05

Ardan membuang bokongnya di cor-an beton bawah pohon. Ia mengeluarkan sebatang rokok dan membakarnya perlahan.

Suasana di dalam cafe begitu sangat membosankan, membuat Ardan jengah berlama-lama di dalam sana.

Ardan mengepulkan asap dari dalam bibirnya perlahan. Menikmati sesapan dari tembakau yang dihisapnya perlahan.

Matanya menatap ke hamparan luas jalan raya yang mulai sepi. Malam yang semakin larut, menyuguhkan desir angin yang menyapa wajah, memberikan ketenangan pada pikiran Ardan yang sedikit kacau.

Tanpa sengaja matanya menangkap sosok wanita yang selalu terbayang di pelupuk matanya akhir-akhir ini.

Ardan menaiki sebelah alis matanya, ia melirik jam di tangan kirinya.

Ini sudah hampir dini hari pagi, kenapa wanita itu masih berkeliaran dengan mendorong sepeda bututnya?

Mata Ardan terus memperhatikan gerakan Hazel. Ardan berlari mengikuti langkah Hazel saat wanita itu semakin jauh dari pandangan.

Hazel menghela napasnya, membuang dengan kasar. Mengulangi beberapa kali sekadar untuk melepaskan beban pikirannya.

Ia masih terus kepikiran dengan brace kaki yang harus disediakan untuk keperluan Surya. Entah bagaimana caranya? Namun yang pasti, langkahnya masih harus kuat demi buah hatinya itu.

Hazel menghentikan langkahnya, matanya memandang ke kesekitar, terduduk lemas di atas trotoar jalan.

Pikirannya terus berperang, mencari jalan untuk menghasilkan lebih banyak uang.

Hazel mengusap wajahnya kasar, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Bingung dengan keadaan yang terus mengimpitnya semakin terdesak.

Ingin menjerit dan menangis sekuat tenaga. Tetapi siapa yang ada untuk menyandarkan segala lelah?

Sepasang sepatu casual berhenti di depan Hazel. Perlahan ia membuka matanya, melihat siapa pemilik kaki tersebut dengan ekspresi datar.

"Pantas kamu selalu tertidur di kantor, ternyata selarut ini kamu masih berada di luar," ucap Ardan memecahkan keheningan malam.

Hazel kembali menghela napasnya, ia bangkit dan beranjak pergi dari tempat itu.

Malas jika harus berdebat lagi dengan lelaki angkuh itu.

Tak mendapati jawaban dari bibit Hazel, membuat emosi Ardan mulai tertantang. Lelaki itu menarik lengan tangan Hazel yang saat ini sedang mendorong sepeda butut miliknya.

"Hey, saya sedang berbicara dengan kamu!" teriak Ardan sambil menarik lengan tangan Hazel, membuat badan Hazel berbalik menghadap ke arah Ardan.

"Apa yang kamu lakukan tengah malam duduk disini sendirian?" tanya Ardan angkuh.

"Apa yang saya lakukan itu bukan urusan anda," jawab Hazel sengit.

"Kamu!" Ardan mengencangkan cengkeraman tangannya di lengan Hazel.

"Aw," rintih Hazel, menahan sakit.

Melihat ekspresi Hazel, sontak Ardan langsung melepaskan cengkeramannya.

"Ah, maaf," ucap Ardan bersalah.

"Jangan ucapkan kata maaf, jika anda tidak tahu maknanya." Hazel berbalik membalakangi Ardan dan mulai mendorong sepedanya perlahan.

Ardan meraih belakang sepeda Hazel, menahan langkah wanita itu yang berniat pergi meninggalkannya.

"Malam-malam begini, apa yang kamu kerjakan?" tanya Ardan melembut.

"Itu bukan urusan anda," jawab Hazel sengit. "Tolong! Lepaskan sepeda saya," sambungnya ketus.

"Saya hanya bertanya, kenapa kamu harus sejutek itu?"

"Selain di kantor dan jam kerja saya. Tolong! Anggap kita tidak saling mengenal."

"Kamu!" bentak Ardan meradang.

Hazel menarik sepedanya, mendorong menjauh dari Ardan.

Semenatra Ardan hanya bisa terdiam. Perlakuan Hazel benar-benar tak bisa ia terima. Hazel sudah sangat meremehkannya.

"Aku tak peduli mau kamu istri orang atau bukan. Kamu sudah memulai dengan orang yang salah." Ardan menggeretakan rahangnya, ia tak terima dengan perlakuan Hazel.

***

Setelah malam itu, Ardan memutar otaknya. Mencari cara agar Hazel bisa berada di dalam genggamannya. Kali ini, apa yang ia inginkan harus segera ia dapatkan.

Entah bagaimana caranya, Hazel harus berada dalam kendalinya.

Ardan keluar dengan sebuah paper bag di tangannya. Mengendarai mobil sportnya menembus jalan raya.

Ardan mencari keberadaan wanita itu. Setelah hampir satu jam berlalu, akhirnya pencarian Ardan menemukan hasil.

Ardan menyungingkan bibirnya saat melihat pungung badan mungil milik Hazel yang sedang menawarkan produk ke beberapa orang.

Terlihat seuntai senyum menghiasi wajah letih wanita itu, namun bersamaan dengan tatapan sendu yang begitu menyedihkan terpancar dari binar matanya.

Banyak hal yang begitu misterius di dalam diri Hazel. Itu yang membuat Ardan terus masuk kedalam rasa penasarannya. Wanita terlalu banyak menyimpan rahasia di setiap tatapan matanya.

Setelah Hazel selesai menjual beberapa produk ke costumer. Ardan keluar dari dalam mobilnya, membawa sebuah paper bag di tangannya.

Ardan mengulurkan tangannya. Hazel menolehkan pandangannya, menghela napasnya dengan malas.

"Pakai ini saat kamu bekerja!" perintah Ardan datar.

Namun seperti tak peduli, Hazel terus melanjutkan pekerjaannya. Membereskan beberapa produk yang sempat ia keluarkan tadi. Setelah selesai, Hazel langsung beranjak pergi tanpa menoleh ke arah Ardan sedikitpun.

Kembali tingkah Hazel membuat Ardan tertantang. Wanita itu kembali membuat emosi Ardan meluap.

"Hazel!" teriak Ardan menghentikan langkah Hazel yang sudah lima meter berjalan menjauh.

"Hari ini saya adalah atasan kamu, jika kamu tidak mau saya pecat. Kembali kesini!" perintah Ardan garang.

Hazel menghela napasnya dan membalikan badan perlahan. Walau sebenarnya ia malas, namun ia juga masih harus mempertahankan pekerjaannya. Demi Surya.

"Ambil ini!" Kembali Ardan memerintah saat Hazel berdiri di depannya.

Dengan malas, Hazel meraih paper bag yang diberikan Ardan. Perlahan ia mulai membuka paper bag itu dan melihat isinya.

"Pakai itu saat bekerja, demi nama baik perusahaan ini," ucap Ardan sesaat setelah Hazel melihat isi paper bag itu.

"Terima kasih, Pak."

"Hem, sama-sama," jawab Ardan angkuh.

"Sekarang ikut saya!" perintah Ardan kembali.

"Kemana, Pak?" tanya Hazel bingung.

"Sudah ikut saja," ucap Ardan sembari menarik pergelangan tangan Hazel.

"Eh, Pak, tunggu dulu!" tahan Hazel sambil berlari mengikuti langkah besar Ardan.

Tetapi apa yang dikatakan Hazel tak lagi Ardan pedulikan. Ia menarik pergelangan tangan Hazel, memasuki restoran mewah di dekat tempat promosi tadi.

Memesan beberapa makanan, mendudukan Hazel tepat di hadapannya.

Hazel hanya menatap bingung lelaki yang ada di depannya itu. Beberapa hidangan mewah sudah tersaji di hadapannya. Tetapi sedikitpun ia tidak berani menyentuhnya.

"Ayo makan," ucap Ardan memecahkan keheningan.

"Maaf, tapi saya masih harus bekerja, Pak." Hazel meraih tasnya, bangkit perlahan.

"Saat ini saya perintahkan kamu duduk dan makan dengan saya!" perintah Ardan menghentikan langkah Hazel.

Hazel membalikan badannya dan kembali menatap Ardan, datar.

"Tapi, Pak--"

"Ini perintah!" putus Ardan langsung.

Mau tak mau Hazel mengikuti keinginan Ardan. Walau sebenarnya ia sangat malas makan dan berhadapan dengan lelaki yang suka mencampuri pribadinya itu.

"Makanlah yang banyak, wajah kamu terlihat sangat pucat Hazel," ucap Ardan sembari menggulum senyumnya.

Tak ingin menjawab, Hazel hanya melahap potongan-potongan daging di dalam piringnya.

Perlahan bibir Hazel tersenyum manis, saat merasakan hidangan lezat itu masuk ke dalam mulutnya. Pikirannya kembali teringat akan mbok Darmi dan Surya di rumah.

Kapan ia bisa membawa mereka berdua menikmati makanan lezat ini. Makanan di sini pasti sangat mahal, mungkin satu porsinya saja sama harganya dengan brace kaki Surya.

Mengingat itu, Hazel langsung bangkit dari tenpat duduknya. Sontak pergerakan Hazel membuat Ardan terkejut.

"Ada apa?" tanya Ardan spontan.

"Maaf, Pak. Saya harus kembali bekerja."

"Hazel, duduk dan makan kembali!" perintah Ardan sambil memotong daging di dalam piringnya.

"Tapi, Pak--"

"Saya bilang, duduk! Habiskan makananmu. Atau kamu yang harus membayar seluruh makanan ini," ancam Ardan datar.

"Apa?" tanya Hazel tak percaya.

Ardan ini terlalu licik, ada saja hal yang ia gunakan untuk membuat Hazel tak berdaya.

Hazel kembali terduduk, memakan kembali sisa makanan di piringnya.

Ardan tersenyum puas, memindahkan beberapa potong daging ke piring Hazel.

"Saya bukan Belanda yang memaksa orang bekerja sampai tak boleh makan," ucap Ardan tanpa melihat ke arah Hazel.

"Nanti kalau kamu sakit, perusahaan juga yang akan rugi," sambungnya datar.

"Tapi kalau saya tak bisa menjual produk mencapai target, perusahaan Bapak juga yang akan merugi," jawab Hazel lembut.

Ardan meletakan sendok dan garpu yang ia pegang. Melemparkan pandangan ke arah Hazel yang berseberangan meja dengannya.

"Jadi dari tadi kamu pikiri masalah itu?" tanya Ardan dengan tersenyum lebar.

Hazel mengangguk, menjawab pertanyaan Ardan.

"Kamu memang pekerja yang baik, Hazel. Mungkin ada alasan kenapa pak Derik belum memecatmu walaupun kamu banyak berbuat kesalahan."

"Untuk itu, saya--"

"Maaf," putus Ardan langsung.

Hazel melemparkan pandangannya saat mendengar ucapan Ardan.

Ardan menggulum senyumnya dan menggeleng pasrah.

"Selain itu, kamu tak pernah berucap yang lainnya," sambung Ardan dengan menampilkan jejeran giginya dan sebuah ginsul di sebelah kanan giginya.

"Kamu tahu caranya memakai make-up?" tanya Ardan kembali.

"Em," jawab Hazel di sambung dengan anggukan kepala.

"Kalau begitu, pakai yang saya berikan ke kamu tadi. Saya akan menunggu kamu disini."

"Hem, kenapa Pak?" tanya Hazel bingung.

"Sudah, pergi saja ke toilet dan keluar dengan make-up yang lengkap, ya."

Ardan langsung bangkit dari kursinya dan berjalan menjauh.

Sementara Hazel masih terduduk diam, ia bingung dengan permintaan Ardan tadi. Namun tak ada alasan juga untuk menolak, karena pekerjaan ini juga menuntut penampilan yang menarik.

Hazel membawa paper bag yang di berikan Ardan tadi. Memasuk toilet cafe, mengeluarkan isi di dalam paper bag itu.

Matanya membulat sempurna, terkejut dengan alat make-up yang di berikan Ardan. Lelaki itu memberikan peralatan lengkap dari produk termahal brand perusahaan tempat ia bekerja.

"Kenapa Pak Ardan memberikan ini untukku?" tanyanya bingung.

Hazel mengserdikan bahunya, tidak terlalu peduli dengan hal itu. Ia mencuci wajahnya dan mulai mengaplikasikan ke wajahnya.

Sementara Ardan mendatangi owner cafe mewah itu. Meminta izin untuk melakukan promosi di dalam cafe. Ardan meletakan beberapa produknya di atas meja dan menyusunnya dengan rapi.

"Permisi, boleh saya minta perhatiannya sebentar " ucap Ardan menggunakan microfon yang ada di panggung cafe.

Seluruh mata tertuju pada Ardan. Pesona keren dan wajah manis Ardan mampu menarik sebagian pelanggan wanita di cafe itu untuk datang mendekat.

"Maaf, mengganggu makan siang kalian. Tapi izinkan saya untuk memperkenalkan beberapa produk kecantikan dari perusahaan kami," ucap Ardan memulai promosinya.

Dengan menyunggingkan bibirnya selebar mungkin, Ardan mampu menyihir beberapa pelanggan wanita di sana.

Tak perlu banyak bicara, dengan tersenyum menampilkan ginsulnya saja. Wanita di sana sudah mulai mengerubungi Ardan.

"Ini adalah produk kecantikan dari--" Ardan menggantungkan kalimatnya saat melihat Hazel berjalan mendekatinya.

Wajah Hazel berubah drastis, sesaat Ardan terpaku. Ia tidak mampu memalingkan pandangannya dari wanita itu.

Wajah Hazel yang selalu pucat, kini terlihat sangat segar dan menggoda. Membuat Ardan terpaut pada pesona wanita itu yang semakin menawan.

"Cantik sekali," lirih Ardan tanpa sadar.

'Benarkah dia wanita berwajah pucat yang selalu kumel selama ini?' sambungnya dalam hati.

Terpopuler

Comments

🍇annoura naura ☀︎(hiatus)

🍇annoura naura ☀︎(hiatus)

emmm jadi ini ceritanya cinta pd pandangan pertama...

2021-03-20

1

New R

New R

lanjut baca

2020-10-24

0

ratmie lutfy

ratmie lutfy

ardan,, mngkin aku mengagumimu.

2020-10-03

0

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 Visual Karakter
74 73
75 74
76 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 81
83 82
84 83
85 84
86 85
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
205 204
206 205
207 206
208 207
209 208
210 209
211 210
212 211
213 212
214 213
215 214
216 215
217 216
218 217
219 218
220 219
221 220
222 221
223 222
224 223
225 224
226 225
227 226
228 227
229 228
230 229
231 230
232 231
233 232
234 233
235 234
236 235
237 236
238 237
239 238
240 239
241 240
242 241
243 242
244 243
245 244
246 245
247 246
248 247
249 248
250 249
251 250
252 251
253 252
254 253
255 254
256 255
257 256
258 257
259 258
260 259
261 260
262 261
263 262
264 263
265 264
266 265
267 266
268 267
269 268
270 269
271 270
272 271
273 272
274 273
275 274
Episodes

Updated 275 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
Visual Karakter
74
73
75
74
76
75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
81
83
82
84
83
85
84
86
85
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203
205
204
206
205
207
206
208
207
209
208
210
209
211
210
212
211
213
212
214
213
215
214
216
215
217
216
218
217
219
218
220
219
221
220
222
221
223
222
224
223
225
224
226
225
227
226
228
227
229
228
230
229
231
230
232
231
233
232
234
233
235
234
236
235
237
236
238
237
239
238
240
239
241
240
242
241
243
242
244
243
245
244
246
245
247
246
248
247
249
248
250
249
251
250
252
251
253
252
254
253
255
254
256
255
257
256
258
257
259
258
260
259
261
260
262
261
263
262
264
263
265
264
266
265
267
266
268
267
269
268
270
269
271
270
272
271
273
272
274
273
275
274

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!