Ardan melipat satu kakinya dan menumpuhkan di dinding yang saat ini sedang ia sandarkan.
Memasukan satu tangannya ke kantung jaket, sementara satu tangan yang lain memainkan batang rokok di jarinya.
Sudah dua jam berlalu, sudah entah beberapa batang rokok yang ia hisap. Namun wanita yang ia tunggu belum juga muncul di hadapannya.
Ardan berjongkok, kakinya mulai pegal karena berdiri selama dua jam lebih di belakang cafe. Menunggu seseorang ternyata bisa semenyebalkan ini.
Tak lama, terdengar suara daun pintu terbuka.
Hazel keluar dengan menyeret plastik besar yang berisi sampah. Sebuah senyum tersungging di bibir Ardan saat melihat wanita yang ia tunggu muncul di hadapan.
Hazel memundurkan langkahnya saat melihat Ardan berdiri di samping pintu belakang cafe. Terkejut dengan kehadiran lelaki yang selama ini selalu ia hindari.
Wajah Hazel memucat seketika, tak percaya ia bisa melihat Ardan di tempat ini. Bagaimana mungkin? Pimpinan tinggi perusahaan berada di tempat kotor seperti ini.
"Apa yang Bapak lakukan di sini?" tanya Hazel spontan.
"Sedang menangkap basah seorang pelaku kejahatan." Ardan menyungging senyum sinis di bibirnya.
Perlahan ia melangkahkan kakinya, berjalan mendekati Hazel yang masih berdiri terpaku.
Dengan sedikit takut, wanita itu memundurkan langkahnya menjauh dari lelaki berwajah angkuh itu. Sampai langkahnya terpojok pada sisi tembok, Hazel menempelkan bahunya pada tembok pembatas itu.
Ardan menumpuhkan sebelah tangannya di sebelah wajah Hazel. Satu tangan yang lain ia masukan kedalam kantung celana. Mengurung badan kurus wanitanya itu.
"Pak, apa yang Bapak lakuin?" tanya Hazel sambil menelan salivanya, berat.
"Jadi ini alasan kamu pulang larut setiap malam, dan selalu tidur di jam kantor?" tanya Ardan lembut namun menusuk.
Ardan menatap wajah Hazel dengan lekat dan dalam, memperhatikan wajah wanitanitu dengan seksama.
Sedang Hazel hanya terdiam, bahkan hanya sekadar menarik napas saja ia kesulitan. Napasnya seperti tertahan oleh tubuh bidang milik Ardan.
"Pak saya mohon, lepaskan saya. Saya mau kembali bekerja." Hazel menghempaskan tangan Ardan dan berjalan menjauh.
"Hazel kamu tak ingin menjelaskan apapun ke saya?" tanya Ardan sedikit berteriak.
Seketika langkah Hazel terhenti, ia menolehkan sedikit pandangannya ke arah Ardan. Kembali menghela napas dan melanjutkan langkahnya.
"Hazel kamu lupa, bahwa perusahaan melarang karyawannya untuk menjalani dua pekerjaan. Apa kamu mau kehilangan pekerjaan kamu?"
Kembali langkah kaki Hazel terhenti, ia tidak lupa. Namun bagaimana ia akan menjelaskannya?
Hazel menutup matanya dan mengenggam kedua jemarinya di depan dada.
Kali ini apa yang harus ia katakan? Kalau Ardan sampai memecatnya, brace kaki surya, dan segala keperluan mereka, bagaimana ia akan mencari uang?
Ia juga bingung, tetapi ia juga tidak bisa menjelaskan. Tak bisa dihindari dan juga dipungkiri. Apa yang akan terjadi, maka terjadilah.
"Saya tunggu di depan cafe saat jam pulang," ucap Ardan sambil melangkahkan kakinya.
"Jangan sampai kamu tidak datang, atau gak, kamu akan tahu akibatnya," bisik Ardan di telinga kanan Hazel.
Hazel memalingkan pandangannya, Ardan tersenyum sinis dan memainkan sebelah matanya. Pergi meninggalkan wanita itu sendiri.
Hazel hanya bisa memandangi pungung badan lelaki itu berlalu pergi. Suasana malam ini semakin menyeramkan saat ia melihat lelaki itu di sini.
Hazel menghela napasnya, ia tak punya kekuatan untuk melawan Ardan. Kali ini ia hanya bisa pasrah pada kenyataan yang mungkin akan semakin mengganas setelah rahasianya terungkap.
Hazel menggenggam tali tas yang ia selempangkan di dada. Memandangi mobil hitam legam yang telah menantikan kehadirannya.
Hazel mengambil napas dengan sedikit memburu, menahan debaran jantungnya yang kian cepat saat kakinya berjalan semakin dekat.
"Masuk!" perintah Ardan langsung, saat melihat waniya itu berdiri di balik pintu mobilnya.
Tanpa banyak bertanya, Hazel langsung masuk kedalam mobil Ardan. Sejenak suasana di dalam menjadi hening. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka.
Lima menit, sepuluh menit. Mereka hanya saling berdiam tanpa membuka suara.
Ardan menarik napasnya, menolehkan pandangan pada wanita yang sedang duduk di sebelahnya.
"Sebelum saya bertanya, adakah kata pembelaan darimu?" tanya Ardan membuka suara.
Hazel hanya menggelengkan kepalanya, menundukan pandangan jauh kedalam.
"Huft." Ardan mengacak rambutnya dan menghela napas panjang.
"Baiklah, langsung saja," sambung Ardan sambil mengubah posisi duduknya menghadap kearah Hazel.
"Kamu sadarkan, perusahaan tak memberikan izin untuk karyawan melakukan dua pekerjaan sekaligus?" tanya Ardan spontan
Hazel hanya mengangguk pasrah menjawab pertanyaan lelaki yang ada di sebelahnya.
"Apa gaji yang diberikan perusahaan kami tidak cukup? Kalian digaji sesuai standar, bahkan masih ada bonus dan tambahan lainnya, apakah masih kurang?" tanya Ardan, kesal.
Hazel hanya menundukan pandangannya, ia tahu kali ini ia bersalah, karena itu ia hanya diam dan tak menjawab apapun.
"Apa alasan kamu melakukan dua pekerjaan Hazel?"
"Kebutuhan, Pak."
"Kebutuhan Apa?" tanya Ardan kembali.
"Kebutuhan hidup, kami butuh banyak uang untuk bisa bertahan hidup," jawab Hazel masih menunduk pasrah.
"Kami?" tanya Ardan dengan senyum menyungging.
"Suamimu itu lelaki seperti apa sih Hazel? Sampai ia membiarkanmu bekerja keras seperti ini?"
Hazel memejamkan kedua kelopak matanya saat mendengar Ardan kembali membahas tentang suaminya.
"Untuk apa dia menikahimu jika harus kamu yang menanggung segala kebutuhannya?" kembali Ardan berucap.
Ada rasa sakit yang saat ini menusuk relung hatinya. Kenapa? Kenapa yang dibahas Ardan selalu menyakiti hatinya.
"Hazel, tidakkah kamu merasa kamu hanya menjadi tulang pungunggnya? Apakah kamu tidak bisa memintanya membantumu menanggung semua?" tanya Ardan kembali.
Hazel membuang pandangannya, ia menatap wajah Ardan dengan sudut mata.
"Untuk apa Bapak mencampuri urusan pribadi saya?" tanya Hazel sengit.
Ardan terdiam, sesaat pandangan Hazel yang begitu sengit membuat ia takut. Matanya terlihat memendam bara kenencian yang dalam terhadap dirinya.
"Gak perlu repot-repot, Pak. Besok pagi surat pengunduran diri saya sudah ada di atas meja Bapak."
Hazel membuka pintu mobil Ardan, menutupnya dengan membanting keras. Berjalan menjauh dari mobil Ardan secepat yang ia bisa. Sungguh, semobil dengan Ardan benar-benar membuat ia muak.
Sementara Ardan hanya kembali terdiam, melihat punggung Hazel yang berlalu meninggalkannya semakin menjauh. Kenapa Hazel selalu membara jika membahas soal suaminya?
Apa yang sebenarnya terjadi? Melihat reaksi Hazel yang begitu, kembali rasa bersalah menghantui pikiran Ardan.
Kenapa ia bisa terlalu peduli pada wanita itu? Ia pun tak tahu. Ia seperti kehilangan kendali jika segala sesuatunya menyangkut tentang Hazel.
"Mungkin kau sudah gila, Ardan. Terlalu peduli pada istri orang," ucap Ardan dengan menumpuhkan kepalanya di atas setir mobil.
"Kenapa aku bisa seperti ini? Candu oleh milik orang lain? Mati saja kau, matilah kau Ardan," ucap Ardan sembari menghantamkan kepalamya ke atas setir.
Bingung oleh perasaannya sendiri, setelah mengenal banyak wanita. Mengapa yang seperti Hazel yang membuat ia jatuh cinta.
***
Ardan membuang jaketnya diatas kasur, kembali bayangan tentang Hazel menghampiri pikirannya.
Ardan menjatuhkan badannya dan menutupi dahi dengan lengan tangan, matanya menatap ke langit-langit kamar.
Tatapan mata wanita itu selalu banyak menyimpan rahasia. Banyak hal yang tidak bisa ia artikan dari cara wanita itu memandang.
Kadang tatapan itu begitu dingin, kadang amarah kebencian juga terpancar. Sering kali matanya memancarakan kesedihan namun juga terkadang ada harapan yang muncul dari binar bening milik Hazel.
Hazel, wanita berwajah datar yang selalu terlihat pucat. Namun semua itu menarik Ardan untuk ingin meraih lebih dekat.
Ardan menghela napasnya dan terduduk di bibir ranjang. Memengangi sudut dahi yang yerasa semakin cenutan saat ia memikirkan bayangan wanita itu.
"Hazel, kamu membuat aku frustasi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
Thor knp semakin kesini semakin menyatakan
kl Ardan dgn Surya ada hubungannya, apakah Surya anaknya Ardan??????
2021-08-04
0
Yovi Zakaria
suami kemana ya. kok blom diceritain penasaran
2021-03-20
1
Atun Syalwa
itu suami ny kmna,,,
2021-01-27
1