03

Hazel mencepol rambutnya tinggi keatas. Dengan menaburkan bedak bayi di wajah manisnya, Hazel bersiap-siap pergi ke kantor.

"Sayang, jangan nakal. Bunda berangkat kerja dulu, ya." Sebuah ciuman mendarat di pipi mungil Surya.

"Hari ini jadwal terapi Surya kan, Hazel?"

"Iya, Mbok. Tapi sepertinya aku gak bisa pulang siang ini. Bagaimana ya?"

"Yasudah, si Mbok pergi sendiri saja."

Hazel menghela napasnya, ia mengerucutkan bibirnya.

"Maaf ya, harus merepotkan Mbok terus."

"Gak ada yang merasa repot Hazel, kamu sudah Mbok anggap anak mbok sendiri," ucap Mbok Darmi sambil meraih kedua tangan Hazel dan menggenggamnya erat.

"Aku bersyukur sekali Mbok. Seandaianya dulu mas Iqbal gak bawa Mbok pulang, mungkin saat ini aku gak tahu harus bagaimana?"

"Si Mbok juga bersyukur Hazel. Kalau dulu Iqbal gak bawa Mbok pergi, entah seperti apa kehidupan yang Mbok jalani saat ini," jawab Mbok Darmi sendu.

"Yasudah, kalau begitu aku berangkat ya Mbok. Surya, jangan nakal anak Bunda."

"Kamu gak sarapan dulu, Hazel?"

"Hem, enggak deh, Mbok. Takut telat." Hazel mulai membereskan tas bawaannya dan melangkah keluar rumah.

"Assalamualaikum," pamit Hazel saat keluar rumah.

Dengan sedikit berlari Hazel memasuki gerbang perusahaan tempat ia bekerja. Sebuah ban sepeda menabrak betis mulus milik Hazel.

"Aww," rintih Hazel sambil melirik kearah samping.

Brugh ....

Bersamaan si penunggang ikut terjatuh dari atas sepedanya. Dengan sigap Hazel membantu lelaki tua itu untuk bangun.

"Bapak gak kenapa-kenapa?" tanya Hazel saat membangungkan sepeda tua milik lelaki lansia itu.

"Gak kenapa-napa, Nduk. Maaf, Bapak gak sengaja nabrak kamu," jawab lelaki berambut putih itu, bersalah.

Hazel hanya tersenyum dam memeriksa kedua telapak tangan si Bapak. Hazel mengelap telapak tangan lelaki tua itu saat melihat kotoran menempel di kulit keriputnya.

"Saya baik-baik saja, Pak. Lain kali Bapak hati-hati ya," ucap Hazel lembut.

"Maaf Nduk, penglihatan Bapak sudah buram. Jadi kurang jelas saat memandang."

"Lain kali jangan naik sepeda, Pak. Bahaya buat Bapak."

"Iya, Nduk. Terima kasih."

"Terima kasih kembali," jawab Hazel sambil mengumbar senyum manisnya. "Kalau begitu, saya permisi ya, Pak."

Dengan langkah cepat Hazel menaiki anak tangga perusahaan tempat ia bekerja. Dengan berjalan sedikit menunduk, Hazel membersihkan betisnya yang kotor karena tertabrak ban sepeda tadi.

Bugh.

Hazel menabrak dada bidang milik seseorang. Seketika Hazel mengangkat kepalanya dan melihat siapa pemilik dada bidang itu.

Ardan berdiri di hadapannya dengan menyilanglan kedua tangan di dada. Matanya menatap Hazel sinis.

"Jadi ini, wanita yang mengingatkan orang lain untuk hati-hati, namu dia sendiri tidak hati-hati," ucap Ardan datar.

"M-m-maaf, Pak," jawab Hazel lirih.

Ardan melihat penampilan Hazel dari atas hingga bawah. Tak ada yang berubah dari penampilan lusuhnya. Hazel masih sangat kucel dengan wajah letihnya.

"Hazel, bukan kah saya sudah katakan sama kamu untuk perbaiki tampilan luar kamu?"

Hazel menundukan pandangan dan merapikan helaian rambutnya. Saat ini rambutnya sudah di cepol, seharusnya lebih rapi dari biasanya. Tapi kenapa penampilannya masih sangat salah di mata Ardan.

"Maaf, Pak," ucap Hazel lirih.

"Bukan kah saya sudah mengatakannya dengan jelas. Kamu bekerja di perusahaan kosmetik, Hazel. Saya tekankan sekali lagi, kosmetik!" sambung Ardan lembut tapi penuh penekanan.

"Maaf, tapi--"

"Selain kata maaf adakah kata yang bisa keluar dari bibirmu?" putus Ardan, sengit.

"Maaf, dan maaf terus. Kamu berucap maaf tapi tanpa penyesalan. Jika kamu tidak tahu apa makna kata maaf itu, sebaiknya jangan ucapkan." Ardan beranjak pergi setelah mengatakan kalimat itu.

Hazel menarik napasnya dan membuangnya kasar. Dengan langkah malas, ia berjalan memasuki gedung perusahaan.

Meletakan tasnya dengan sedikit lemas di atas meja kerjanya.

"Hazel, Issabell, dan Tria. Ikut saya keruangan!" perintah Derik saat berjalan melewati divisi mereka dan memasuki ruangan Manager.

Disusul dengan tiga wanita yang namanya disebutkan tadi.

"Saya memilih kalian bertiga untuk menjadi ketua sekaligus pengawas koordinasi lapangan. Persiapkan promosi kalian, dan mulai besok sampai tiga minggu kedepan, kalian akan bekerja di lapangan. Paham!" ucap Derik tegas.

"Paham, Pak." jawab mereka serentak.

"Baiklah, siapkan pelatihan untuk promosi besok dan berikan lampiran seminggu sekali untuk saya. Saya harap kali ini kalian mampu bekerja lebih baik dari tahun sebelumnya."

"Baik, Pak," jawab mereka serentak.

"Baiklah, kalau begitu. Kalian boleh pergi."

Dengan langkah serentak ketiga wanita itu mulai berjalan keluar dari ruangan Manager. Hazel dan yang lainnya mulai mempersiapkan bahan promosi dan juga pelatihan singkat untuk kerja lapangan besok.

"Kali ini aku yakin. Aku akan bisa ngalahin Hazel dengan telak," ucap Issabell melirik ke arah Hazel.

Sementara Hazel hanya acuh, ia lebih fokus pada pelatihannya dibandingkan mendengar ocehan temannya itu.

Ting ....

Sebuah notifikasi masuk kedalam gawai Hazel. Dengan cepat Hazel membuka pesan itu.

(Fisioterapi siang ini, pukul 12.30, oke).

Pesan yang terkirim dari Pedro, Dokter yang merawat Surya selama ini.

Hazel memegang sudut dahinya yang sedikit cenutan. Kali ini ia tak bisa pergi meninggalkan kantor, tidak mungkin pelatihan ini ia lewatkan begitu saja.

(Siang ini Surya akan di temani Mbok Darmi, Dok. Saya lagi banyak pekerjaan,) balas Hazel cepat.

(Oh, jaga kesehatanmu Hazel. Terakhir kali saya ketemu kamu, wajahmu selalu pucat,) balasan cepat dari Dokter di seberang sana.

Hazel hanya membaca pesan itu tanpa mau membalasnya. Kali ini pun ia melewati terapi Surya. Surya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Mbok Darmi di bandingkan dirinya.

"Maafkan Bunda, Sayang," ucap Hazel lirih, sembari mengelus foto Surya di wallpaper ponselnya.

"Andai Bunda punya pilihan yang lain, Bunda tak akan meninggalkanmu sendiri." Hazel menghela napasnya, perlahan ia kembali memasukan ponsel kedalam tasnya.

Beban ini semakin sulit saja, entah sampai kapan ia bertahan di tengah kesulitan ini. Jalan hidupnya tak pernah mudah. Sampai saat ini, jalan yang di tempuh Hazel penuh luka dan juga fitnah.

****

Hazel mempersiapkan beberapa kosmetik dari brand perusahaannya. Beberapa ia letakan di tangannya sebagai barang contoh.

Hazel sudah beberapa kali menawarkan barang dagangannya ke toko kosmetik dan juga supermarket. Tapi usahanya masih jauh dari kata berhasil.

Ini sudah hari ketiga, namun usahanya masih juga tak membuahkan hasil.

Sinar terik panas matahari menyengat kulit di wajah Hazel. Peluh keringat sudah mulai bercucuran, membasahi kemeja putih yang Hazel kenakan saat ini.

Matahari sudah berada di atas kepalanya, namun satupun kosmetiknya belum masuk ke toko hari ini.

Hazel membuang bokongnya ke trotoar bibir jalan. Kakinya terasa sangat pegal. Istirahat dan asupan gizi yang tak cukup membuat wajah Hazel selalu pucat dan lesu.

Hazel meneguk botol air mineral di tangannya, matanya menatap kesekeliling. Di tengah padat lalu lintas kota, Hazel seakan tak peduli polusi dan debu. Ia malah santai, duduk di bibir jalan.

Sementara sepasang mata terus memperhatikan Hazel dari kejauhan. Dari balik kaca hitam mobilnya, Ardan memperhatikan garak-gerik Hazel dari satu jam yang lalu.

Entah apa yang membuat Hazel begitu menarik perhatiannya. Namun saat ini, Ardan sering sekali memperhatikan Hazel, saat di kantor ataupun di luar kantor.

Seperti ada magnet yang terus menarik diri Ardan. Ia seperti tak bisa lepas dari pesona Hazel semenjak pertama kali bertemu.

"Sebenarnya apa yang dilakukan wanita itu? Bisa-bisanya dia duduk tanpa peduli area sekitar?" ucap Ardan datar.

Ardan mencari tempat untuk parkir mobilnya. Dengan langkah besar ia berjalan mendekati Hazel.

"Echem." Ardan berdehem saat berada di sebelah Hazel.

Dengan malas Hazel memalingkan wajahnya. Ia langsung berdiri saat melihat Ardan yang berdiri di sebelahnya.

"Em, Pak," sapa Hazel dengan menundukan kepalanya.

"Hazel, saya bingung sama kamu. Sebenarnya kamu dengar gak sih apa kata saya?" tanya Ardan terus terang.

Sementara Hazel masih menundukan pandangannya, tak berani menatap lelaki dingin di hadapannya ini.

"Kamu, promosi dengan pakaian kucel seperti ini? Duduk di tengah debu dan polusi? Kamu pikir ada yang tertarik sama produk kita kalau kamu begini?" cerca Ardan garang.

"Sudah berapa kali saya bilang, perhatikan penampilan kamu!" sambung Ardan sengit.

Sementara Hazel masih terus menundukan pandangannya. Ia tahu ia bersalah, namun saat ini, dia pun tak berdaya.

Melihat Hazel yang terus menundukan pandangannya, kembali membuat emosi Ardan meradang.

"Hazel!" bentak Ardan keras.

"Kamu selalu saja tak pernah melihat saya, saat saya ajak kamu bicara. Saya disini!" Ardan meraih dagu Hazel dan mendongakannya.

Tanpa sengaja mata mereka saling bertemu, menatap dalam dan lekat ke dalam binar lawan. Ardan kembali tertegun melihat wajah Hazel yang pucat pasi.

'Ada apa sebenarnya dengan wanita ini? Kenapa wajahnya selalu terlihat letih dan pucat pasi?' lirih Ardan dalam hati.

"M-m-maaf, Pak," ucap Hazel gagu.

"Maaf lagi dan maaf lagi, saya sudah pernah katakan, jangan ucapkan kata maaf jika kamu tak pernah menyesal."

"Jadi saya harus ucapin apa, Pak?" tanya Hazel takut.

"Hazel!" teriak Ardan garang, Ardan menyentuh dahinya, tak habis pikir dengan wanita yang sebenarnya polos atau bodoh ini.

"Saya sudah pernah katakan, kamu harus lebih perhatikan penampilan kamu saat bekerja. Apa lagi kamu sedang kerja lapangan, seharusnya kamu lebih perhatian sama penampilan!"

"Tapi saya sudah perhatikan, Pak," jawab Hazel takut.

"Apanya yang kamu perhatikan? Kamu bekerja tanpa riasan, ini yang kamu bilang perhatian?"

"Jadi saya harus bagaimana, Pak?" tanya Hazel polos.

"Ya kamu pakai riasan sedikit, buat wajah kamu menarik. Kamu jual alat kosmetik tapi wajah kamu tanpa make-up, apa kamu pikir orang akan percaya?" tanya Ardan garang.

"Tapi, tapi, saya, saya gak punya alat make-up, Pak," jawab Hazel kembali menundukan pandangannya.

"Gak perlu berlebihan, cukup gunakan bedak ataupun lipstik saja."

"Saya sudah pakai bedak, Pak," jawab Hazel lirih.

"Tapi saya gak lihat tuh? Kamu gunakan bedak apa?" tanya Ardan penasaran.

"Bedak bayi, Pak," jawab Hazel polos.

"Allahuakbar, Hazel." Ardan menyapu kasar wajahnya, ia benar-benar kehabisan kata menghadapi karyawannya yang satu ini.

"Kamu itu sudah bukan bayi lagi, kenapa masih pakai bedak bayi?" tanya Ardan, geram.

"Saya, saya gak sanggup buat beli make-up, Pak."

Ardan menggelengkan kepalanya, ia membuang napasnya kasar.

"Saya gak ngerti, sebenarnya apa yang dikerjakan suami kamu. Kamu bekerja keras begini, tapi kebutuhan kamu saja dia gak mampu penuhi. Apa dia laki-laki?" tanya Ardan, kesal.

Sontak perkataan Ardan membuat Hazel mendongakan kepalanya. Wajah Hazel yang awalnya pucat pasi perlahan berubah memerah.

Hazel memandang wajah Ardan serius, perlahan lapisan bening mulai menghiasi mata bening milik Hazel.

Terasa buruan napas yang membuat dada Hazel naik-turun, menahan gejolak amarah.

Lelaki di hadapannya ini, kapan dia bisa berbicara yang tidak menyakiti?

Terpopuler

Comments

Dirah Guak Kui

Dirah Guak Kui

apakah Ardan adalah bpk biologisnya Surya

2021-08-04

0

Harlina Jauhari

Harlina Jauhari

Mungkin ini cerita novel aja...tapi real kerja di perusahaan kosmetik ada SOP make up bagi karyawan wanita...bahkan tanaga ADM dikantorpun wajib mengikuti SOPnya. Apalagi bagian sales, penjualan, promosi...tidak ikuti SOP ada sanksi dari denda sampai SP😊

2021-04-01

0

Hyunata

Hyunata

Suka melelh kalo dipanggil "Nduk", kangen masa kecil😅

Oh ya kak, like sampe sini dlu ya
tolong dong mampir di novel keduaku "Kembalinya sang puteri"
terimakasih😉

2020-11-03

0

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 Visual Karakter
74 73
75 74
76 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 81
83 82
84 83
85 84
86 85
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
205 204
206 205
207 206
208 207
209 208
210 209
211 210
212 211
213 212
214 213
215 214
216 215
217 216
218 217
219 218
220 219
221 220
222 221
223 222
224 223
225 224
226 225
227 226
228 227
229 228
230 229
231 230
232 231
233 232
234 233
235 234
236 235
237 236
238 237
239 238
240 239
241 240
242 241
243 242
244 243
245 244
246 245
247 246
248 247
249 248
250 249
251 250
252 251
253 252
254 253
255 254
256 255
257 256
258 257
259 258
260 259
261 260
262 261
263 262
264 263
265 264
266 265
267 266
268 267
269 268
270 269
271 270
272 271
273 272
274 273
275 274
Episodes

Updated 275 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
Visual Karakter
74
73
75
74
76
75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
81
83
82
84
83
85
84
86
85
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203
205
204
206
205
207
206
208
207
209
208
210
209
211
210
212
211
213
212
214
213
215
214
216
215
217
216
218
217
219
218
220
219
221
220
222
221
223
222
224
223
225
224
226
225
227
226
228
227
229
228
230
229
231
230
232
231
233
232
234
233
235
234
236
235
237
236
238
237
239
238
240
239
241
240
242
241
243
242
244
243
245
244
246
245
247
246
248
247
249
248
250
249
251
250
252
251
253
252
254
253
255
254
256
255
257
256
258
257
259
258
260
259
261
260
262
261
263
262
264
263
265
264
266
265
267
266
268
267
269
268
270
269
271
270
272
271
273
272
274
273
275
274

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!