazel, saya mohon sama kamu. Jangan buat ulah lagi, kalau kamu gak bisa lagi saya andalkan. Siap-siap angkat kaki dari perusahaan ini!" ancam Derik di depan wajah Hazel.

"Baik, Pak," jawab Hazel bersalah.

"Sekarang tugas kita adalah buat promosi sebaik mungkin, buat promosi yang akan menarik banyak customer untuk percaya sama produk kita," ucap Derik ke seluruh divisi yang berada di bawah kendalinya.

"Paham semua?!"

"Paham, Pak!" jawab seluruh karyawan divisi promosi serentak.

"Kalau begitu, semangat. Ayo mulai kerja!" sambung Derik tegas.

"Hazel."

"Iya, Pak."

"Kali ini kamu bertugas di lapangan. Buat perusahaan kita kebanjiran costumer, seperti awal kamu bergabung disini."

"Tapi, saya--"

"Ingat Hazel, kalau bukan karena kinerja pertama kamu yang luar biasa. Kamu sudah saya keluarkan dari divisi ini," putus Derik mengingatkan Hazel.

"Baik, Pak," jawab Hazel lemas.

Setelah Derik pergi meninggalkan ruang divisi, Hazel menghela napasnya lemas. Hazel terduduk lemas di kursinya, memegang sudut dahinya yang mulai cenutan karena pekerjaannya kali ini.

Dua setengah tahun yang lalu, keadaan Surya belum seburuk ini. Hazel mampu menjual banyak produk kosmetik karena penampilannya yang masih sangat cantik dan segar.

Saat itu Hazel masih baru memasuki perusahaan ini. Karena kinerja yang sangat bagus saat itu, posisi Hazel masih aman sampai sekarang. Karena Hazel yang dianggap berpotensi di bidang pemasaran.

Tapi saat ini, keadaan Hazel sudah sangat berbeda. Hazel terlalu sibuk bekerja dan tak lagi peduli pada penampilannya. Jangankan untuk perawatan dirinya, terkadang kapan terakhir kali ia makan saja, Hazel lupa.

"Aku yakin, kali ini Dewi Fortuna gak lagi berpihak pada Hazel," celetuk salah satu karyawati di divisi Hazel.

"Ya, saat ini Dewi Hazel sudah lusuh dan tak cantik lagi. Bagaikan sayur layu yang terinjak," sambung Issabell, saingan sengit Hazel.

"Benar banget tuh, dulu Hazel adalah primadona divisi, sekarang Hazel malah jadi biang kerok yang selalu mengancam posisi pak Derik," sambung Hanny, teman seperjuangan Issabell.

"Aku yakin, setelah ini posisi Hazel akan tergeser. Jangan terlalu sombong jadi perempuan Hazelku, Sayang," sambung Issabell dengan senyum sinisnya.

Sementara Hazel hanya tersenyum getir, kembali bekerja di balik meja kerjanya. Saat ini bukan omongan mereka yang jadi beban pikiran Hazel. Jika dia harus menjadi pekerja lapangan, maka sabtu dan minggu ia masih harus bekerja ekstra.

Demi penjualan yang mencapai target, Hazel harus bekerja ekstra. Kalau seperti ini, maka waktunya untuk menemani Surya terapi juga akan berkurang.

Hazel berlari menuju rumah sederhana, sesekali ia melirik jam di tangannya. Sudah hampir jam 5 sore. Karena menyiapkan konsep penjualan ia menjadi telat, dan harus berlari saat pulang seperti ini.

"Assalamualaikum," ucap Hazel berlari masuk kedalam rumahnya.

"Waalaikum salam," jawab mbok Darmi keluar dari kamar Surya.

Secepat kilat Hazel berlari ke kamar mandi. Membuka pakaiannya dan membasuh tubuhnya dengan air. Setelah selesai memakai bajunya, Hazel menarik segelas air dan menengguknya sampai habis.

Sebelum keluar dari rumah, Hazel mengecup wajah Surya beberapa kali.

"Mbok, aku sudah hampir telat ini. Aku berangkat dulu ya, Mbok," pamit Hazel sambil berlari keluar.

Hazel mengeluarkan sepeda bututnya, dengan sisa tenaganya, ia mengkayuh sepeda itu menuju cafe yang agak jauh dari rumahnya.

Dengan cepat Hazel memarkirkan sepedanya di parkiran cafe. Secepat kilat Hazel berlari ke belakang dan memulai pekerjaannya sebagai cleaning service di salah satu cafe mewah di kotanya.

Hazel menghela napasnya, ia terduduk lemas di salah satu kursi di belakang cafe. Lelah dan juga letih, selama dua setengah tahun ini, Hazel banting tulang sekuat tenaga demi pengobatan Surya. Walaupun saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan Surya sepenuhnya.

****

Pagi itu, Hazel membereskan sarapan pagi di atas meja. Dengan senyum yang sumringah, Hazel menata makanan di atas meja sederhana milik mereka.

"Hazel, kamu pagi-pagi sudah siap masak. Kenapa gak banguni si Mbok saja?"

"He he, si Mbok dibawa Mas Iqbal pulang kerumah ini kan sebagai teman aku saat mas Iqbal tugas. Bukan jadi pembantu kan," ucap Hazel dengan senyum yang merekah lebar.

"Kamu dan Iqbal memang orang-orang baik. Mbok gak tahu jika saat itu Iqbal tidak menyelamatkan si Mbok, entah jadi apa si Mbok ini."

Hazel hanya menggulum senyumnya, ia masih sibuk dengan pekerjaannya di dapur.

Mbok Darmi memang bukan asisten rumah tangga mereka. Mbok Darmi adalah seorang ibu yang kehilangan anaknya saat perang perbatasan beberapa waktu lalu.

Saat itu, Iqbal yang menjadi tentara perbatasana menyelamatkan Mbok Darmi dari pemberontakan masyarakat setempat. Saat Iqbal pulang tugas, Iqbal membawa serta Mbok Darmi yang menjadi sebatang kara semenjak putra tunggalnya meninggal di tangan pemberontak.

Mbok Darmi di bawa Iqbal untuk menenami Hazel yang sering kali ia tinggal tugas sendiri.

"Mbok, ayo sarapan duluan, aku mau lihat Surya dulu ya," ucap Hazel berlalu ke kemar sederhana mereka.

Dengan senyum sumringah Hazel mengajak Surya bermain. Saat itu Hazel tak menyadari, keadaan Surya yang selalu gembira dan sering tersenyum sepanjang hari adalah awal dari gejala Syndrome Angelman.

Hazel hanya mengira jika Surya hanya bermain layaknya bayi biasa saja. Sampai umur Surya mencapai 6 bulan, gejala lain mulai terlihat.

Kepala Surya yang mulai kelihatan peyang, dan keterlambatan dalam perkembangan. Rambut, kulit dan mata Surya yang kelihatan lebih terang dari bayi yang lainnya.

"Hazel," panggil seorang teman kerja, membuyarkan penggalan masa kelam yang sempat terlintas di pikiranya.

Hazel bangkit dan menghapus buliran airmata yang sempat menghiasi sudut matanya.

"Kamu nangis Hazel?" tanya Rania, teman seperkerjaan Hazel.

"Aku hanya mengantuk Rania. Aku hanya lelah sekali hari ini," ucap Hazel menutupi keadaannya.

"Yasudah, ini sudah jam pulang. Ayo pulang bareng aku," ajak Rania.

"Hem." Hazel mengangguk dan mulai beranjak dari duduknya.

Membereskan barang-barangnya. Keluar bersamaan dengan Rania. Gadis cantik yang sering masuk shift malam karena siang harinya, ia masih harus aktif kuliah.

Sampai di perempatan jalan Hazel dan Rania berpisah. Hazel mendorong sepedanya menembus dinginnya dini hari malam, melewati jalanan kampung tempat ia tinggal.

"Hazel, baru pulang?" tanya salah seorang penjaga pos di kampung Hazel.

"Iya, Pak," jawab Hazel dengan senyum letihnya.

"Kamu memang wanita tangguh ya Hazel. Hebat kamu," puji seorang yang lainnya.

Hazel hanya mengumbar senyumnya, ia kembali melanjutkan perjalanannya menembus jalanan gelap tengah malam.

"Assalamuailaikum," ucap Hazel saat membuka pintu rumah sederhananya.

Tak ada jawaban dari Mbok Darmi, seperti biasa, mbok Darmi pasti sudah tertidur setelah seharian menjaga Surya yang selalu aktif luar biasa.

Hazel membasuh tubuh letihnya, sebelum ia tidur, Hazel memeluk dan mencium Surya yang saat ini sedang tertidur pulas.

"Sehat terus anak Bunda, demi kamu, Bunda akan selalu berdiri tegak, melawan dunia yang kejam ini." Hazel menghujani ciuman di seluruh badan Surya. Saat ini, jika bukan karena Surya, mungkin Hazel sudah menyerah pada kerasnya dunia.

Terpopuler

Comments

Dirah Guak Kui

Dirah Guak Kui

Thor papanya Surya kmn?

2021-08-04

2

Wanita Tangguh27

Wanita Tangguh27

hallo ka... aku mampir nih mampir juga yu k ceritaku

2021-01-18

1

Nuri Ning

Nuri Ning

😭😭😭

2021-01-18

0

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 Visual Karakter
74 73
75 74
76 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 81
83 82
84 83
85 84
86 85
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
205 204
206 205
207 206
208 207
209 208
210 209
211 210
212 211
213 212
214 213
215 214
216 215
217 216
218 217
219 218
220 219
221 220
222 221
223 222
224 223
225 224
226 225
227 226
228 227
229 228
230 229
231 230
232 231
233 232
234 233
235 234
236 235
237 236
238 237
239 238
240 239
241 240
242 241
243 242
244 243
245 244
246 245
247 246
248 247
249 248
250 249
251 250
252 251
253 252
254 253
255 254
256 255
257 256
258 257
259 258
260 259
261 260
262 261
263 262
264 263
265 264
266 265
267 266
268 267
269 268
270 269
271 270
272 271
273 272
274 273
275 274
Episodes

Updated 275 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
Visual Karakter
74
73
75
74
76
75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
81
83
82
84
83
85
84
86
85
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203
205
204
206
205
207
206
208
207
209
208
210
209
211
210
212
211
213
212
214
213
215
214
216
215
217
216
218
217
219
218
220
219
221
220
222
221
223
222
224
223
225
224
226
225
227
226
228
227
229
228
230
229
231
230
232
231
233
232
234
233
235
234
236
235
237
236
238
237
239
238
240
239
241
240
242
241
243
242
244
243
245
244
246
245
247
246
248
247
249
248
250
249
251
250
252
251
253
252
254
253
255
254
256
255
257
256
258
257
259
258
260
259
261
260
262
261
263
262
264
263
265
264
266
265
267
266
268
267
269
268
270
269
271
270
272
271
273
272
274
273
275
274

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!