04

"Bapak boleh hina saya, Bapak boleh marahi saya. Tapi Bapak gak berhak hina suami saya," ucap Hazel dengan menatap Ardan, sengit.

Melihat rona wajah Hazel, perasaan bersalah mulai bersarang di benak Ardan. Mungkin perkataan ia terlalu kasar, tak sepantasnya ia berkata begitu.

"Apa yang dikerjakan suami saya Bapak gak perlu tahu. Bapak gak pernah tahu hidup saya, Bapak itu cuma atasan saya," sambung Hazel lembut, namun perkataannya sangat menekan.

Sementara Ardan hanya mampu terdiam, kali ini dia benar-benar merasa bersalah.

"Bapak gak tahu apa-apa tentang hidup saya. Jadi Bapak gak perlu capek-capek mengomentari kehidupan pribadi saya. Permisi, Pak!" ucap Hazel sambil membalikan badannya dan melangkah pergi.

Ardan ingin meraih bahu Hazel saat melihat punggung gadis itu berbalik pergi. Namun ia mengurungkan niat itu, perkataannya telah melukai perasaan wanita itu, dari pada ia menambah luka hatinya, lebih baik ia diam saja.

Hazel melemparkan tasnya ke sofa sederhana di ruang tamu rumah kecilnya. Terik matahari, hari ini membuat kepalanya pusing, ditambah perkataan Ardan yang begitu menyakiti hatinya.

Hazel menghela napasnya, menyandarkan badannya ke sisi bagian belakang sofa.

"Hazel."

"Iya, Mbok."

"Kamu baru pulang?" tanya Mbok Darmi ikut duduk sambil menggendong Surya.

"Anak Bunda." Hazel menggulum senyumnya, mengambil Surya dari gendongan mbok Darmi.

"Anak Bunda gak nakal kan, Sayang, hem?" Hazel menghujani pipi Surya dengan ciumannya.

Seletih apapun itu, asalkan ada Surya semua akan kembali baik-baik saja. Sejenak Hazel lupa akan lelahnya, ia lupa akan beban yang saat ini terus mengimpit dirinya.

"Hazel," panggil Mbok Darmi lembut.

"Iya, Mbok," jawab Hazel yang masih asyik bermain dengan Surya.

"Sebenarnya ada yang belum Mbok sampaikan sama kamu."

"Mbok mau bilang apa?"

"Si Mbok bingung mau bilangnya ke kamu."

"Mau bilang apa, Mbok? Bilang saja," ucap Hazel masih sibuk pada Surya yang hiperaktif, angelman syndrome membuat Surya terus tersenyum dan gembira, perasaannya terus senang sepanjang hari.

"Dokter Pedro bilang sama Mbok, katanya Surya butuh brace kaki, agar Surya bisa berjalan."

Seketika senyum Hazel menghilang dari wajahnya, kini rasa letih itu semakin jelas terasa.

"Brace kaki?"  tanya Hazel, membuang pandangan ke mbok Darmi yang saat ini duduk di sebelahnya.

Hazel menelan salivanya yang terasa sangat pahit. Ia tersenyum getir, kembali otaknya berputar, apalagi yang harus ia lakukan untuk menghasilkan uang lebih banyak.

"Aku akan cari biayanya, Mbok," jawab Hazel dengan senyum getir.

"Hazel, si Mbok bingung, si Mbok gak punya apa-apa buat bantuin kamu cari uang, Sayang."

"Ada Mbok di sini saja, aku sudah sangat bersyukur, Mbok," ucap Hazel lirih, air matanya menetes dari salah satu matanya.

Hazel menarik napasnya yang terasa kian berat.

"Aku masih sanggup dan aku masih sangat kuat, Mbok," sambung Hazel dengan bibir yang bergetar, menahan pedih yang kian hari kian terasa perih di hidupnya.

Mbok Darmi bangkit dan memeluk badan Hazel yang semakin kurus dan tak terawat. Bahkan wajah Hazel saat ini tak lagi berlapiskan bedak, wajahnya selalu pucat.

"Kasian kamu, Nduk. Di umur kamu yang masih sangat muda, kamu sudah harus mengalami kepahitan hidup yang luar biasa. Mbok hanya bisa berdoa, semoga kamu akan selalu bahagia, Hazel," ucap Mbok Darmi mengeratkan pelukannya.

Mbok Darmi paham betul, saat ini Hazel pasti merasa sangat lelah. Hazel bertahan di tengah badai yang terus menerjang dirinya. Hazel adalah perempuan yang sangat kuat, ia begitu tangguh, tak pernah menyerah pada keadaan.

Walaupun Saat ini tubuh Hazel bagaikan tulang berlapiskan kulit. Kulit putihnya yang dulu mulus dan cantik, kini hanya menjadi putih pucat dan kering. Wajah cantiknya tak pernah lagi merona dan bahagia.

Bibirnya hanya akan tersenyum saat ia bermain bersama Surya. Selain itu, Hazel hanya bagaikan mesin yang terus bekerja untuk menghasilkan uang.

***

Ardan mengendurkan dasi yang melingkari lehernya. Ia membuang badannya ke atas kasur.

Kebodohannya adalah terlalu peduli pada wanita pucat yang selalu mengganggu pikirannya semenjak pertama kali berjumpa.

Deringan ponsel Ardan bersenandung keras, dengan sedikit malas Ardan menyapu layar ponselnya. Langsung, wajah seorang lelaki muncul di layar pipih miliknya itu.

"Hey, Bro. Kucel amat tuh muka?" tanya seorang lelaki di ujung sana.

"Ada apa?" tanya Ardan malas.

"We ... santai. Jangan jutek amat kenapa?"

"Kalau kamu video call aku gak ada guna, aku matikan sekarang juga," balas Ardan jutek.

"We ... we ... we. Jangan judes amat kenapa, Dan?" tahan seorang di seberang sana.

"Ada apa? Cepetan ngomong?" tanya Ardan tanpa basa-basi.

"Aku lagi di Star cafe bareng anak-anak yang lain. Kamu kesini sekarang ya."

"Males!" jawab Ardan spontan.

"Ayolah Ardan, kami adain acara party buat kepulangan kamu. Masa bintangnya malah gak muncul sih?" bujuk Arfan, saudara kembar Ardan.

"Siapa yang suruh ngadain party? Aku lelah, Fan," tolak Ardan langsung.

"Kamu masih bujang saja pakai alasan lelah segala. Pokoknya dalam waktu lima menit gak datang, aku bisa paksa kamu buat datang."

Tut ... Tut ....

Seketika Arfan memutuskan panggilannya. Dengan berdecak kesal, Ardan membuang ponselnya. Mau tak mau ia bangkit dari atas kasur dan bersiap-siap untuk pergi.

Arfan, jika ia suruh pergi ya pergi. Atau gak dia bisa membawa seluru isi cafe ke rumah.

Ardan membanting daun pintu mobilnya dengan keras. Sedikit malas, ia berjalan memasuki salah satu cafe mewah di kotanya.

Mata Ardan langsung tertuju pada kursi VIP di cafe ini. Sudah berkumpul beberapa sahabat lama mereka di sana.

"Akhirnya, sampai juga kamu," ucap Rama, sahabat baik Ardan semasa SMA.

"Ardan, lama gak pulang, sekali pulang wajah masih kaku saja," goda Ferla, sahabat wanita Ardan dan Arfan dari kecil.

"Hamil lagi kamu, Fer?" tanya Ardan saat duduk di kursi sebelah Arfan.

"Yoi dong. Kamu kapan lagi?" tanya Arfan sambil menumpuhkan lengan tangannya di bahu Ardan.

Ardan hanya mengerdikan bahunya dan tersenyum simpul. Saat ini ia lebih butuh waktu menyendiri di bandingkan berkumpul begini.

"Sudah mau punya tiga ponakan kamu, Ardan. Kali ini kamu kalah telak sama, Arfan. Ha ha ha," sambung Hendar di sambut tawa yang lainnya.

"Kalau soal pelajaran dan kecerdasan, kuakui Ardan tak akan pernah terkalahkan. Tapi kalau soal asmara, Ardan ini selalu lemah," sahut Arfan mengejek.

"Anj*r ... gini-gini gue masih kakak kamu ya, Fan," jawab Ardan sambil menjitak kepala Arfan.

"Baiklah, baiklah. Jangan bertengkar lagi, ayo kita nikmati acara malam ini saja," ucap Ferla, menengahi.

Arfan dan Ardan adalah kembar yang tak identik. Wajah mereka hanya punya satu kemiripan di bagian mata, selain itu mereka sama sekali tak mirip. Karena itu, banyak yang tak percaya jika mereka di bilang kembar.

Ardan memiliki kulit sawo matang, sementara Arfan, kulitnya putih mulus dan terawat. Namun itu tak menjadikan hubungan mereka berdua retak, hubungan Ardan dan Arfan terbilang sangat baik. Mereka bukan hanya sekedar saudara, tapi juga sahabat karib yang tak terpisahkan.

Ardan masih terduduk di sofa, sementara teman-temannya yang lain sedang asyik bermain biliard bersama di cafe tersebut.

Ardan menghela napasnya, ia menyandarkan kepalanya, perlahan matanya mulai terpejam.

"Masih belum jumpa wanita yang bisa buat kamu jatuh cinta, Ardan?" tanya Ferla membuka percakapan.

"Belum," jawab Ardan tanpa membuka matanya.

Saat ini di pelupuk matanya masih terbayang wajah Hazel yang sedang menahan tangis tadi siang. Ada rasa bersalah yang menyelimuti hati Ardan.

"Dari sekian banyak wanita yang kamu pacari, masa iya satupun gak ada yang menarik hatimu?" Kembali Ferla membuka suaranya.

Ardan membuka mata dan mengubah posisi duduknya, kembali tegak. Ia meraih gelas wine yang ada di atas meja, meminumnya seteguk.

Menggoyang-goyangkan gelas itu perlahan, bibirnya tersenyum simpul.

"Wanita itu makhluk manja, mereka itu lemah dan hanya bisa berlindung di balik punggung pria," jawab Ardan angkuh, matanya menatap kosong ke gelas wine di tangannya.

"Memang seperti itu kodrat wanita, Ardan."

"Karena itu aku malas. Wanita hanya akan membuat repot saja."

"Belum Ardan," balas Ferla spontan.

"Kamu belum bertemu wanita yang membuat matamu hanya tertuju padanya saja. Kelak saat kamu sudah bertemu dia, kamu akan tahu rasanya bagaimana," sambung Ferla dengan senyum sendu.

Ardan hanya tersenyum dan menggeleng pasrah. Umurnya sudah sangat matang, ia juga sudah banyak mengenal wanita dalam hidupnya. Kapan lagi, ia bisa bertemu wanita yang seperti Ferla bilang.

"Seperti Arfan, yang hanya memandangmu dari semenjak kita SMP?" tanya Ardan menggoda. "Aku tak akan senaif dia, Ferla," sambungnya sambil tersenyum getirnya.

"Ya ... setidaknya kamu akan merasakan, Ardan. Saat kamu jatuh cinta, maka direpotkan wanita adalah hal yang paling membuatmu bahagia."

Bersamaan dengan ponsel Ferla yang berdering keras. Ferla bangkit dan menjauh dari tempat duduk mereka.

"Aku yakin cepat atau lambat kamu akan bertemu wanita itu, dan jatuh cinta padanya." Tepuk Ferla di pundak Ardan sambil berlalu menjauh.

Ardan hanya tersenyum dan kembali menenggak gelas wine di tangannya.

"Sepertinya, aku sudah menemukan dia. Hanya saja--" Ardan tersenyum dan menggeleng pasrah.

"Saat ini ia sudah menjadi istri orang lain," sambung Ardan getir.

Terpopuler

Comments

Noor

Noor

hi kak... aku mampir ni... kasih rate 5 juga boomlike... feedback ya kak... 😊
duh, suer... cerita ni tuh bagus bgt... bikin air mata meleleh... sungguh, perjuangan seorang ibu buat anaknya bgtu besar.😢

2021-01-18

1

New R

New R

next

2020-10-24

0

alone

alone

benar hazel wanita yg tangguh dg beban yg terus bertmbh...btw gmn dg suami hazel,ad dmnbdia saat ini...
fizaaa kok sedih bgt siih...

2020-06-22

0

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 Visual Karakter
74 73
75 74
76 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 81
83 82
84 83
85 84
86 85
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
205 204
206 205
207 206
208 207
209 208
210 209
211 210
212 211
213 212
214 213
215 214
216 215
217 216
218 217
219 218
220 219
221 220
222 221
223 222
224 223
225 224
226 225
227 226
228 227
229 228
230 229
231 230
232 231
233 232
234 233
235 234
236 235
237 236
238 237
239 238
240 239
241 240
242 241
243 242
244 243
245 244
246 245
247 246
248 247
249 248
250 249
251 250
252 251
253 252
254 253
255 254
256 255
257 256
258 257
259 258
260 259
261 260
262 261
263 262
264 263
265 264
266 265
267 266
268 267
269 268
270 269
271 270
272 271
273 272
274 273
275 274
Episodes

Updated 275 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
Visual Karakter
74
73
75
74
76
75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
81
83
82
84
83
85
84
86
85
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203
205
204
206
205
207
206
208
207
209
208
210
209
211
210
212
211
213
212
214
213
215
214
216
215
217
216
218
217
219
218
220
219
221
220
222
221
223
222
224
223
225
224
226
225
227
226
228
227
229
228
230
229
231
230
232
231
233
232
234
233
235
234
236
235
237
236
238
237
239
238
240
239
241
240
242
241
243
242
244
243
245
244
246
245
247
246
248
247
249
248
250
249
251
250
252
251
253
252
254
253
255
254
256
255
257
256
258
257
259
258
260
259
261
260
262
261
263
262
264
263
265
264
266
265
267
266
268
267
269
268
270
269
271
270
272
271
273
272
274
273
275
274

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!